Bab 54. Mimpi Shane

1K 29 0
                                    

"Pa, dimana Shane?" Tanya Leo pada Abraham. Kala itu, pesta sudah selesai dan mereka masih berada di hotel yang sama dan berencana akan menginap disana untuk malam ini.

"Shane sudah tidur. Ini sudah tengah malam, pasti dia sangat mengantuk", balas Abraham.

"Kalau begitu, aku akan tidur sekamar saja dengan Shane!" Ujar Lian.

"Kenapa?" Tanya Abraham. Karena, Lian biasanya tidak suka berbagi tempat tidur dengan siapapun.

"Aku hanya takut, jika terjadi sesuatu dengannya di tengah malam", balas Lian. karena biasanya, akan selalu ada suster yang menjaga Shane, namun tidak dengan malam ini.

"Baiklah..." jawab Lian.

Setelah itu, mereka pun langsung menuju ke kamar masing-masing untuk menghabiskan sisa waktu di malam hari dengan tidur.

Namun, di jam 2 dini hari, tidur Lian terganggu akibat suara lenguhan dari arah samping nya.

Lian membuka matanya yang berat dan melihat ke arah suara itu berasal. Lian membulatkan matanya kala dia melihat Shane yang menggeliat tak tenang, sambil menangis dengan matanya yang masih tertutup.

"Shane, ada apa?" Tanya Lian khawatir, karena melihat Lian yang terus saja mengigau sambil menangis, dengan keringat yang membasahi dahinya.

"Tidak... Jangan Tinggalkan aku Ibu hiks hiks..."

"Hiks... Ibu jangan tinggalkan aku sendiri!"

Isak Shane di dalam tidurnya. Pemuda itu kini tengah bermimpi buruk, dan kakak ketiganya sekarang tengah sibuk membangunkan nya.

Namun nihil, tangisan Shane semakin pecah dan mimpinya semakin menjadi-jadi. Entah apa yang dimimpikan oleh pemuda itu.

"Shane kamu kenapa? Apa yang sakit? Tolong beritahu aku?" Tanya Lian, dia mendengar apa yang di katakan oleh Shane tadi, namun sekarang dia lebih mengkhawatirkan kondisi Shane, karena tangisannya semakin pecah.

"Shane bangun! Shane!!"

"Ibu... Jangan tinggalkan aku!" Akhirnya Shane terbangun, dan memeluk Lian.

Pemuda itu kini menangis sejadi-jadinya di dalam dekapan kakak laki-lakinya itu. "Ibu . . . Hiks... Jangan tinggalkan aku..." Isak Shane.

Lian kembali lagi mendengar kata-kata itu, dan membuat perasaan nya menjadi tidak enak.

"Tenanglah... Ibu tidak akan meninggalkan kita", ucap Lian dengan lembut, sembari mengusap lembut punggung adiknya.

Shane tersentak kaget, dan langsung saja melepaskan pelukannya dengan Lian.

"T... Tuan muda... A... Aku minta maaf..." ucap Shane dengan pelan, sembari menundukkan kepalanya.

Lian terkejut dengan hal itu. Karena selama ini, Shane benar-benar tidak pernah mengatakan apapun setelah dia sadar dari komanya.

Tatapan Shane pun juga dingin dan kosong, seolah-olah yang ada disisi mereka selama ini hanyalah tubuhnya saja, tidak dengan jiwanya.

Tapi apa ini? Shane tiba-tiba berbicara, setelah terbangun dari mimpi buruknya tadi.

"Shane? Akhirnya..." Ucap Lian dengan penuh haru, bahkan terdapat embun di pelupuk matanya. Lian pun segera memeluk Shane lagi, karena saking senangnya.

"T... Tuan muda?" Panggil Shane, dengan pelan.

"Ssstt... Jangan panggil tuan muda lagi... Mulai sekarang, kau harus memanggil ku kakak, ok!" Ucap Lian, sembari memegang tangan Shane.

Shane seketika merasa gembira mendengar hal itu. Akhirnya setelah bertahun-tahun, hari ini datang juga. Dia benar-benar tidak tau apa-apa, tentang apa yang terjadi padanya setelah kecelakaan.

A Ray Of Sincere Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang