61. Seenaknya

813 65 11
                                        

Tiga hari sudah berlalu dan semenjak pingsan kemarin, sampai sekarang Sephia masih belum sadarkan diri. Anak perempuan kecil itu dinyatakan koma. Sekarang, Sephia tengah terbaring lemas dengan selang nasogastrik tertempel di hidungnya.

Selama tiga hari itu, Rifka dan Coki tidak pernah absen untuk menjenguk. Keduanya tentu sangat mengkhawatirkan Sephia, apalagi Coki sang pacar. Bocah laki-laki yang gemar berulah, banyak omong dan tidak pernah bisa diam itu kini seketika berubah menjadi bocah yang pendiam. Bahkan lebih pendiam jika dibandingkan Akram. Tak ada semangat pada raut wajahnya. Hidupnya terasa hampa.

Akram, sebagai kakak dari Sephia juga tidak kalah sedih. Sephia adalah saudari satu-satunya yang dia punya. Ia takut kehilangannya. Ia tak pernah percaya adiknya ini bakal mengalami hal seperti ini. Mengapa harus Sephia? Akram tahu, banyak keinginan yang Sephia ingin capai. Kalau bisa, dia rela menggantikan posisi Sephia di sana.

Akram teringat salah satu dari banyaknya keinginan Sephia kepadanya. Sephia selalu saja menanyakan tentang siapa pacar Akram? dari dulu. Adiknya itu sangat ingin kakaknya memiliki pacar agar ada yang selalu menemani hidupnya, padahal Akram sendiri tidak pernah memikirkan hal itu.

Akram sama sekali tidak membutuhkan pacar untuk saat ini. Ia sama sekali tidak keberatan jikapun tak ada yang menemani. Sephia memintanya agar mencari pacar mungkin hanya karena novel-novel yang ia baca, dan ingin melihat kakaknya bahagia. Bagi Akram, memiliki pacar ketika masih sekolah hanyalah kegiatan yang cuma membuang-buang waktu karena itu tidak penting.

Namun kini, begitu mengetahui kondisi Sephia sekarang, Akram kembali berpikir: apakah harus dirinya mencari pacar? Demi mewujudkan keinginan Sephia?

Masalahnya ... dia harus pacaran dengan siapa?

[.]

Satu hal yang paling membuat Akram kesal adalah berhadapan dengan Helly.

Pagi itu, ketika baru akan memasuki kelas, si Helly tiba-tiba timbul dari balik pintu, menghalangi jalan Akram. Cewek itu tidak ada kapok-kapoknya mendekati Akram, padahal sebelumnya berkali-kali Akram telah membuatnya kesal, marah, dan lain-lain yang kira-kira membuat Helly sakit hati. Tapi Helly tak pernah merasa sadar diri dengan kenyataan bahwa Akram tidak akan pernah menyukainya.

Kini, cewek itu tersenyum kepada Akram sambil menyapa, "Hai, Ram! Selamat pagi!"

Tentu saja Akram mencuekinya. Menatap matanya saja tidak sudi. Ia sudah muak berhadapan dengannya.

"Ram, katanya adik lo sakit, ya? Pulang sekolah nanti gue jenguk, ya!" kata Helly.

"Gak."

"Kenapa?"

"Kalau ketemu lo, gue takut adik gue sakitnya malah makin parah," balas Akram tega.

Kata-kata itu membuat Helly seketika terdiam membisu. Sakit pasti dirinya disangka seperti pembawa sial oleh Akram. Padahal ia hanya berniat ingin menjenguk.

"Minggir!" Akram lalu menggeser tubuh Helly yang menghalangi jalannya dengan kedua tangannya, agar dia bisa lewat.

Hal itu membuat Helly kembali kesal, meskipun rasa cintanya kepada Akram tak akan pernah usai. Walau begitu, ia tidak bisa menyalahkan Akram. Kekesalannya ia limpahkan kepada anak-anak kelas lain yang baru datang sampai beberapa kali ia ribut dengan beberapa anak kelas. Pada akhirnya, mereka semua mengalah karena tidak akan ujungnya apabila berurusan dengan Helly yang tingkahnya terlalu bar-bar. Cewek gila memang.

Tentu saja, kini Helly tidak ada teman. Dia sendirian, semua orang kelas membencinya. Furi dan Tasya pun tetap menjauhinya, mereka berdua seolah tidak pernah berteman dekat dengan Helly sebelumnya.

Sekarang, giliran Rifka yang baru saja datang.

Helly tersenyum sinis kepada cewek cupu itu, seolah sedang berkata dalam hati, santapan gue baru muncul, nih!

Ia menarik bahu Rifka lalu mendorongnya ke tembok, bermaksud menahan agar tidak bisa kemana-mana.

"Hell, t-tolong biarin gue masuk ke kelas...," pinta Rifka bernada takut. Baru datang sudah disambar perlakuan Helly.

Helly tak menghiraukan. "Enak aja! Bayar dulu seratus!" katanya seenaknya.

"G-gue ... gak punya uang sebanyak itu ... tolong bebasin gue, Hell ... g-gue gak ganggu lo."

"Oh iya. Lo kan miskin. Kalau gitu ...," Helly seketika merebut kacamata yang dikenakan Rifka. "Wiih... Kacamata lo baru, ya? Tadinya retak, kan?"

"Kembaliin, Hell! Please!" Rifka berusaha merebut kembali kacamata itu. Tetapi Helly mengangkat kacamata itu ke atas, membuat Rifka makin kesusahan meraihnya.

Rifka tak bisa melihat dengan jelas tanpa kacamata itu. Ia sangat membutuhkan kacamata. Jangan sampai karena Helly, seharian ini dirinya tidak bisa melihat dengan jelas.

Tidak tahan melihatnya, Akram menghampiri mereka. Dari arah belakang Helly, ia berhasil mengambil kacamata milik Rifka itu dari tangan Helly. Ternyata kacamata itu adalah kacamata pemberian Akram waktu itu. Baru dipakai sekarang.

"A-akram ...," gumam Helly, tak mengerti mengapa kacamata itu diambilnya.

"Lo jangan ganggu dia lagi!" tegas Akram.

"Kenapa?" Helly bertanya-tanya. "Udah lah, Ram, biarin gue kerjain dia! Si cupu ini emang siapa lo? Bukan siapa-siapa, kan? Sini kacamatanya!"

Helly akan merebut kacamata itu tetapi Akram berhasil mencegahnya.

"Lo jangan ganggu dia lagi karena mulai sekarang, dia jadi pacar gue!" ucap Akram dengan lantang.

Tentu saja orang-orang yang mendengarnya di sana terkaget-kaget mengetahui bahwa cowok dingin di kelas menembak cewek cupu. Rifka sendiri juga tidak bisa berkata-kata saking tidak percaya dengan apa yang dilakukan Akram ini. Bahkan Arfian yang saat itu baru datang juga ikut terkejut.

"Lo ... beneran pacar Rifka, Ram?" Arfian lalu tampak senang. Pantas saja akhir-akhir ini Arfian melihat Rifka dan Akram selalu berdua. Dia baru tahu, ternyata hubungan Rifka dengan Akram bukan hanya sekedar babu. Tetapi pacar!

"Iya. Jadi siapa pun yang ganggu dia, harus berurusan langsung sama gue! Gue sama dia mulai sekarang resmi pacaran!"

Arfian super senang. Dengan mengetahui kenyataan bahwa Akram sudah punya pacar, ia bisa dengan leluasa mendekati Furi lagi. Ini adalah kesempatan untuknya agar bisa menjadi pacar Furi.

Sedangkan itu, Rifka masih terdiam membisu, tak tahu harus mengatakan apa. Ia kesal dengan tingkah Akram yang tiba-tiba mengatakan itu hanya untuk melindunginya dari perundungan Helly. Maksudnya, ia ingin berterima kasih kepada Akram karena telah membantu mengambil kacamatanya dari Helly, tetapi bukan berarti harus dengan cara seperti itu!

Rifka selalu tidak suka dengan tingkah Akram yang selalu seenaknya ini.[]













19 Januari 2024

AKRAM & RIFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang