33. Lembar yang pernah terkunci

152 49 5
                                    

-HAPPY READING-

Lyzura menyiapkan sebuah buku catatan kecil untuk mencatat apa saja yang harus dilakukan selama memainkan peran Kaela. "Terus, apalagi yang harus gue perhatikan?"

"Ga banyak sih, lo seharusnya hanya perlu menyingkirkan kepribadian asli lo sendiri dan membuat diri lo menjadi Kaela," usul Kezia. Tangannya sibuk mencari beberapa artikel tentang mendalami karakter saat berakting.

"Satu lagi. Lo harus menggunakan panggilan khusus untuk Rayens," timpal Rey.

Lyzura mencebikkan bibirnya mengingat panggilan yang pernah disebutkan Michael untuk Rayens. "Albi, maksud lo?"

"Iya." Rey mengangguk. Selama Rey bersahabat dengan mereka, Rayens sering dipanggil Albi, dan anehnya Rayens membenci nama panggilan itu.

"Bukannya dia benci sama panggilan itu?" sahut Kezia bertanya.

Lyzura mengangguk, menimpali. "Iya, waktu pertama kali gue bertemu Rayens, dia dipanggil Albi oleh Michael, tapi dia malah marah. Engga mungkin itu adalah panggilan khusus dari Kaela."

"Bisa saja, Lyz. Rayens sebenarnya ga membenci nama itu, dia hanya menghindarinya supaya ga teringat dengan sosok Kaela," jawab Rey.

Lyzura mengubah posisinya, menyilangkan kedua kakinya, kemudian mulai menulis. "Oke, yang lo katakan itu cukup masuk akal."

"Jadi? Dengan informasi segini, lo sudah siap menjalankan peran sebagai Kaela?" Kezia menatap Lyzura serius.

"Yeah, harus bisa, nggak ada pilihan. Waktunya udah mepet, apalagi sekarang hubungan Liona dan Rayens semakin dekat, padahal sebelumnya cowok itu enggan banget dekat sama Liona," ujar Lyzura sambil menutup buku di atas meja.

"Terus? Lo bakal memulai dari mana? Jadi cewek yang ramah, gitu? Terus dekat dengan Rayens?" tanya Kezia lagi.

Lyzura mengangguk kecil. "Sebenarnya, gue masih agak ragu sih, takut kalau akting gue gagal."

"Lo harus yakin pada diri lo sendiri, Lyz," Rey memberi semangat pada Lyzura. "Jangan karena Rayens dekat dengan Liona, lo jadi ragu. Percaya sama gua, Rayens adalah orang yang licik, dia ga akan melakukan itu jika itu tidak menguntungkannya," tambahnya.

"Oke, kalo gitu, gue bakalan mulai besok. Target gue adalah 3 minggu dari sekarang."

-another life-

Rayens menarik napas kasar, emosinya kacau. Liona telah membuka kembali luka yang telah lama ia sembunyikan, luka yang ingin ia lupakan. Satu-satunya tujuannya sekarang adalah balas dendam. Dia tidak memihak siapapun, tidak Lyzura, atau Liona. Dia hanya menggunakan keduanya untuk mencapai keinginan egoisnya.

"Al!" panggil Michael dari balik pintu. Di tangannya, dia menggenggam sebuah novel kuno berwarna ungu gelap yang sudah lusuh, novel yang selama ini Ace Villains cari.

Rayens menoleh sekilas, kemudian memejamkan matanya kembali di atas sofa hijau. "Jangan bawa novel itu dulu, Dika. Gue masih belum siap untuk mulai."

Helaan napas kecil terdengar dari Michael. "Setidaknya lo baca lagi novel ini, Al. Dan pertimbangkan lagi."

Rayens berdecak, membuka matanya. "Sini novelnya."

Michael menyodorkan novel kuno pada Rayens. Laki-laki itu mengamati setiap inci dari novel tersebut. "Sebentar lagi, kamu akan kembali, Kae."

Another Life's Revenge [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang