32. Jangan membawa orang mati

176 58 9
                                    

-HAPPY READING-

Liona bergelayut manja pada lengan Rayens tanpa ada penolakan atas tindakannya. Raut wajah bahagia terpancar jelas dari senyuman lebarnya yang tak kunjung pudar.

Setelah merasa lelah berkeliling, Liona merasa haus. "Aku haus. Ayo, kita ke kantin," ajaknya manis, disambut dengan anggukan kecil oleh Rayens.

Tidak ada percakapan panjang di antara keduanya, seperti biasa. Hanya Liona yang berceloteh panjang lebar, sementara Rayens hanya menanggapi seperlunya, seperti mengangguk, menjawab ketika ditanya, dan mengiyakan permintaan Liona.

Mereka berdua duduk di bangku kantin yang berada di tengah-tengah. Liona mengubah posisinya yang sebelumnya berhadapan menjadi bersebelahan dengan Rayens, lalu menyandarkan tubuhnya. "Mau pesan apa, Rayens?"

"Ga laper. Lo aja yang pesan, katanya haus."

Liona mendengus, menegakkan kepalanya. "Bik!"

Pelayan kantin yang dipanggil oleh Liona langsung berjalan ke meja mereka. "Iya? Mau pesan apa, Neng?"

"Mau es teh aja, sama siomay," ucap Liona. Pelayan itu mengangguk, tersenyum, lalu pamit untuk membuat pesanan Liona.

Diam-diam, Liona melirik Rayens yang asik dengan ponselnya sendiri. Dia sangat ingin mengambil dan menghancurkan benda itu. "Rayens," panggil Liona, mengguncang lengan laki-laki itu.

"Apaan sih?" Rayens menjawab tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya.

Liona mendengus lagi dengan kesal. Niatnya mengajak Rayens adalah untuk makan bersama, bukan hanya untuk dirinya sendiri.

Pelayan yang sebelumnya mencatat pesanan Liona kembali dengan sebuah nampan berisi es teh dan siomay. "Ini, Neng. Silahkan dinikmati."

Liona mengangguk. Namun, bukannya makan, Liona justru hanya mengaduk-aduk siomay tanpa nafsu. Seketika, sebuah ide muncul di kepalanya, membuat senyumnya merekah. "Rayens!" Kali ini, Liona memanggil laki-laki itu dengan antusias.

"Apa lagi?" tanya Rayens.

"Suapin aku, dong!" pinta Liona memelas.

Rayens mengangkat satu alis, menatap Liona dengan aneh. "Tangan lo ga apa-apa, kan? Ngapain minta disuapin?"

"Ish! Kamu udah berjanji bakal memenuhi semua keinginanku, kan?"

"Ga ingat, gua ga pernah janji."

"Jadi, kamu mau aku mengungkapkan rahasia kamu ke Lyzura?" Senyuman kemenangan jelas terpancar di wajah Liona saat Rayens mengambil sendok dari tangannya. Ancamannya berhasil.

"Buka mulut lo," perintah Rayens dengan malas.

Liona patuh dengan senang hati. Rayens memasukkan sendok yang berisi siomay ke dalam mulut Liona. Gadis itu sengaja membuat bibirnya belepotan karena siomay, menunggu reaksi Rayens.

Bukannya memberikan tanggapan yang diharapkan, Rayens justru kembali menyendokkan siomay, menunggu Liona membuka mulutnya. "Gak mau makan lagi?" tanya Rayens karena Liona masih menutup mulutnya.

Liona maju dengan bibirnya, membuat Rayens sedikit mundur. "Lo kenapa, sialan?"

"Lap'in dong! Belepotan ini." Liona masih maju dengan bibirnya ke arah Rayens, menunggu tindakannya.

Another Life's Revenge [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang