54. Pulang

228 29 20
                                    

-HAPPY READING-

Kezia berlari secepat yang dia bisa menuju Rey yang tergeletak dengan darah di lantai. Matanya penuh dengan ketidakpercayaan. "REY!!!" serunya dengan nada histeris. Tangannya gemetar saat ia membalikkan tubuh Rey, tangannya terkena cairan merah segar.

"Ini mimpi, kan?" Kezia menangis tersedu-sedu, memeluk tubuh Rey dengan erat.

Aranika membulatkan matanya ketika melihat kondisi Rey, dengan segera menarik Kezia menjauh dari Rey. "Jia, tubuh Rey mencair!"

Tepat seperti yang dikatakan Aranika, tubuh Rey yang penuh darah mulai berubah menjadi cairan hitam yang busuk, dan terlihat menjijikkan. Cairan itu sama persis dengan cairan tubuh Liona sebelumnya.

Semua orang mundur dengan wajah yang penuh keterkejutan dan ketakutan. Kezia yang tampak masih terpukul hampir ambruk, beruntung Aranika langsung mendekap tubuhnya dan menenangkannya. Salsa ikut mendekat, matanya menatap ngeri sekaligus terkejut.

"Dia berubah menjadi cairan hitam?" tanyanya simpati. Dia mengingat kejadian yang serupa pada detik-detik kematian Liona dan berubah menjadi abu.

Lyzura yang juga menyaksikan kejadian itu terlihat terkejut dan mundur beberapa langkah. Bau busuk dari cairan hitam itu semakin kuat, lebih parah daripada bau yang ditinggalkan oleh Liona. Bau itu dengan sangat menyengat seakan-akan mengaduk isi perutnya hingga ingin muntah.

Lyzura merasa lemas dan dia berusaha untuk tetap berdiri dengan pemandangan yang mengerikan. "Kenapa semuanya jadi tragis begini?" gumamnya.  Lyzura berbalik membelakangi cairan hitam dengan bau yang tidak tertahankan tersebut. Namun,


DOR!

"Ugh!" Lyzura terbatuk darah.

Ruangan itu mendadak senyap. Semua orang terkejut dan membeku saat melihat Lyzura tertembak.

"Cherly!!!" Ace Villains berteriak serentak, wajah mereka pucat dan gemetar ketakutan saat melihat dada kiri Lyzura yang memerah oleh darah.

Lyzura menundukkan kepala, menatap dadanya yang baru saja tertembak dari jarak yang sangat dekat. Napasnya terengah-engah, merasakan rasa sakit yang luar biasa. Tembakan itu mengenai jantungnya dengan tepat, sehingga Liontin Cahaya tidak lagi memiliki kekuatan untuk menyembuhkan Lyzura dengan sepenuhnya.

Pandangan Lyzura mulai kabur, semua yang dilihatnya mulai buram, seolah dunia di sekitarnya semakin redup karena kehilangan cahaya. Lyzura mencoba melihat siapa pelaku di balik pistol yang menembaknya. Ujung bibirnya tertarik, dia tersenyum kecut. Rayens. Ternyata, pelakunya adalah Rayens.

Laki-laki dengan napas menderu itu, gemetar saat mengangkat pistolnya, menatap dengan penuh penyesalan. Berlari cepat untuk menangkap tubuh Lyzura yang ingin terjatuh.

Rayens menjatuhkan diri di lantai sambil merengkuh tubuh Lyzura, merangkul erat tubuh yang sudah bersimbah darah itu. Piyama biru yang Lyzura kenakan kini berubah warna menjadi merah pekat. Bau anyir darah mulai menyeruak. "Maaf, Lyz. Gua malah membunuh lo lebih dulu," Rayens mendesis dengan penuh penyesalan.

Dengan sisa kesadarannya, Lyzura bersusah payah menggeleng pelan. Memaksa dirinya untuk tetap sadar. Hembusan napasnya mulai terasa pelan, dia tersenyum tipis. "It's okay. Memang ini yang akan terjadi, kan? Kalo bukan gue yang membunuh, maka gue yang akan terbunuh."

Another Life's Revenge [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang