9. Pengkhianat

745 97 5
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-
-

Rayens membuang puntung rokok yang sudah habis dihisap oleh-nya. Sembari memegang pipinya yang masih terasa sakit akibat tamparan keras dari Lyzura. Jika mengingat hal tadi ingin sekali rasanya Rayens menghabisi Lyzura detik itu juga. Namun, Lyzura adalah batu loncatan yang bagus untuknya oleh karena itu dia menahan diri.

"Lo serius bakalan pindah ke Pra Aksara?" tanya Michael memastikan sekali lagi keputusan Rayens sambil bermain catur.

Rayens mengangguk. "Pion terbaik gua ada di sana, gua harus bikin dia tunduk di bawah kaki gua." Rayens memajukan bidak caturnya dan memakan kuda catur milik Michael.

"Sial! Salah langkah gua." Michael menggerakkan pion Raja miliknya secara diagonal ke e4 lalu memakan pion Rayens yang ada dikotak f5 dan menggerakkan pion ratu h4. "Checkmate!" serunya.

Rayens tersenyum miring. "Skakmat? Li cuma skak, kalau lo tadi majuin pion ratu ke h5 baru skakmat." Rayens mengulangi pergerakan dari permainan Michael yang tadi dengan versi benarnya. "Checkmate!"

Michael berdecak kesal. "Cuma salah satu langkah doang gagal skakmat."

Mendengar hal itu Rayens tertawa kecil. "Paham, 'kan? Meskipun strategi atau pion itu bagus kalau kita ga bisa bikin dia dijalan yang kita mau maka kita kalah."

"Lo mau bikin Lyzura tunduk?"

"Seperti yang gua bilang, dia pion yang bagus dan harus gua dapatin."

Michael memicingkan matanya. "Yakin cuma itu? Menurut gua, lo ada alasan lain."

Rayens hanya manggut-manggut saja. "Manusia itu serakah. Ketika ada satu keinginan dan ketika keinginan itu tercapai dia malah minta lebih."

Michael yang mendengar ucapan Rayens yang berbelit hanya bisa tersenyum. "Susah amat lo tudep Al, Al."

Sebuah botol mineral mengenai kepala Michael. "Udah gua bilang jangan panggil nama tengah gua, sialan!"

"Peduli setan dengan larangan lo, Al. Kalau gua mau Albi ya tetap itu ga akan gua ubah."

Decakan kesal keluar dari bibir seksi Rayens. Dia dan Michael selalu saja mempermasalahkan nama panggilan mereka, dia tidak suka dipanggil Albi dan Michael tidak suka dipanggil Dika. Hal itu mengingat mereka pada masa lalu yang kelam.

-another life-

Rayens mengeringkan rambutnya yang basah setelah mandi menggunakan handuk. Dia menghubungi seseorang yang akan membantu mereka pindah ke Pra Aksara besok.

Panggilan suara itu tersambung, terdengar suara seorang pria dari seberang sana.

"Semua udah beres, Kepala Sekolah disini sudah setuju dengan persyaratan yang kita kasih dan gua sudah menuntaskan tugas lain yang lu perintahkan."

Another Life's Revenge [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang