Bab 15. tidak kasihan padanya

506 22 0
                                    

Tak terasa, satu Minggu kini telah berlalu. Leo sudah di izinkan untuk pulang dari rumah sakit, namun, dia harus melakukan rawat jalan.

"Saint!" Panggil Cynthia yang saat ini tengah duduk, bersama dengan teman-teman sosialita nya di ruang tamu.

"Ya nyonya?" Sahut Saint, sembari berjalan ke arah Cynthia yang memanggilnya.

"Buatkan jus dan camilan untuk teman-teman saya!" ujar Cynthia dengan tatapan tajam.

"Baik nyonya!" ucap Saint sambil menganggukkan, sebelum dia pergi dari tempat itu untuk melaksanakan apa yang di perintahkan oleh Cynthia.

Sementara itu, salah satu teman Cynthia kini menatapi punggung Saint yang sudah mulai menghilang dari ruang tamu itu dengan tatapan yang sedikit sedih.

Suaminya, dan juga Abraham sudah bersahabat ketika mereka SMA. Tentu saja, dia dan juga Yoshirin sudah berkawan baik sejak dulu.

Dia masih tidak menyangka, bahwa Yoshirin masih bisa bertahan bahkan setelah dua puluh tahun di perlakukan seperti pembantu oleh Abraham.

Jika dia ada di posisi Yoshirin, tentu saja dia lebih memilih untuk menceraikan suaminya, dan pergi sejauh-jauhnya bersama anak-anak nya.

"Bel? Kok melamun sih?" Pertanyaan dari Cynthia itu, sontak saja membuat wanita paruh baya yang bernama Arabela itu Buyar dari lamunannya.

"Eh, tidak apa-apa", balas Arabela, dengan tatapan yang entahlah. Dia sebenarnya tidak menyukai Cynthia. Tapi apa boleh buat, hubungan baik antara suami mereka, seolah memaksanya untuk berteman dengan Cynthia.

Saat Cynthia sedang mengobrol dengan teman-teman nya itu, tiba-tiba datanglah Saint yang membawa nampan yang berisi gelas-gelas jus yang hendak di sajikan kepada teman-teman Cynthia.

Saint menaruh setiap gelas dengan hati-hati di atas meja. Namun, saat dia memegang gelas yang terakhir, tiba-tiba saja bagian belakang perutnya terasa sakit, hingga membuat Saint tanpa sengaja menjatuhkan gelas itu.

"Saint apa yang kau lakukan?!" Tanya Cynthia sambil membentak.

"Ma... Maafkan saya nyonya, saya akan membersihkannya", ucap Saint, sambil mengumpulkan beling-beling gelas yang telah pecah itu.

Namun, tak di sangka-sangka, Cynthia berdiri dari tempat duduknya, dia berjalan ke arah Saint dan...

"Argghhh...." Ringis Saint, saat Cynthia yang tak berperasaan itu menginjakkan kakinya yang menggunakan heels di atas tangan Saint yang sedang membersihkan pecahan-pecahan gelas itu.

"Cynthia, jangan seperti itu!" ujar Arabela, mencoba untuk menghentikan Cynthia. Namun nihil, Cynthia malah menginjakkan kakinya lebih keras lagi, hingga membuat Saint terus meringis kesakitan, karena tangannya kini sudah berdarah.

"Awwhh... Nyonya, tolong lepaskan..." ucap Saint memohon pada Chyntia.

"Ini adalah hukuman untuk mu karena telah memecahkan gelas yang sangat mahal ini!" ujar Cynthia sambil terus menginjakkan kakinya di tangan Saint, tak perduli seberapa keras Saint meminta maaf.

Darah benar-benar sudah mengalir hebat di lantai itu. Saint semakin meringis kesakitan.

"Cynthia cukup!" Tiba-tiba Arabela membentak Cynthia.

"Apakah kau tidak kasihan padanya? Lihatlah tangannya sudah berdarah. Dia juga sudah meminta maaf padamu, apakah kau tidak bisa mengampuninya?!" Ujar Arabela.

"Iyah Cyn, lihatlah anak itu sudah kesakitan!" ujar teman Cynthia yang lainnya.

Cynthia pun melepaskan injakan kaki nya dari tangan Saint, dan beralih pergi meninggalkan teman-temannya di ruang tamu itu, bersama dengan Saint yang wajahnya sudah sembab.

A Ray Of Sincere Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang