Bab 42. Tidak lebih dari seorang anak pelayan

552 14 0
                                    

Malam itu, Sammy baru saja keluar dari sebuah restoran. Dia seharian Di ajak  teman-teman nya untuk jalan-jalan dan berbelanja, hingga pada akhirnya mereka makan malam di restoran itu, sehingga dia tidak tau apa yang sedang terjadi di mansion sekarang.

"Sudah jam delapan", gumam Sammy sambil memandangi arloji di tangannya.

Karena tidak membawa mobil, Sammy pun menelepon Leo, siapa tau Leo sudah pulang dan bisa menjemputnya. Namun kalau belum, dia akan memesan taksi. Sebab tadi, dia di antar oleh supir dan dia langsung menyuruh supir itu untuk langsung pulang saja.

("Hallo sayang?") terdengar suara Leo dari seberang sana, ketika teleponnya tersambung.

"Kau dimana? Apa masih sibuk bekerja?" Tanya Sammy.

("Tidak, aku sudah di jalan pulang. Oh yah, kau mau aku belikan apa?") Jawab, sekaligus tanya Leo.

"Kau di jalan mana? Tolong jemput aku yah... Jalan-jalan dengan teman-teman ku", ucap Sammy.

("Jangan bilang, kau pergi sejak tadi pagi saat kau meminta izin padaku!") ujar Leo.

"Hehehe... Iyah, maafkan aku yah. Mereka terus menahan ku ketika aku ingin pulang", balas Sammy, dengan cengiran kecilnya.

("Ya sudah, di restoran mana?") Tanya Leo.

"Di restoran Abadi"

("Baiklah, tunggu aku yah!") Balas Leo.

"Baiklah!" ucap Sammy.


(ಠ_ಠ)━☆゚.*・。゚


Mansion_

Shane kini berjalan ke arah kamar Lian, sambil membawa sebuah nampan yang berisi makanan yang baru selesai dimasak oleh dirinya sendiri.

Karena, Ibunya tidak memasak dan ayahnya juga makan di luar. Sedangkan Lian, pemuda itu hanya diam di kamarnya, jadi Shane khawatir jika kakaknya itu akan kelaparan.

Tok... Tok... Tok...

Shane mengetuk pintu kamar Lian. "Tuan muda?" panggilnya. Lian yang mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya pun langsung membukakan pintu.

Ceklek...

"Ada apa?" Tanya Lian dengan wajah datarnya yang dingin.

"Aku membuatkan makanan kesukaan anda tuan. Makanlah!" ujar Shane.

"Baiklah, letakkan itu di meja belajar ku!" ucap Lian.

Shane pun masuk ke dalam kamar Lian yang besar dan luas, dengan bernuansa putih dan biru tua itu. Shane meletakkan makanannya ke atas meja belajar Lian, dan hendak pergi, ketika suatu pemikiran terlintas dipikirannya.

Shane tidak jadi keluar dari kamar Lian. Dia kini membalikkan badannya dan menghadap ke arah Lian.

"Ada apa? Pergilah!" ucap Lian dengan dingin.

"Tuan... Aku ingin meminta tolong padamu..." lirih Shane.

"Kau ingin meminta agar aku bicara pada Papaku untuk membebaskan kakakmu?" Tanya Lian, yang masih mempertahankan ekspresi nya yang tadi.

Shane terlihat tersenyum. Matanya berbinar-binar, kemudian dia mengangguk sebagai jawaban. Berharap, semoga Lian mau membantunya.

"Ck... Jangan harap! Pergilah!!"

Dalam sekejap, Lian mematahkan harapan nya dan menyuruhnya keluar dari dalam kamar itu.

"Tuan aku mohon..." ujar Shane, dengan tatapan memelas.

A Ray Of Sincere Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang