Bab 61. Foto kenangan

1K 30 0
                                    

Pagi hari kini telah tiba, Sean membuka matanya secara perlahan sambil menyesuaikan dengan cahaya yang masuk dalam indera penglihatan nya.

Dia mendapati sudara kembarnya yang saat ini masih tidur dengan memeluknya erat seolah-olah tak mau melepasnya.

Sean tersenyum simpul, sejak beberapa hari terakhir setelah keluar dari trauma nya, Saint menjadi sangat lengket dengannya bahkan tak mau di tinggal oleh nya hingga membuat dia tidak bisa masuk kuliah karena terus menemani Saint.

Bahkan kemarin, setelah mengetahui kabar bahwa ibunya telah meninggal, Sean tak mampu untuk menangis atau pergi melihat jasat ibunya karena Saint yang tidur di pelukannya.

Dia menunggu Saint bangun, walaupun itu memakan waktu sampai sore.

Mungkin, karena mereka adalah saudara kembar identik sehingga ikatan batin mereka lebih kuat dan hal itulah yang membuat Saint merasa tenang dan aman jika berada di sisi Sean, dia tidak akan ketakutan jika ada Sean bersama nya.

"Saint, ayo bangun sudah pagi", tutur Sean dengan suara seraknya sambil mengelus pipi saudaranya.

Namun alih-alih bangun dari tidurnya, Saint malah semakin tenggelam di dalam selimut.

Ceklek...

"Sean, ayo sarapan setelah itu bersiap-siaplah untuk pergi kuliah", ujar Lian yang saat itu baru saja memasuki kamar Saint.

"Tapi Saint..."

"Tidak apa-apa, aku akan menemaninya hari ini. Kau sudah hampir seminggu tidak masuk kampus karena menjaga nya. Nanti kau ketinggalan pelajaran", ujar Lian.

"Baiklah", sahut Sean. Dengan pelan-pelan, dia melepaskan Saint dari pelukannya dan memperbaiki posisi selimut nya kemudian pergi dari dalam kamar itu.


ʕっ•ᴥ•ʔっ


"Papa mana?", Tanya Sammy ketika menyadari akan ketidak hadiran ayah mertua nya.

"Papa masih di kamar, aku sudah memanggil nya tadi tapi dia bilang tidak nafsu makan", balas Leo.

Di meja makan mereka, sekarang hanya ada pasutri itu, beserta Lian dan Sean.

"Shane?", Tanya Sammy lagi.

"Dia masih tidur, mungkin dia menangis semalaman karena matanya bengkak, dan dirinya juga masih sesenggukan dalam tidurnya", balas Lian.

"Dia adalah anak yang paling manja dengan ibu, dia pasti merasa sangat terpukul", ucap Sean.

"Jujur, aku juga sebenarnya masih tidak rela dengan kepergian ibu. Belum setahun kita bertemu dengan nya, dia malah telah pergi, bahkan sebelum aku bisa merasakan kasih sayang lebih dalam dari nya", lirih Sean.

"Aku juga masih belum bisa menjadi menantu yang baik untuk ibu, aku masih belum sempat meluruskan masalah di antara kami", timpal Sammy.

"Sudah sudah... Ayo makan makanan kalian!" ujar Leo, ingin segera menyudahi kisah sedih itu.

Dia, dan Lian sangat beruntung karena mereka dapat merasakan kasih sayang kedua orang tua mereka sejak kecil.

Namun mereka malah membalas kasih sayang ibu mereka dengan tatapan dingin, kata-kata kasar bahkan tak segan-segan untuk main tangan.

Lia, dan Sean selama ini hidup jauh dari orang tua kandung mereka dan tak bisa mendapatkan kasih sayang dari ayah dan ibu kandung mereka sejak kecil.

Sedangkan Saint dan Shane, mereka berdua hidup dan tinggal bersama dengan kedua orang tua mereka namun tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah.

A Ray Of Sincere Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang