41. Kamu nyata bukan fiksi

135 28 0
                                    

-HAPPY READING-

Salsa menghembuskan napasnya. Di sebelahnya, Aranika baru saja menyimak semua penjelasan dan cerita dari Michael.

"Maaf. Gua dan Rayens udah bikin kalian repot," ujar Michael tulus dengan kepala tertunduk.

Aranika menggeleng. Ujung bibirnya terangkat, tersenyum tipis. "Sebenarnya, gue sudah tahu tentang pengendali jiwa itu. Dan ... gue sudah berhasil lepas dari kekuatan itu tanpa kalian sadari."

Michael mengangkat kepalanya, mengerjapkan matanya berkali-kali. "Lo serius? Bagaimana bisa?"

"Tentu saja bisa. Gue ini cukup cerdik, meski gua masih ragu akan kemampuan gua," kata Aranika sambil menatap bergantian Michael dan Salsa.

"Waktu kalian ketemu Liona saat anak-anak Killers Wicked menghilang secara misterius, gua mendengar semua yang kalian katakan, termasuk ketika Liona menyebutkan cara bagaimana kekuatan itu dipatahkan. Liona menyebutkan kata-kata itu, kan? Nah, gua dengar semuanya, dan kekuatan itu patah. Gua bisa melihat Cherly seperti biasanya, tanpa kebencian. Sayangnya, gua engga bisa membocorkan hal itu ke siapa pun, termasuk Salsa."

"Hebat," kata Michael sambil terkekeh. "Gua dan Albi sama sekali ga sadar kalau lo ada di sana. Padahal permintaan Albi agar rencana itu lancar seharusnya bisa mencegah bocornya informasi."

Aranika mengangkat bahunya tak tahu. "Gue cuma kebetulan lewat."

"Jadi itu alasan lo bisa mengobrol dengan Cherly secara normal?" Salsa menepuk dahinya pelan. Seharusnya dia menyadari itu sejak awal. Keanehan yang telah terjadi antara sikap mereka bertiga pada Lyzura cukup membingungkan.

Aranika mengangguk. "Tapi itu cukup menyiksa. Gue engga bisa memberitahu informasi pada Cherly, sekuat apa pun gue berusaha mengatakannya itu justru sia-sia dan membuat gue kesakitan. Kepala gue terasa dihantam oleh batu, jantung gue seakan ditusuk oleh sebilah pisau, hidung gua seperti ditutup oleh sesuatu hingga gue kesulitan bernapas."

Michael bergidik ngeri. "Kekuatan iblis itu memang sangat mengerikan. Gua pernah bertemu dengannya sekali, dan tidak ingin bertemu dia lagi."


Aranika dan Salsa tertawa. Semua orang yang pernah bertemu dengan sosok iblis mengerikan pasti tidak ingin bertemu lagi.

"Eh, gue masih merasa heran tentang Buku Pusaka itu," kata Salsa.

"Kenapa?" tanya Michael, mengangkat alisnya. Jangankan Salsa, dirinya saja masih belum mengerti cara kerja Buku Pusaka.

Salsa memperbaiki posisi duduknya. "Lo bilang kalau Buku Pusaka itu adalah tempat seseorang kakek mengurung jiwa Alleba. Terus, kok bisa dia membuat dunia ini dalam buku itu?"

Michael terlihat ikut berpikir keras. Secara logika, seharusnya Alleba menghancurkan Buku Pusaka itu ketika dia telah berhasil dibebaskan. "Entahlah. Baik Buku Pusaka atau Alleba, mereka sama-sama misterius. Gue juga ikut memikirkan bagaimana bisa Alleba menggunakan Buku Pusaka yang digunakan untuk mengurung dirinya sendiri membuat dunia ini. Seharusnya dia tidak bisa melakukan itu karena Buku Pusaka bukan miliknya."

"Sepertinya masalah ini akan panjang dan berakhir tragis," desah Aranika pelan.

"Ara ..." Salsa mengelus pundak Aranika. "Jangan bilang begitu, firasat gue sama buruknya dengan apa yang lo pikirkan, tapi kita harus berusaha agar itu tidak terjadi."

"Iya," Aranika tersenyum. "Ah, gue juga ada yang mau dibahas."

Michael menggaruk kepalanya. Jika Ace Villains sudah mulai bertanya, sepertinya beban pikirannya akan bertambah. Dengan adanya opini dan pertanyaan membingungkan mereka, membuat Michael pusing, tapi dia sungkan menolaknya. "Katakan saja, Ra."

Another Life's Revenge [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang