Halo! Kalian dari kota mana aja nih gais ??
Terima kasih ya, udah baca... Enggak nyangka tadi pagi bangun tidur tiba-tiba cerita ini ada di rank #3 Fantasi dan #2 Horor ...
Vote dan Komentar cerita ini ya, supaya saya makin semangat nulisnya ... Btw gw author cowok gais haha :D
Follow juga dong, biar gak ketinggalan cerita gw yang lain! Selamat membaca!
[]
Kini Rifka baru sampai di depan gerbang parkiran. Dilihatnya, Arfian ternyata sudah berada di sana. Cowok itu sedang duduk menunggu sambil meminum es cekek.
Setelah tampak menghabiskan esnya, Arfian lalu berjalan menghampiri Rifka.
"H-hai!" sapa Rifka begitu cowok itu mendekat. Tentu saja dia sekarang kembali sangat canggung berhadapan langsung dengan cowok itu. Canggung yang menyenangkan.
Arfian membalasnya dengan tersenyum. "Antarin gue ya, Ram ... Motor gue lagi di bengkel ..."
"Iya ...," balas Rifka. Dia kemudian menyodorkan kunci motor milik Akram. "Lo yang bawa aja, Ar. Gue ... bukan tukang ojek," katanya beralasan. Bilang saja kalau tidak bisa membawa motor!
Arfian nyengir dan mengangguk setelah menerima kunci motor itu. Ia kemudian berjalan menuju motor Akram. Setelah berhasil mengeluarkan motor, Rifka naik di jok belakang. Dia senyum-senyum karena akhirnya dia berboncengan lagi dengan Arfian!
"Ram, kita ke toko kado dulu ya, sebentar?" tanya Arfian begitu motor baru saja melaju. "Gue mau beli sesuatu di sana."
"Iya," balas Rifka. Mau kemana pun, rasanya Rifka bakal mengiakan jika Arfian yang mengajak. Bahkan jika Arfian mau, Rifka rela berduaan dengannya ke mana pun seharian asalkan bersama Arfian. Dasar cupu.
Tak lama, karena jarak antara rumah kado itu tidak begitu jauh dari sekolah, mereka akhirnya sampai di sana.
Arfian dan Rifka lalu masuk ke tempat itu. Arfian akan membeli sesuatu sebagai hadiah untuk seseorang. Baru membuka pintu, Rifka sudah melihat barang-barang berwarna-warni yang lucu dan unik. Dia sangat senang jika mengunjungi tempat-tempat penuh warna seperti ini.
Dari belakang, Rifka mengikuti Arfian yang berjalan menuju lemari boneka. Cowok itu mengambil beberapa boneka. Ia kemudian membalik badannya agar bisa berhadap-hadapan dengan Akram yang dilihatnya.
"Ram, gue bingung. Bagusan boneka kucing atau beruang, ya?" tanya Arfian meminta pendapat.
Rifka tampak berpikir sejenak. Ia lalu menunjuk boneka beruang di tangan kanan Arfian. "Bagusan yang beruang, Ar! Warnanya pink. Gue suka!" balasnya.
Arfian mengerut bingung. "Lo suka warna pink?" tanyanya heran.
Rifka menggaruk tengkuk. "Em ... bukan ... maksud gue ... gue lebih suka boneka beruang itu daripada boneka kucingnya," jawabnya. Tentu saja Arfian kelihatan heran karena bingung cowok sedingin Akram masa menyukai warna pink?
Arfian kemudian menatap dua boneka di tangannya satu per satu. Ia lalu menaruh boneka kucing di tangan kirinya itu ke tempat asal.
"Oke, gue jadi beli yang beruang aja, deh," kata Arfian.
Rifka tersenyum mengetahui pilihan bonekanya itu adalah yang dipilih Arfian juga.
"E-emangnya ... boneka itu buat siapa?" tanya Rifka.
"Furi," kata Arfian. "Masa lo enggak tahu sih, Ram? Kan kemarin gue sempet bilang ke lo kalau gue mau nembak Furi. Nah, pas nembak Furi nanti, gue bakal ngasih boneka ini! Furi pernah cerita, katanya boneka di rumahnya udah rusak, jadi gue mau kasih boneka ini buat dia, ngengantiin bonekanya yang rusak!"
Degh!
Senyuman Rifka tiba-tiba menghilang. Dadanya sesak, seperti ada sesuatu yang baru saja menghantamnya keras. Rasanya sakit sekali mengetahui Arfian akan menyatakan cintanya kepada Furi.
Arfian akan menuju kasir untuk membayar boneka beruang itu, sebelum Rifka memanggilnya.
"Arfian."
Arfian menoleh. "Apa?"
"Lo ... mau nembak Furi?"
"Iya, kenapa?"
"Kapan?"
Arfian tampak berfikir. "Tadinya mau sore ini. Tapi kayaknya besok aja. Hari ini gue mau ke bengkel, benerin motor gue dulu," katanya. "Kenapa? Lo mau ikut nyaksiin pas gue nembak Furi, Ram? Ayo, ikut aja."
Rifka menggeleng. "J-jangan."
Arfian mengerutkan dahi. "Maksud lo?"
"Jangan ... nembak Furi."
"Kenapa emang?" Arfian terkekeh sedikit. "Lo ngomong apa sih, Ram?"
"Gue suka sama lo!" kata Rifka seketika.
"Hah?!" Arfian seperti tidak percaya mendengar teman dekatnya itu berkata seperti itu kepadanya. Akram suka Arfian?
Rifka membulatkan matanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Dia keceplosan!
"M-maksud gue ... Gue juga suka sama Furi! Jadi lo ... Jangan nembak Furi ... ya?" kata Rifka menjelaskan. Dia takut Arfian berpikiran yang tidak-tidak tentang Akram. Rifka ingat dulu Akram pernah bilang untuk tidak mempermalukan dirinya ketika Rifka berada di dalam tubuhnya.
Arfian masih mengerutkan kening. Diam sebentar, seperti memikirkan sesuatu. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka sampai Arfian akhirnya kembali bersuara.
"Serius, Ram? Lo ... suka Furi juga?" tanya Arfian.
Rifka mengangguk pelan. Sebenarnya, dia merasa agak bersalah berbohong begini kepada Arfian di dalam tubuh Akram. Tetapi, ia meyakini dirinya bahwa Rifka tidak benar-benar salah juga. Toh waktu itu Akram banyak melakukan kesalahan juga kepadanya, apalagi ketika Akram mencium Rifka di hadapan teman sekelas. Bagi Rifka kebohongannya ini tidak ada apa-apanya dibanding perlakuan Akram waktu itu. Tidak apa-apa kan, Rifka egois sedikit?
"Bukannya lo dulu pernah bilang Tasya cantik, Ram? Lo suka sama Tasya, kan? Kok sekarang jadi tiba-tiba suka Furi?" tanya Arfian. Cowok itu masih tidak percaya jika dia dan teman dekatnya menyukai cewek yang sama.
"Gue ... enggak suka Tasya. Gue sukanya Furi," kata Rifka bersikeras.
"Kenapa lo enggak bilang sih, Ram?"
"G-gue kan ... tadi bilang."
"Maksud gue, kenapa gak bilang dari awal aja kalau lo suka juga sama Furi?" jelas Arfian, dari raut wajahnya, cowok itu tampak sedih.
"Justru ... sebelum lo bener-bener jadian sama Furi, jadi gue sekarang bilang ke lo, tentang perasaan gue ke ... Furi."
Arfian kembali diam membisu. Dia menunduk sebentar, kemudian meletakkan lagi boneka beruang itu ke tempat asalnya.
"Ayo pulang aja," kata Arfian, nada bicaranya pelan, sedikit murung.
"Enggak jadi beli bonekanya?" tanya Rifka.
Arfian menggeleng dan berjalan menuju pintu keluar. Rifka hanya membuntuti.
Rifka sadar tingkahnya itu terkesan jahat untuk Arfian. Tetapi bagaimana pun, ia tidak mau Arfian menjadi pacar Furi. Dia suka Arfian, dia tidak mau juga Arfian menjadi pacar siapa pun. Kalau dirinya tidak bisa memiliki Arfian, maka semua cewek tidak boleh ada yang menjadi pacar Arfian. Mumpung dia sedang berada di tubuh Akram.
Walaupun sekarang dia merasakan bersalah juga. Rifka hanya takut gara-gara tingkahnya ini, Arfian akan marah kepada Akram. Rifka tidak ingin merusak hubungan pertemanan antara Akram dan Arfian.
Yah, semoga mereka berdua tetap baik-baik saja, pikir Rifka.[]
Vote dan komentar Next untuk lanjut!
Follow juga randurian
Dukung terus ya, makasih gais hehe

KAMU SEDANG MEMBACA
AKRAM & RIFKA
Fiksi RemajaAkram mau tidak mau harus terjebak ke tubuh cewek cupu indigo. Rifka malah kegirangan begitu tahu jiwanya masuk ke tubuh Akram, cowok tampan dan dingin yang selalu disegani oleh semua orang. Bagi Rifka, menjadi Akram adalah keberuntungan. Bagi Akram...