Bab 23. waktunya akan tiba

374 17 0
                                    

Langit siang berganti dengan malam. Matahari telah bertukar tugas dengan sang rembulan untuk menyinari bumi.

Di dalam sebuah kamar bernuansa putih, yang hanya di terangi oleh remang-remang lampu tidur, seorang pria muda terbaring lemah tak berdaya di atas tempat tidurnya.

Yah, pemuda itu adalah Saint. Setelah di hajar habis-habisan oleh kakak keduanya tadi pagi, dia terasa sudah tak bertenaga lagi hingga saat ini.

Ibu dan adiknya, sudah bersusah paya untuk merawatnya. Tapi nihil, kondisinya masih saja tetap sama. Rasa sakit memenuhi sekujur tubuhnya.

Bekas luka, dan lebam akibat pukulan tadipun, masi sangat jelas terlihat, dan sangat jelas juga terasa.  Yoshirin, dan Shane tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali berdoa kepada Tuhan, agar memberikan kesembuhan untuk Saint.

Karena dengan sifat Abraham, mustahil jika Saint bisa di bawa ke rumah sakit. Karena pria paruh baya itu pasti akan melarang Saint untuk di bawah ke rumah sakit.

Karena bagaimanapun, bagi Abraham, Saint adalah anak dari hasil perselingkuhan Yoshirin, dan akan tetap seperti itu, sampai selamanya.

Jangankan kasihan, Abraham bahkan sudah mengharapkan kematian anak itu, sejak dia di lahir kan. Karena, kehadirannya di dunia ini, benar-benar tidak pernah dia inginkan.

Kembali ke masa lalu_

{"Dasar anak sialan! Enyahlah kau dari hadapan ku... Kelahiran mu adalah malapetaka bagiku" kata-kata itu, di ucapkan oleh Abraham, ketika Saint tanpa sengaja menjatuhkan laptop Abraham, saat Abraham menyuruhnya untuk mengambil laptop nya di kamar, ke ruang tamu, ketika Saint berusia 12 tahun.}

{" Sudah berapa kali ku bilang pada kalian, untuk tidak mendekati anak-anak ku... Menjauh lah dari Leo dan Lian, karena anak pelayan seperti kalian, tidak pantas untuk bermain dengan mereka!" Bentak Abraham, ketika Saint dan juga Shane, ingin bermain dengan kedua kakak mereka, ketika Saint berusia 8 tahun, dan Shane berusia 7 tahun}.

{"Arrghhh... Aku mohon ampuni aku tuan... Aku hiks... Aku, aku benar-benar tidak mencuri tuan, arghh..." Terdengar, teriakan kesakitan Shane, ketika Abraham mencambuknya ketika dia berusia 10 tahun, karena Shane di tuduh Chyntia mencuri.}


ʕ´• ᴥ•̥'ʔ


Tiga hari kini telah berlalu dengan cepat...

"Saint, tidak usah mengerjakan itu yah... Sini biar Ibu saja. Kau lebih baik istirahat saja. Kau kan masih sakit", ucap Yoshirin lembut pada putra nya, saat melihat Saint tengah mengepel, walaupun dia masih dalam kondisi sakit.

"Tidak apa-apa Ibu, aku sudah baik-baik saja kok. Jadi aku bisa melakukannya!" balas Saint, dengan senyuman hangat nya.

Kala itu, sudah jam 09:30 pagi. Shane sedang berada di sekolah. Sedangkan Yoshirin, hanya berdua saja dengan Saint di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

"Saint, jangan keras kepala", tegur Yoshirin.

"Ibu aku mohon..." Mohon Saint dengan mata yang berbinar-binar. Jika pemuda lain yang ada di posisi Saint, mereka pasti langsung berhenti bekerja.

Apalagi, jika Ibu mereka mengatakan 'biar Ibu saja.' Tapi hal itu berbeda dengan Saint. Saint sangat mencintai ibunya. Dia kasihan, melihat Ibu dan adiknya yang selama beberapa hari terakhir ini hanya melakukan pekerjaan rumah berdua, dan harus mengurus nya yang sedang sakit.

Apalagi rumah sebesar ini, tak cukup jika dua orang saja yang membereskannya.

"Saint menurutlah... Kau sedang sakit, ibu tidak mau terjadi apa-apa padamu", tutur Yoshirin dengan nada lirih.

A Ray Of Sincere Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang