Bab 45. Racun

641 14 0
                                    

Malam itu, Yoshirin tengah memasak makan malam untuk nya dan Shane, di rumah yang baru saja mereka beli tadi siang.

"Shane, ayo makan sayang!" ajak Yoshirin, saat melihat Shane yang tengah melamun, entah sedang memikirkan apa.

"Eh, Iyah Ibu!" balas Shane, yang langsung tersadar dari lamunannya.

Yoshirin tiba-tiba merasakan sakit di dadanya, dan diapun terbatuk-batuk. Yoshirin pergi ke kamar mandi, dan dia memuntahkan darah dan terus saja batuk.

"Argh... Dadaku sakit sekali..." Lirih Yoshirin, sambil menahan rasa sakit nya.

"Ibu?" Terdengar suara Shane memanggil.

"Iya sayang?" Sahut Yoshirin dari dalam kamar mandi.

"Ayo makan, nanti makanannya dingin loh!" Seru Shane.

"Iyah tunggu sebentar sayang", ujar Yoshirin. Dia pun segera membasuh mukanya dan berjalan tertatih ke arah dapur karena dadanya yang sakit.

Yoshirin dan Shane pun memakan makan malam mereka. Saat Shane tengah makan, tiba-tiba dia teringat dengan kakaknya.

"Kira-kira, Kak Saint udah makan atau belum yah?" Gumam Shane pelan.  Yoshirin yang hendak menyuapi makanan ke dalam mulutnya seketika terhenti mendengar itu.

Dia mengingat dulu, ketika dia di kurung Abraham selama dua bulan di gudang dan hanya memberinya makanan basi saja.

'Mungkinkah anakku juga mengalami hal yang sama dengan ku?' Yoshirin bertanya-tanya dalam hatinya. Matanya kini sudah berkaca-kaca, siap untuk membuang semua emosinya lewat air mata, namun dia tepis perasaan sedih itu dan digantikan nya dengan senyuman.

"Sayang, ayo habiskan makanan mu. Bukankah kau yang mengatakan pada Ibu untuk percaya bahwa kakakmu itu baik-baik saja?" Ucap Yoshirin dengan nada pelan pada Shane.

Shane yang mendengar hal itu hanya mengangguk saja, sambil tersenyum hambar.

Setelah mereka selesai makan malam, Shane pun segera membersihkan meja, dan mencuci piring kotor mereka.

Yoshirin pun, langsung saja masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, baru saja memegang handle pintu, tubuhnya sudah ambruk di lantai.

"Ibu!" Pekik Shane, saat melihat ibunya yang sudah tidak sadarkan diri di lantai.

"Ibu..." Lirih Shane, sambil menghampiri Ibunya. Tubuh Yoshirin terasa sangat dingin, dan perlahan-lahan darah segar mengalir dari hidung wanita paruh baya itu.

Shane pun tanpa berpikir panjang, langsung saja menggendong tubuh ibunya, dan membawanya ke rumah sakit terdekat.


.          .          .           .



"Jadi dok, bagaimana dengan kondisi Ibu saya? Dan kenapa dia tiba-tiba saja pingsan?" Tanya Shane, pada seorang dokter perempuan yang menangani ibunya saat di bawa ke rumah sakit tadi.

"Setelah di periksa lebih lanjut, kami menemukan semacam racun di darah pasien, yang membuat paru-parunya rusak", ucap sang dokter, memberi keterangan.

"A-Apa dok? R... Racun?" Tanya Shane dengan sedikit terbata.

"Iyah, mungkin seseorang telah mencampurkan racun ke dalam makanan, atau minuman ibu Anda. Kami memeriksa, bahwa ibu anda sudah mengonsumsi racun ini selama dua tahun." Terang sang dokter.

"Hah? Dua tahun?" Shane lebih terkejut lagi mendengar hal ini. Dia benar-benar merasa sedih sekarang.

'tega-teganya ayah melakukan ini pada ibu... Kau jahat ayah! Aku membencimu! Bisa-bisanya kau meracuni ibuku, untuk menyingkirkan nya!' lirih Shane dalam hatinya.

A Ray Of Sincere Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang