51. Ikatan Buku Pusaka & Liontin Cahaya

124 31 4
                                    

-HAPPY READING-

Sosok hitam itu menatap dengan mata tajam. Sayap hitamnya mengepak dengan lebar saat dia terbang. "Ah? Jadi kalian mengenal gadis ini?"

Faisal segera mengeluarkan pistolnya. "Sial, gua malah bertemu dengan Alleba," batinnya. Dia merasa tidak berdaya tanpa Lyzura, Liontin Cahaya, dan Buku Pusaka. Terutama keris yang kini berada bersama Lyzura.

Aranika dan Kezia juga siap sedia, berdiri dan mundur hingga terdorong ke dinding kubah. "Siapa lo?!"

Sosok hitam itu tertawa, mata merahnya membara dengan mengerikan. Tanduknya tampak semakin tajam. Sayap hitamnya terbungkus oleh asap yang pekat, menggambarkan wujud asli Alleba saat berada dalam inangnya.

"Dia Alleba, Ra. Ini adalah wujud Alleba saat dia berada dalam inang," jelas Faisal. "Meskipun wujudnya belum sempurna, kekuatannya tetap besar."

"Tidak disangka, keturunan ke-41 ternyata cerdas. Benar, wujud Alleba belum sempurna karena kurangnya tumbal," kata Alleba sambil terbang rendah dan duduk kembali di atas kubah.

"Tapi wujud Alleba akan menjadi sempurna setelah mengambil nyawa gadis ini. Siapa namanya tadi, Liona?" Alleba tertawa dengan suara mengerikan yang bergema di seluruh ruangan. Sorot mata merahnya sangat menyeramkan, dan aura dinginnya mulai menusuk tulang.

Liona terperangkap di dalam kubah, hanya mampu menundukkan kepala dalam keputusasaan. Diculik oleh iblis, tubuhnya tampak lemah dan terluka, berbeda dengan Aranika, Salsa, dan Kezia yang diculik oleh manusia namun masih diperlakukan dengan lembut. Liona benar-benar berada dalam situasi yang paling mengerikan.

Faisal memandang Alleba dengan mata membara. "Kenapa Liona harus terseret dalam masalah ini? Dia gak ada kaitan apa-apa dengan semua ini, kan?"

"Tak punya kaitan?" Alleba tertawa sinis, matanya yang merah menyala menatap tajam ke arah Faisal. "Tidak sadarkah kalian? Gadis ini adalah akar masalahnya. Liona adalah target utama Alleba, bukan kalian."

"Apa yang lo maksud?" tanya Aranika, wajahnya pucat karena kebingungan. Mengapa Alleba hanya tertarik pada Liona?

"Kalian tidak paham, bukan?" Alleba menggeram, tatapannya semakin intens. "Alleba tidak perlu alasan untuk menculik kalian. Yang jelas, Alleba ingin memiliki gadis ini." Dengan gerakan tangan, kubah transparan yang mengurung Liona lenyap. Gadis itu mengambang di udara dengan kondisi yang jauh dari kata baik-baik saja.

Alleba mendekati Liona yang tergeletak lemah. "Apa kau tidak ingin mengucapkan salam perpisahan yang terakhir?"

Liona mengangguk perlahan, mengangkat wajahnya dengan mata penuh penyesalan. "Maaf. Gue sungguh minta maaf pada kalian semua. Terutama buat lo, Ra. Maaf gue telah merebut Faisal dari lo. Saat kalian mengungkapkan perasaan kalian tadi, gue menyadari kesalahan besar yang gue lakukan. Namun, gue juga bersyukur bisa bertemu dengan seseorang sebaik Faisal."

"Lalu, buat Kezia," lanjut Liona dengan suara serak, "Maaf kalau gue menyebabkan penderitaan di hidup lo. Gue merasa bersalah saat mengetahui Rey-"

"Gue engga butuh belas kasihan lo!" Kezia memotong dengan nada tajam. "Kenapa baru sekarang lo minta maaf? Percuma tau gak?!"

Wajah Liona tampak pucat, dia menunduk dengan ekspresi menyesal. "Maaf juga buat Salsa," ujarnya pelan. "Maaf karena dulu gue gak punya keberanian buat mengungkapkan kebenaran. Tapi percayalah, waktu itu gue engga pernah berniat mendekati Deon. Malah sebenarnya, Deon yang mencoba mendekati gue-"

"Lo minta maaf, tapi masih menyalahkan orang lain?" Aranika mendesis tajam. "Jadi sekarang lo mau nyari perlindungan dengan menuding Deon yang gatel?"

"Nggak, Ra, gue serius. Deon bukanlah orang baik seperti yang kalian kira," Liona memohon dengan tatapan tajam kepada Aranika, berharap mendapatkan kepercayaan mereka.

Another Life's Revenge [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang