Sesuai ucapannya, Akram benar-benar mengikuti Rifka dari belakang sampai tiba di rumah cewek itu. Rifka juga tidak menyangka cowok itu sungguh mengikutinya. Dan itu membuatnya semakin jengkel.
"Oke, lo berhasilkan, ngikutin gue sampai rumah gue? S-sekarang ... sana lo pergi!" kata Rifka, mengusir.
Tak ada reaksi apa pun yang akan Akram lakukan. Cowok itu malah diam saja di atas motornya, sambil menatap Rifka dengan masih datar.
Rifka tidak tahan. Ia akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Akram sendirian di sana. Melihat mukanya membuat Rifka makin kesal. Baru beberapa langkah menuju rumah, dari kejauhan Bu Hara memanggil.
"Rifka, itu kenapa Akram gak diajak masuk?" tanya Bu Hara yang entah baru dari mana. Setelah mendekat, ia berujar kepada Akram, "Akram, udah lama gak main ke sini. Ayo masuk!"
"Dia mau pulang, Bu!" kata Rifka, keberatan atas ajakan ibunya itu kepada Akram.
"Oh, mau pulang," gumam Bu Hara.
"Enggak," kata Akram, akhirnya dia bersuara juga. "Saya mau di sini dulu, Bu. Seblaknya masih ada?"
Hal itu membuat Rifka menghela napas. Ternyata semua ini, kejengkelan ini, belum berakhir. Sial, rutuk Rifka dalam hati. Iya, Rifka tahu Akram memang menyebalkan dari dulu. Tapi sekarang cowok itu terasa semakin menyebalkan.
"Kamu mau seblak? Ada! Sebentar ya..., ibu bikinin dulu," kata Bu Hara. "Ayo masuk ke dalem. Rifka, temanin dong, Akram-nya...."
Bu Hara ternyata masih berjualan seblak. Waktu awal-awal Akram diajak ke pasar, warung seblak Bu Hara masih sedikit menunya, sekarang sudah bertambah banyak.
Akram berjalan ke dalam rumah. Sedangkan Rifka sudah lebih dulu masuk. Akram mendapati Coki di ruang keluarga, sedang duduk di kursi sambil menonton TV. Tapi tatapannya kosong, seperti tidak sedang benar-benar sedang menonton TV. Begitu menyadari kehadiran Akram, bocah itu tampak kaget.
"Eh, Bang Akram! Lo mau apa ke sini? Mau jemput gue ke rumah sakit? Yuk, gue mau jenguk Sephia lagi!" kata Coki berceloteh.
"Kemarin kan lo baru jenguk," kata Akram.
"Itu kan kemarin, Bang. Hari ini belum!"
"Gue sekarang lagi pengen main di sini dulu."
Coki cemberut. Lalu kembali memalingkan wajahnya ke arah TV. Tingkah laku bocah itu tidak seperti biasa. Biasanya, kalau mau sesuatu, Coki selalu memaksa sampai kemauannya itu terpenuhi. Sekarang, ketika permintaannya ditolak, Coki seperti pasrah saja. Lalu kembali murung lagi.
"Nih, lo main game aja," kata Akram memberikan ponselnya. Dia jadi tidak tega.
Coki menatap ponsel itu sebentar, lalu menatap televisi lagi. "Gak deh. Gue lagi mau ngelamun."
Akram memasukkan ponselnya itu kembali. Ya sudah, bagus, pikirnya kurang suka. Dia menyesal sebelumnya malah merasa iba kepada bocah botak itu.
"Rifka! Tolong ambilin sapu!" teriak Bu Hara dari luar, meminta bantuan.
"Mbak lagi di kamar mandi, Bu." Coki menyahut.
"Ya udah, sama Coki aja. Ambili sapu, di kamar ibu!"
"Gak bisa, Bu. Coki lagi ngelamun!" tolak Coki.
"COKI!!" bentak Bu Hara.
Akram agak kaget sedikit. Bu Hara yang kalem dan ramah, kalau marah bisa seram juga.
"Iya, iya," kata Coki akhirnya. Akan tetapi, bukannya segera mengambil sapu, bocah itu masih saja melamun.
"Kok lo malah diem?" tanya Akram.
"Sama lo aja deh, Bang! Gue lagi sibuk."
Akram tidak senang dirinya disuruh-suruh seperti itu. Apalagi dia sedang bertamu sekarang. Coki memang selalu membuatnya kesal di situasi apa pun. Namun entahlah, karena tidak tahu akan melakukan apa juga di sana, jadi Akram berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamar Bu Hara untuk mengambilkan sapu.
Kamar Bu Hara bersebelahan dengan kamarnya Rifka. Begitu masuk, Akram langsung melihat bahwa isi ruangan tersebut sangat rapi, kurang lebih seperti kamar Rifka. Cowok itu menoleh ke sana ke mari, mencari benda bergagang itu. Ia akhirnya menemukan sapu tersebut yang diletakkan di samping sebuah lemari tua.
Akram mengambil sapu itu, tetapi begitu ia hendak kembali keluar dari kamar, pintu lemari tiba-tiba terbuka lebar dengan membunyikan suara seperti tikus terjepit. Akram kembali untuk menutup pintu lemari itu, dengan tidak memiliki pemikiran yang aneh-aneh. Mungkin karena angin. Lagipula lemari itu memang terlihat sudah tua dengan ujung kayu yang sedikit keropos. Namun, ketika akan menutupnya, pintu lemari tersebut tidak bisa digerakkan. Seperti ada sesuatu yang menahannya.
Akram menjadi tidak habis pikir dengan lemari ini. Angin apa yang bisa menahan lemari agar tidak bisa tertutup? Ia lantas frustasi. Kalau tidak ditutup, ia pasti bakal dikira copet karena seolah telah mengambil sesuatu dari dalam lemari itu.
Akram menarik napas, mengumpulkan tenaganya untuk berusaha kembali menutup pintu lemari itu, ketika tiba-tiba sebuah buku terjatuh dari dalamnya. Buku itu memiliki sampul bertuliskan. Panduan Tukar Jiwa.
Oh. Akram langsung tahu bahwa ini semua pasti ulahnya Pak Budi, bukan angin. Waktu itu, ia pernah diberi tahu oleh hantu bonyok tersebut mengenai Buku Panduan Tukar Jiwa ini. Akram awalnya tidak penasaran dengan kutukan turun temurun yang Rifka alami itu. Tapi begitu melihat buku itu tampak unik dan terkesan jadul, ia mencomot buku itu dan membaca isinya.
Halaman buku itu menjelaskan mengenai daftar isi yang terdiri dari asal-usul kutukan tukar jiwa, macam-macam kutukan tukar jiwa, beserta cara-cara menghilangkan kutukan tukar jiwa itu.
Akram langsung melewati bagian yang menjelaskan asal-usul kutukan tukar jiwa itu karena penjelasannya sangat panjang dan tulisannya kecil dan sedikit kurang jelas.
Ia lalu berpindah ke halaman berikutnya yang menjelaskan macam-macam dan jenis kutukan tukar jiwa.
Seperti yang dijelaskan Bu Hara waktu itu bahwa, kutukan tukar jiwa ini banyak ragamnya. Seseorang yang terkena kutukan ini, akan bertukar jiwa dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang hanya dengan berpegangan tangan, saling merangkul, berpelukan, sampai ... kutukan yang dialami Rifka kepadanya: saling menyatukan bibir.
Akram kemudian mendapati bagian halaman yang menjelaskan cara menghilangkan tukar jiwa yang dengan menyatukan bibir. Ia lalu membacanya dalam hati.
KUTUKAN TUKAR JIWA
JENIS KE TUJUH: SALING MENYATUKAN BIBIRKutukan tukar jiwa jenis ini adalah kutukan tukar jiwa yang sangat langka dibanding dengan kutukan tukar jiwa yang lain.
Pemilik kutukan ini bisa menghilangkan kutukannya. Caranya adalah dengan harus menempelkan bibirnya dengan bibir orang yang keduanya saling mencintai.
Nanti, ketika mereka saling menempelkan bibir, mereka tidak akan bertukar jiwa dan setelah itu pemilik kutukan ini bisa dengan bebas menempelkan bibirnya dengan bibir siapa pun tanpa perlu takut jiwanya akan berpindah.
"BANG LAGI APA?!" teriak Coki, yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu. "MANA SINI SAPUNYA!! SAKIT BANGET ANJING, TADI GUE HABIS DITENDANG SAMA IBU!!" tambahnya sambil memegangi pantat dengan kesakitan.[]
GAIS BACA CERITAKU YANG JUDULNYA 29th of FEBRUARY!! wkwk
31 Januari 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
AKRAM & RIFKA
Ficção AdolescenteAkram mau tidak mau harus terjebak ke tubuh cewek cupu indigo. Rifka malah kegirangan begitu tahu jiwanya masuk ke tubuh Akram, cowok tampan dan dingin yang selalu disegani oleh semua orang. Bagi Rifka, menjadi Akram adalah keberuntungan. Bagi Akram...