"Bagaimana kuliahmu hari ini?" Tanya Leo, sembari menepikan semua kertas-kertas di tangannya itu, dan bangun dari duduknya, berjalan menghampiri Lian, kemudian duduk di sampingnya.
"Seperti biasanya", balas Lian sambil menatap handphone di tangannya.
"Jadi, tidak ada hal istimewa terjadi?" Tanya Leo, sambil menatap adiknya. Lian teringat sesuatu, dan mengalihkan pandangannya dari handphone ke arah Leo.
"Kenapa?" Tanya Leo, yang menyadari akan tatapan Lian.
"Tadi aku melihat Saint", balas Lian.
"Hah? Maksudnya? Kita setiap hari melihat anak itu, dia tinggal di rumah kita", ujar Leo dengan ekspresi ambigu.
"Tidak, bukan itu..."
"Coba jelaskan padaku, apa maksudmu... Jangan bertele-tele!" ucap Leo, dengan nada serius.
"Saat aku di jalan menuju kesini, aku berpapasan di lampu merah. Aku melihat ke arah mobil yang berhenti di samping mobilku." Ujar Lian.
"Terus?"
"Aku melihat Saint di dalamnya, dia mengendarai mobil itu, dia terlihat berbeda", lanjut Lian.
"Kau pasti salah lihat Lian, kamu kan tau sendiri, Saint tidak bisa bawa mobil!" ujar Leo.
"Tapi orang itu benar-benar mirip Saint"
"Hanya mirip kan? Itu artinya ada kemungkinan bahwa itu bukan Saint," balas Leo.
"Tapi kak, orang itu hanya berbeda cara berpakaiannya saja dengan Saint, setelah itu tidak ada lagi yang membedakan mereka", ujar Lian.
Leo hanya diam tak menjawab. Tapi, dia juga sedang berpikir.
"Ya sudah, nanti kita cari tau yah... Sekarang, ayo kita makan siang!" ujar Leo, mengalihkan pembicaraan.
"Makan siang? Hello... Ini sudah jam tiga sore kak. Aku juga sudah makan siang bersama teman-teman ku tadi di kampus." Ujar Lian.
"Kalau begitu, makan saja lagi... Ayo!" Balas Leo, sambil bangun dari duduknya dan menarik tangan Lian.
"Hah? Tidak mau!" Tolak Lian, mentah-mentah.
"Aish, Ayolah, aku belum makan apa-apa dari tadi!" bujuk Leo, sambil menarik lengan adiknya.
"Ta-pi''
"Ayooooo"
"Iyah... Iyah..."
Lian pun dengan pasrah dan mengikuti kemana kakaknya membawanya.
Setelah beberapa saat berkendara, kedua bersaudara itu kini tiba di sebuah cafe ternama di kota itu.
Seorang pelayan restoran datang, dan membawa buku menu kepada mereka. "Mau makan apa?" Tanya Leo, pada Lian. "Sama seperti punya kakak ajha", balas Lian, "oke!".
Setelah memesan makanan yang hendak mereka makan, Leo dan Lian terlihat mengobrol sebentar.
Tiba-tiba, pintu restoran itu terbuka, menampilkan sekelompok mahasiswa yang datang bersamaan. Pandangan Leo, kini terpaku karena posisi duduk nya kini menghadap pintu depan.
Namun, bukan karena jumlah sekelompok mahasiswa itu yang membuat pandangan Leo terpaku. Melainkan karena dia melihat Saint juga ada di sana bersama mereka.
Dengan menggunakan kameja hitam, dan celana jeans biru terang, sambil tertawa lepas bersama teman-temannya.
"Ada apa?" Tanya Lian, yang memperhatikan perubahan ekspresi Leo.
"I... Itu!" Ujar Leo, sambil terus memandangi pria yang di pikirnya adalah Saint. Lian pun menolehkan pandangannya ke arah Leo menatap.
"Sudah ku bilang kan, aku tidak salah lihat... Orang itu adalah Saint!" ujar Lian.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Ray Of Sincere Love (END)
Ngẫu nhiênYoshirin dituduh berselingkuh dengan mantan kekasih oleh suaminya sendiri. Dua puluh tahun lamanya, dia berusaha untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah namun suaminya hanya menutup mata dengan itu. Dia bahkan menuduh dua anak bungsunya, buka...