62. Terganggu

836 52 4
                                    

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Rifka biasanya akan langsung ke kantin sendirian untuk mengisi perut. Tetapi ketika membereskan alat tulisnya, seseorang menghampirinya.

Kini Akram sudah berdiri di samping mejanya, tanpa menyapa apa pun. Cowok itu hanya berdiri mematung sambil menatap Rifka dingin.

Rifka bingung dan tak nyaman dengan tingkah aneh Akram di situ. Apalagi pagi tadi cowok itu bilang bahwa Rifka adalah pacarnya. Jadi, ia akhirnya mulai bertanya, "Lo ... ng-ngapain, sih?"

"Temenin gue ke kantin," jawab Akram datar.

"Ng-ngapain?"

"Beli makanan, lah. Lo kan punya perut. Gak laper?"

"M-maksud gue ... ngapain ngajak gue?"

"Karena lo pacar gue sekarang."

"Gak. G-gue gak mau ke kantin. Lo pergi aja sendiri!" kata Rifka, walaupun memang perutnya sangat lapar. Dia tidak mau orang-orang di sana menganggap Rifka dan Akram benaran pacaran, padahal kan tidak sama sekali.

"Cepet!" ujar Akram. "Gak ada penolakan! Atau lo mau gue bopong sekarang?"

Rifka menghembuskan napasnya kasar. Lagi-lagi bertingkah semaunya sendiri.

"K-kenapa sih, lo selalu bertingkah seenaknya ke gue, Ram? Gue gak mau ... jadi jangan dipaksa. G-gue mau di kelas aja."

"Oke. Kalau gitu, gue bakal temenin lo di sini. " Setelah mengatakan itu, Akram menduduki bangku kosong di depan meja Rifka.

Tentu saja Rifka makin risih. Kini Akram memperhatikannya terus menerus. Rifka tidak tenang dengan perlakuan cowok dingin itu kepadanya yang tiba-tiba bersikap baik seperti itu, seolah-olah Akram adalah pacarnya.

Kini mereka pun jadi bahan perhatian orang-orang. Rifka tahu orang-orang di kelas tidak percaya juga dengan tingkah Akram yang mendekatinya ini. Mungkin mereka menganggap Rifka sama sekali tidak cocok dengan Akram karena ... mana bisa seorang cowok dingin berpacaran dengan cewek cupu nan bodoh?

Selain itu, Rifka juga mendapati Helly dari kejauhan yang menatapnya dengan pandangan yang kesal.

Rifka sudah tidak tahan lagi sekarang. Ia pun berdiri dari sana, berniat akan pergi ke luar kelas. Kemana saja asalkan menjauh dari cowok itu.

Sialnya, Akram membuntuti tanpa diminta.

Rifka yang sedang ingin sendiri dan tidak mau diganggu, lalu membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan cowok yang menjadikannya sebal begini hari ini.

"Ram! K-kenapa sih, lo? Kesambet? Atau ... apa? Tolong jangan bersikap kayak gini ke gue, Ram! G-gue jadi takut sama lo!" kata Rifka tidak terima.

"Ngapain takut?" tanya Akram datar. "Gue kan pacar lo. Jadi gue bakal jagain lo, ke mana pun lo mau."

Dari belakang Rifka, tiba-tiba ada yang menghampiri mereka dengan sengaja. Bobi.

"Heh, curut!" panggil Bobi pada Akram. "Gue denger-denger, katanya lo pacarnya si cupu ini, ya? Jelek amat selera lo?"

"Maksud lo apa? Hah?!" Akram lantas mencengkeram kerah Bobi.

Dia tidak tahu mengapa dia langsung mencengkeram kerah Bobi. Entah itu kesal karena Bobi meledeknya, atau ... Akram tidak terima Bobi menghina Rifka. Akram tidak tahu. Bobi memang selalu membuatnya kesal.

Akram mengancam. "Sekali lagi lo bilang kayak gitu, gue hajar!"

"Bobi! Akram! Jangan berantem!" Tasya datang dan berusaha untuk melerai.

Rifka mundur sebentar dari mereka. Karena begitu Tasya berada di sebelah Bobi, Rifka melihat sesosok hantu muncul di antara mereka. Sosok hantu yang selalu Rifka lihat jika Tasya sedang bersama Bobi.

AKRAM & RIFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang