Yo! Double Update nih!
-HAPPY READING-
Dengan jantung yang berdegup kencang, Aranika berlari menuju rumahnya dengan tergesa-gesa, seolah-olah setan sendiri yang mengejarnya. Setibanya di rumah, dia langsung masuk dan mengurung diri di kamar. Napasnya tak teratur, dadanya naik turun dengan cepat. Dia mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.
"Ga, ga, ga! Ini mustahil kan?" Aranika menolak semua fakta yang baru saja dia ketahui. "Ini gila! Semua mustahil untuk diterima akal sehat!" serunya dengan napas yang masih memburu. Kakinya gemetar hebat, napasnya juga masih tak kunjung teratur, keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
Aranika merosotkan tubuhnya di lantai, menjambak rambutnya frustasi. "Mana mungkin gue menyimpan semua ini sendirian?! Gue butuh tempat untuk bercerita dan mencari solusi."
Dia merogoh saku celananya untuk mencari nomor telepon seseorang, namun dia langsung menyadari bahwa Lyzura tidak memiliki ponsel. Aranika mencoba menghubungi Salsa, namun panggilannya tidak dijawab. Kemudian dia mencoba nomor Kezia, dan setelah beberapa waktu, panggilan itu akhirnya diangkat.
"Angkat, Jia, angkat... please!" Aranika berharap Kezia akan segera merespons panggilannya.
"Iya? Halo, Ra?" suara Kezia terdengar dari seberang sana.
Aranika menelan ludahnya dan mencoba menstabilkan napasnya agar bisa berbicara dengan jelas. "Jia, bantu gue!"
"Bantu apa, Ra?" tanya Kezia, heran dengan kegugupan Aranika.
"Gue tau kalau-" Aranika menyentuh bibirnya, teringat bahwa dia tidak bisa memberitahukan rahasia itu kepada orang lain. Kemudian, dengan frustrasi, dia memukul lantai kamarnya.
"Ra? Lo mau minta bantuan apa?" Suara Kezia terdengar bingung.
Aranika memutar otaknya, mencari kata-kata yang tepat. "Tinggal di rumah gue, Jia!" tegas Aranika, mendapatkan ide di tengah kekacauan pikirannya.
Kezia menjauhkan telepon dari telinganya, heran dengan permintaan tiba-tiba Aranika. "Kok tiba-tiba? Ada apa, Ra?" tanyanya.
"Lo ga mau tersisihkan di antara Cherly dan Salsa kan? Maka cara yang paling adil adalah lo tinggal sama gue!" seru Aranika, mencoba mencari alasan agar Kezia mau membantunya.
Dari seberang sana terdengar helaan napas panjang dari Kezia, seolah-olah dia mengerti situasi. "Baiklah, gue bakalan pindah ke rumah lo malam ini."
Aranika mengangguk cepat. "Gue bakalan obrolin ini dengan ayah gue dan bakalan menjemput lo."
Setelah itu, Aranika memutuskan panggilan telepon itu sepihak. Otaknya kembali memutar kejadian beberapa saat setelah dia pulang dari restoran tempat Lyzura bekerja. Saat di jalan menuju rumahnya, secara tidak sengaja Aranika mendengar bentakan suara yang dia kenal, yaitu suara Michael, kepada seorang perempuan dengan hoodie hitam yang menutupi kepalanya.
Flashback on!
Aranika menyembunyikan tubuhnya di dinding gedung terbengkalai yang ada diseberang jalan menuju rumahnya.
"Rayens dan Michael? Ngapain mereka disini? Dan siapa perempuan itu?" gumam Aranika ketika melihat dua penguasa Killers Wicked berada di tempat seperti itu dengan seorang perempuan yang terlihat mencurigakan.
"Sialan! Ga usah ngancam kita berdua bitch!" Dari kejauhan terlihat Michael membentak perempuan itu.
Aranika semakin penasaran dan menajamkan telinganya. Setelah mendengar perbincangan mereka bertiga, begitu terkejutnya Aranika dengan rencana mengerikan itu.
Napasnya menjadi tercekat, keringat membasahi pelipisnya, dan kini jantungnya berdegup kencang.
Kedua tangannya ia gunakan untuk membekap mulutnya agar tak mengeluarkan suara. "Mereka mau melakukan sesuatu sama Cherly?" batin Aranika ketika rencana mereka terdengar olehnya.
Tak hanya rencana itu, Aranika mengetahui perempuan itu adalah Liona juga mendengar cara untuk mematahkan efek itu. Secara langsung dia mendengar Liona mengatakan kata kunci untuk mematahkan efek pengendalian jiwa itu.
Aranika bisa sedikit bernapas lega karena telah terlepas dari pengendalian Liona tapi, jantung nya masih berdegup kencang karena ketakutan. Terlebih lagi saat ini Rayens dan Michael setuju untuk berkerja sama.
Dari dalam hati Aranika merapalkan doa agar tidak terjadi apa-apa kepada Lyzura. Dia sudah terlepas dari efek pengendalian Liona dan dia akan berpura-pura kalau dirinya masih terkena efek itu padahal sudah tidak.
Setelah lama menguping, Aranika meninggalkan tempat itu ketika dia melihat Liona sudah pergi dari sana begitu juga dengan Rayens dan Michael.
Flashback off!
Aranika merenung sejenak, memutuskan untuk meminta Kezia tinggal bersamanya sementara waktu untuk melindungi Lyzura dari efek pengendalian jiwa Liona yang masih memengaruhi Kezia. Setelahnya, dia merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamar sambil memikirkan segala kejadian yang baru saja terjadi.
Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan, terutama tentang hubungan sensitivitasnya terhadap Lyzura dengan efek pengendalian jiwa yang terungkap. Aranika juga tidak bisa melupakan pertanyaan tentang identitas Rayens dan Michael, dua nama yang terus menghantuinya.
"Sekarang, mana satu di antara kalian yang mengacu pada laki-laki dengan aroma maskulin?" Aranika bertanya dengan frustrasi, mencoba mengungkap misteri di balik dua nama tersebut.
-TO BE CONTINUE-
Apakah ini waktunya Aranika beraksi? Lyzura dan Aranika sama-sama akan bertarung sendirian melawan takdir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Life's Revenge [TAMAT]
FantasyBalas dendam dari inang iblis yang terkena kutukan novel kuno membuat inang iblis itu menumbalkan musuhnya sebagai pengganti. *** Mikhaela Zevanyura Asilva menemukan sebuah novel kuno didalam castil tua terbengkalai. Penasaran akan isi dari novel it...