Bab 41. Aku akan mengajarimu, tentang bagaimana arti kehilangan

627 18 1
                                    

Di dalam sebuah ruangan yang luas nan gelap, hanya di terangi oleh cahaya dari celah-celah lubang yang ada, ruangan itu di penuhi oleh barang-barang yang tak terpakai lagi, dan... Tentu saja kotor dan bau.

Seorang pemuda berkulit putih, dengan sisa-sisa memar yang terlukis di wajahnya tak sadarkan diri, kini sedang diikat kaki dan tangannya. Mulutnya juga di lakban.

Beberapa saat kemudian, mata pemuda itu mulai mengerjap, menyesuaikan sinar yang masuk ke dalam matanya. Secara perlahan-lahan terbuka, dan melihat sekelilingnya.

'Dimana aku? Dan kenapa aku diikat?' batinnya. Namun, setelah beberapa saat dia mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, saat dia di lemparkan ke dalam mobil oleh ayahnya, dan di bius.

Krrek....

Pintu besar yang sudah tua terlihat terbuka. Menampilkan sesosok pria paruh baya yang berdiri di depan pintu itu, dan diikuti oleh anak buahnya, yang berjumlah tiga orang.

Mereka sama-sama masuk ke dalam dan menuju ke arah pemuda itu.

"Sudah sadar kau rupanya Saint!" Suara serak itu terdengar menggema di ruangan yang gelap dan tertutup itu. Pemuda yang terikat itu, tentu saja Saint.

Tak... Tak... Tak...

Suara langkah sepatu terdengar mendekat ke arah Saint. 'Ayah!' suara hati Saint.


Flashback_

Abraham melemparkan Saint ke dalam mobil, dan mengemudikannya keluar dari pekarangan rumah, dengan kecepatan penuh karena Yoshirin sedang mengejar mereka.

Ketika dia melihat Yoshirin yang sudah tidak mengejar dari belakang lagi, dan karena dia sudah tidak tahan dengan Saint yang memberontak, akhirnya dia menepikan mobilnya.

Abraham mengambil sebuah suntik dari dalam tasnya, yang di dalamnya sudah terdapat sebuah cairan bius. Beberapa detik kemudian, jarum suntik itu sudah bersarang di lengan putih mulus Saint.

Ketika melihat obat itu sudah bereaksi dalam tubuh Saint dengan perlahan-lahan, tubuh pemuda itu sudah tidak sadarkan diri, Abraham langsung saja mengeluarkan handphone nya dan menelepon seseorang.

"Hallo"

("Ya hallo tuan") sahut bawahannya dari seberang sana.

"Kumpulkan beberapa pengawal ke gudang yang ada di hutan!" Perintah tegas Abraham.

("Baik pak!") Sahut orang dari seberang sana.

Setelah itu pun, Abraham mengemudikan mobilnya jauh di hutan pinggiran kota. Dia memasukkan tubuh Saint yang tak sadarkan diri itu ke dalam sebuah gudang besar yang tak terurus dan langsung menyuruh anak buahnya untuk mengikatnya.

Flashback off_

Abraham menjambak rambut Saint yang tengah terduduk di kursi itu, hingga kepala Saint mendongak dan menatap nya dengan tatapan sayu.

"Jika pengadilan tidak bisa memberimu hukuman, maka akulah yang akan menghukummu!" Ujar Abraham dengan rahang yang sudah mengeras dan tatapan nya yang tajam bagaikan elang.

"Beri dia pelajaran!" Perintah Abraham, kepada tiga anak buah di belakangnya itu, kemudian dia duduk di kursi kebesarannya dan menonton, para anak buahnya memukuli Saint.

Bugh... Bugh... Bugh...

Suara bogeman terdengar di dalam ruangan itu dengan sangat kencang. Sedangkan Saint tidak bisa berbuat apa-apa. Tangan dan kakinya di ikat, bahkan mulutnya juga di bekap dengan lakban, sehingga dia hanya bisa menangis dan berteriak dalam hatinya saja.

A Ray Of Sincere Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang