Bab 48. kau bukan putra ku namun kau begitu peduli denganku

1.1K 21 0
                                    

Pov_Yoshirin ◠‿◕

Secara perlahan, aku membuka mataku dengan berat. Ahh, kepalaku terasa sangat sakit. Ketika aku membuka mataku, aku berada di tempat yang asing.

"Dimana aku?" Gumamku dengan pelan, sebelum akhirnya aku sadar jika aku berada di rumah sakit.

'Apa yang terjadi?' batinku, sambil mencoba mengingat-ingat kenapa aku bisa berada disini. Akhirnya setelah beberapa saat, aku bisa mengingat kejadian terakhir kali kenapa aku pingsan.

Arghh... Dadaku terasa sangat sakit dan sesak. Aku ingin bangun dan mencari Shane, namun tidak bisa dadaku terasa sangat sakit.

Uhuk... Uhuk... Uhuk...

'batuk lagi?'

Aku terus saja batuk. Dadaku rasanya semakin sakit, aku terus batuk dan menutupi mulutku dengan tanganku. Tanpa ku sadari, ternyata di tanganku sudah ada sebercak darah.

Aku tidak kaget lagi, karena memang aku sudah sering mengalami ini selama beberapa bulan terakhir. Dan hal ini tidak pernah diberitahukan pada kedua putraku, karena aku takut mereka akan khawatir tentang hal ini.

Namun entah mengapa, batukku ini sedari tidak berhenti, dan malah menjadi semakin parah. Dadaku pun juga sudah lebih sakit dari sebelumnya.

Hingga pada akhirnya, dokter datang dan menyuntikkan sesuatu di lenganku. Aku merasa bahwa batukku sudah reda setelah di suntik.

"Dokter, dimana anak saya?" Tanyaku pada seorang dokter perempuan yang saat ini tengah memeriksa detan jantungku.

"Saya juga tidak tau Bu,  saya terakhir kali melihatnya kemarin pagi dan saya sudah tidak melihatnya hingga saat ini", balas dokter itu dengan lembut.

"K- kemarin pagi? Memangnya saya sudah berapa lama berada disini dok?" Tanyaku yang penasaran, entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri di rumah sakit ini.

"Anda di bawah oleh putra Anda ke rumah sakit ini, sekitar dua hari yang lalu, anda tidak sadarkan diri saat itu, dan anda baru Bangun Sekarang" balas sang dokter.

"Dok, saya ingin pulang..." lirihku pada dokter.

"Tapi keadaan anda masih belum memungkinkan Bu", jawab sang dokter.

"Saya mohon dok, saya ingin bertemu anak saya. Pasti dia saat ini tengah sendirian di rumah..." ucapku, yang mengkhawatirkan kondisi Shane.

"Tapi Ibu..."

"Dok, saya mohon..." Lirihku, sambil memohon pada dokter untuk membiarkan saya pulang.

"Baiklah, tapi jika terjadi sesuatu dengan Ibu, segeralah datang kembali ke rumah sakit", balas sang dokter dan aku hanya menganggukinya saja.

Setelah itu, akupun mulai berjalan pulang ke rumah. Aku sempat datang ke bagian administrasi, namun kata mereka tagihanku sudah di bayar oleh Shane.

Pasti dia menggunakan sisa uang yang kami gunakan untuk membeli rumah. Aku berjalan tertatih, ke arah rumah baru kami.

Kalau boleh jujur, dadaku rasanya sangat sakit. Aku ingin segera tiba di rumah dan beristirahat. Namun, saat tiba di rumah aku mendapati putra bungsu ku tidak ada di sana.

"Shane? Nak...!" Panggilku, namun tidak ada sahutan sama sekali dari Shane.

Aku masuk ke kamarku, dan meraih handphone ku yang berada di atas nakas, guna menelepon putraku.

Namun, saat aku membuka handphone ku, ada banyak panggilan tak terjawab dari orang yang tak terduga. Itu adalah panggilan dari putraku Lian.

'Lian? Kenapa dia menelepon ku?' batinku.

A Ray Of Sincere Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang