30. Jangan Geer

1.2K 85 0
                                        

Tidak ada rencana bagi Akram untuk melakukan sesuatu ketika pulang sekolah. Setelah bel pulang berbunyi, dia berniat langsung pulang ke rumahnya. Tetapi, begitu sampai gerbang, kunci motor yang biasanya sering dia simpan di saku celana rupanya tidak ada.

Mungkin ketinggalan di kolong meja, pikirnya. Jadi, Akram kembali lagi ke kelas untuk mencari kunci motor itu.

Sedangkan di kelas, masih ada beberapa orang yang belum selesai merapikan alat-alat tulisnya. Salah satunya adalah Rifka Helena.

Rifka yang baru saja selesai memasukkan bukunya ke tas, berdiri dan menggendong tasnya. Dia akan berjalan ke pintu kelas untuk keluar. Tetapi begitu dekat dengan meja Helly, dia tak sengaja tersandung salah satu kaki meja, menyebabkan dia hampir terjatuh.

Untung saja tangannya memegang meja Helly untuk bisa menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Tetapi, itu malah menjadikan tempat pensil yang masih berada di atas meja Helly jatuh.

Melihat yang membuat tempat pensilnya jatuh adalah orang yang paling dia benci, Helly tentu saja tidak terima. Dia marah. Apalagi sebelumnya Akram membela Rifka dan gara-gara Rifka, ia disebut bodoh oleh cowok yang disukanya itu.

"Lo punya mata gak sih? Dasar cupu!" bentak Helly, matanya memelototi.

Rifka menunduk. "M-maaf, gue ... nggak sengaja," katanya dengan gemetar. Rifka yakin, sebentar lagi Helly akan melakukan suatu hal lagi kepadanya. Ia merutuki dirinya sendiri mengapa tadi dia berjalan dengan tidak hati-hati.

"Furi, Tasya, pegang tangan si cupu ini!" suruh Helly kepada dua temannya.

Tanpa basa-basi, Furi dan Tasya segera menghampiri Rifka dan memegang tangan cewek cupu itu.

"T-tolong, lepasin gue ... Gue mau pulang," kata Rifka begitu dirinya ditahan. Padahal, dia ingin buru-buru pulang karena perutnya lapar sekali.

"Diem! Gue mau dandanin lo supaya lo ... jadi cantik!" ujar Helly tersenyum jahat.

Helly membuka tempat pensilnya. Kemudian dia mengambil sebuah spidol. Tanpa ragu, dirinya mencoret-coret wajah Rifka dengan spidolnya itu.

Saat itu, Rifka tidak bisa apa-apa. Kalau memberontak, perlakuan keji mereka kepadanya akan lebih menjadi. Lagi-lagi, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis tanpa suara. Rifka sebenarnya ingin sekali berteriak. Tetapi ... Entahlah! Seperti ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongannya hingga membuat Rifka sulit memberontak melawan Helly.

Dia juga tidak tahu akan sampai kapan Helly berhenti mem-bully-nya? Dan entah akan sampai kapan dirinya terus takut seperti itu kepada Helly?

"Nah, kalau gini kan, cantik!" kata Helly, ketika sedang membuat coretan di seluruh wajah Rifka. Kini, gambar-gambar aneh mengotori kening, pipi dan hidung Rifka.

Di sebelahnya, Furi dan Tasya menertawakan.

"Helly, udah!" Sebuah suara terdengar nyaring dari pintu.

Akram yang kembali untuk berniat mengambil kunci motornya di kolong meja, menemukan Rifka sedang di-bully oleh Helly dan teman-temannya. Melihat Rifka diperlakukan tak sepantasnya, entah mengapa Akram merasa tidak terima. Apalagi orang yang melakukan itu lagi-lagi adalah Helly. Akram bingung dengan cewek itu, Helly seperti tidak bisa puas mem-bully Rifka.

Akram menghampiri dan merebut spidol dari tangan Helly. Setelah mendapatkan spidol itu, ia melemparkannya.

"Kenapa lo sekarang belain si cupu terus sih, Ram?" tanya Helly, tidak habis pikir.

"Karena dia gak pernah salah ke lo!" balas Akram, tidak habis pikir juga karena Helly selalu mem-bully Rifka yang tak pernah melakukan kesalahan apa pun kepadanya.

"Dia ngejatuhin tempat pensil gue, Ram!"

Akram lalu menoleh ke Rifka. "Lo sengaja ngejatuhin tempat pensilnya?" tanyanya.

Rifka yang masih terisak-isak, sedikit menggeleng.

"Lihat, kan? Berarti dia enggak sengaja ngejatuhin tempat pensil lo itu! Lagian tempat pensil lo nggak rusak juga kan?!" kata Akram, tetap membela Rifka. Baginya perlakuan Helly sudah sangat keterlaluan.

"Lo kenapa bela si cupu yang jelas-jelas waktu itu pernah nyosor buat cium lo?" tanya Helly, tak suka Akram malah membela cewek cupu yang dibencinya itu. "Apa lo gak jijik, Ram, sama dia?"

"Ngapain gue jijik sama dia? Dia kan pacar gue. Gue malah jijik sama tingkah lo," balas Akram.

Helly terdiam kaget. Furi dan Tasya juga terkejut mendengar perkataan Akram itu.

"Lo ... bercanda kan, Ram?" tanya Helly, tidak percaya dengan perkataan Akram itu. "Mana ada cowok dingin kayak lo pacaran sama cewek cupu kayak Rifka?!"

"Apa masalahnya kalau dia cupu? Dia baik, enggak kayak lo yang sering bully orang!" kata Akram. "Sana kalian pergi!"

Helly mengepalkan tangannya keras. Dia kesal dan sebal. Sebelum pergi, dirinya menatap mata Rifka dengan tajam penuh kebencian, seolah sedang mengancam.

Usai Helly dan dua temannya itu pergi, kini tinggal tersisa dua orang saja di dalam kelas. Akram lalu tampak menuju mejanya, mengambil kunci motornya yang ketinggalan.

"Ngapain sih ... lo malah ke sini? S-segala bilang gue pacar lo?" tanya Rifka sambil mengusap pipinya yang basah. "L-lo ... Masih belum puas bikin gue menderita terus?"

"Jangan geer!" balas Akram. "Tadinya gue ke sini cuma mau ngambil kunci motor gue aja. Gue bilang lo pacar gue supaya Helly gak ganggu lo lagi."

"Tapi dengan cara itu, Helly bakalan makin benci gue! Bisa nggak sih lo berhenti ngasih masalah lagi ke gue?" cecar Rifka. Dia masih terbayang tatapan Helly padanya tadi sebelum pergi. Dia takut besok-besok Helly akan mem-bully-nya lagi semakin parah. Rifka tidak tahan.

Akram diam saja. Ia menghela napas. Dibantu malah marah, pikirnya. Dia mencoba untuk tak memedulikan Rifka lagi. Akram akan berbalik pergi, ketika tiba-tiba Rifka kembali berteriak.

"Setan! Ada setan!" Rifka histeris. Reflek cewek itu langsung menghampiri Akram dan memegang lengan cowok itu, ketakutan.

Tanpa diduga, Akram lalu meraih pundak cewek itu dan mendekatkan ke tubuhnya. Setelah itu, Akram mendekapkan kepala cewek itu ke dadanya. Rifka yang diperlakukan seperti itu, lantas terdiam. Setelah sadar, segera dia mencoba mundur untuk menjauh dari tubuh Akram.

Tetapi, Akram kembali menarik tubuhnya agar tetap berada dalam dekapannya.

Rifka lantas mendorong tubuh Akram. "A-apa-apaan sih lo?" kesalnya. Dia baru sadar dia sedang membenci Akram.

Rifka lalu menatap ke sekeliling. Hantu yang tadi dilihatnya sekarang sudah menghilang.

"Setan itu masih gangguin lo?" tanya Akram kemudian.

Rifka yang menunduk karena malu atas perlakuan Akram kepadanya barusan, mengangguk pelan. Dia tidak mau menatap mata cowok itu.

Akram tampak menghela napasnya sesaat.

"Atas dasar gue mau minta maaf karena gara-gara gue lo makin dibenci orang-orang, gue bakalan bantu lo supaya setan bonyok itu berhenti gangguin lo. Asalkan lo mau maafin gue supaya gue nggak ngerasa bersalah terus. Sekarang gue mau masuk ke tubuh lo lagi buat nyelesaiin masalah si setan bonyok itu," kata Akram, menatap Rifka dengan serius. Setelah beberapa saat, dia pun berkata, "Cium gue."[]










Wadaw, udah chapter 30 nih... Gimana ceritanya haha!

Btw saya lagi nulis cerita lain dulu... Jadi kayaknya bakal jarang up... Vote dan komen terus aja ya... terima kasih...

AKRAM & RIFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang