Bel masuk kelas sudah berbunyi. Murid-murid lantas memasuki kelasnya masing-masing. Rifka yang baru datang ke kelas, mengejutkan teman sekelasnya karena penampilannya sekarang. Dengan baju seragam yang masih basah, ia berjalan sambil memeluk dirinya sendiri, kedinginan. Tubuhnya terlihat bergetar menggigil, giginya sampai menggelutuk.
"Woi, cupu! Habis mandi ya lo?! Atau habis hujan-hujanan? Perasaan cuaca cerah, deh, kok bisa basah kuyup?!" celetuk anak cowok dari belakang. Diikuti tawaan keras oleh orang-orang sekelas setelah menoleh dan melihat penampilan Rifka yang berantakan.
Akram menoleh kepada cewek cupu itu dengan perasaan yang awalnya bodo amat. Tetapi, begitu mengetahui Rifka dengan pakaian basah, seperti ada hal lain yang menyentuh hati Akram. Suatu perasaan yang seperti tidak bisa ia terima melihat Rifka diperlakukan seperti itu oleh orang yang entah siapa pelakunya. Sepertinya, entahlah, saat ini Akram sedang mengasihani Rifka. Cowok itu bingung mengapa ia bisa kasihan kepada cewek aneh itu. Padahal sebelumnya dia selalu tidak begitu peduli apabila ada yang mem-bully Rifka. Mungkin alasannya adalah karena dirinya pernah berada di tubuh Rifka dan mengalami bahwa menjadi Rifka tidaklah gampang.
Rifka segera berjalan menuju bangkunya dengan masih gemetaran. Kepalanya menunduk karena sekarang menjadi bahan perhatian semua teman sekelasnya.
Lagipula, tidak lama setelah itu, Bu Yurita sudah tiba untuk mengisi jam pelajaran selama satu jam ke depan. Murid-murid pun tampak ribut untuk menduduki bangkunya masing-masing.
Setiap pelajaran Bu Yurita, beliau selalu menyuruh muridnya untuk berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum memulai pelajaran.
Arfian sebagai ketua kelas tanpa disuruh lantas menyuruh teman kelasnya untuk segera berdiri sebelum menyanyi. Tetapi ketika semua murid berdiri, Bu Yurita mendapati Rifka masih duduk di pojok belakang dengan kepala diletakkan di atas meja.
"Rifka? Ayo berdiri," ujar Bu Yurita. Namun Rifka tetap diam saja.
"Cewek cupu itu malah tidur, Bu," kata orang yang duduk di depan Rifka.
Bu Yurita segera menghampiri. Setelah mendekat, ia menggoyang-goyangkan tubuh Rifka yang saat itu tengah memejamkan matanya. Bu guru itu sedikit panik karena lengan Rifka sangat amat dingin, sedangkan keningnya cenderung panas sekali.
"Rifka, kamu sakit?" tanya Bu Yurita begitu melihat Rifka sedikit membuka matanya.
"Ngh..." Rifka merespon sebisanya. Tubuhnya benar-benar lemas untuk digerakkan.
Ya. Rifka sepertinya memang sakit. Ia memegang kepalanya yang terasa berat dan pusing.
"Di sini ada PMR?" tanya Bu Yurita kepada seluruh murid. Tetapi, tidak ada yang menyahut, karena memang di kelas itu tidak ada anak PMR.
Bu Yurita lalu memanggil Arfian, karena cowok itu adalah ketua kelasnya di sini. "Arfian, tolong bawa Rifka ke UKS ya," suruhnya.
"Baik, Bu," kata Arfian segera menghampiri.
"Kenapa harus Arfian sih, Bu?" protes Furi.
"Ya udah, kalo gitu kamu juga bantu Arfian antar Rifka ke UKS," balas Bu Yurita kepada Furi.
Sebenarnya Furi malas sekali untuk mengantarkan cewek cupu itu ke UKS. Tetapi karena tidak mau Arfian berduaan dengan Rifka, jadi ia terpaksa mengiyakan. Daripada Arfian diperlakukan macam-macam oleh si cupu itu.
Akram yang melihat tubuh Rifka begitu lemas, makin merasakan kasihan. Ia yakin dia sedang mengasihani cewek cupu itu, tetapi entahlah, Akram masih belum mau mengakui bahwa dirinya memang kasihan kepada Rifka. Ia pun berusaha untuk tidak memedulikan hal itu dan mencoba melupakan Rifka dalam pikirannya. Apa saja yang terjadi kepada Rifka, itu bukan urusannya. Lagipula Akram bukan siapa-siapanya Rifka juga.
"Baju lo kenapa basah, Rif?" tanya Arfian begitu mereka bertiga baru keluar dari pintu kelas. "Ada yang usilin lo, ya? Pasti lo sakit karena baju sama rok lo basah semua."
Rifka menatap sedikit kepada Furi, dia tidak menjawab karena salah satu pelakunya ada di sampingnya. Sedangkan di sebelahnya, Furi diam saja seolah pura-pura tidak mengetahui mengapa Rifka basah kuyup seperti itu.
"Arfian ... " panggil Rifka dengan lemas. "Tolong antarin gue pulang aja... Nggak usah ke UKS. Gue mau pulang...."
"Apaan sih lo mau dianter segala?" bentak Furi. "Lo sengaja kan mau modus ke Arfian?" tuduhnya.
"Sstt! Ri, jangan ngomong gitu," kata Arfian menegur. "Ya udah, gue bakal anterin lo pulang."
Arfian memang cowok yang baik.
Arfian lalu segera masuk ke ruang guru untuk meminta izin kepada walikelas bahwa ada salah satu muridnya yang sakit akan pulang lebih awal. Kebetulan saat ini mereka berada di depan koridor ruang guru.
"Awas ya lo, kalau nanti malah godain Arfian!" kata Furi mengancam karena kemarin dia dengan jelas melihat Rifka yang tiba-tiba menyosor untuk mencium Akram. Dia tidak mau giliran Arfian yang akan digodanya seperti itu.[]
Vote ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
AKRAM & RIFKA
Novela JuvenilAkram mau tidak mau harus terjebak ke tubuh cewek cupu indigo. Rifka malah kegirangan begitu tahu jiwanya masuk ke tubuh Akram, cowok tampan dan dingin yang selalu disegani oleh semua orang. Bagi Rifka, menjadi Akram adalah keberuntungan. Bagi Akram...