17. Jam Istirahat

1.3K 79 3
                                        

Bel istirahat berbunyi, mengakhiri jam pelajarannya Bu Tinah. Akram lalu membereskan alat tulisnya dengan asal, lagipula itu semua punya Rifka. Baru saja selesai memasukkan semua buku, Helly dan kedua temannya, Furi dan Tasya menghampiri.

"He, cupu!" bentak Helly begitu sudah berdiri di samping Akram. "Kasih tau gue, gimana caranya tadi lo gak ketahuan nyontek pas isi soal di depan?!"

Akram menoleh dan menatap mata Helly dingin.

Helly mengerutkan kening agak terkejut. Setahunya, cewek cupu itu selalu takut untuk menatap matanya. Kini, Helly merasa seperti ditantang balik.

"Siapa yang nyontek?" tanya Akram datar. "Yang sering nyontek kan lo. Biasanya lo yang nyontek terus ke Furi," sindirnya.

Helly tidak menyangka si cupu berbicara begitu padanya.

"Jangan bohong lo cupu! Lo pasti udah tahu soalnya duluan, kan?" Furi menuduh.

Akram hanya menghela napas. Ia tidak berhasrat ingin meladeni mereka lagi, mengingat dirinya di tubuh Rifka yang memang gampang lelah. Baginya, ini sangat buang-buang waktu saja.

Akram lalu bersiap akan pergi ke luar kelas, tetapi Tasya menahan tubuh Akram dengan mendorong. Akram tidak suka didorong seperti itu, ia reflek balas mendorong Tasya sampai cewek berambut pendek itu terjatuh. Akram tidak sengaja.

"Heh, cupu! Lo apain Tasya, ha?!" Tiba-tiba saja, seseorang datang dari arah pintu.

Dia Bobi, anak cowok kelas lain yang sering mengejar Tasya.

Furi tampak segera membantu Tasya untuk bangkit. Helly masih terkejut melihat Rifka yang makin melawan terhadapnya dan teman-temannya. Ia tidak bisa terima.

Bobi segera mendekat membantu Furi agar Tasya bisa berdiri. Tetapi Tasya mencegah untuk disentuh Bobi.

Bobi sangat mencintainya, tetapi Tasya tidak mau. Bobi tidak pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Tasya.

Bobi lalu mendekat ke arah Akram. "He cupu! Berani ya lo dorong Tasya?"

"Emang Tasya siapa lo?" balas Akram. "Tasya aja gak suka sama lo."

"Sialan!" Bobi mencengkeram kerah Akram. Ia juga masih kesal kepadanya karena sewaktu pulang sekolah kemarin, orang yang dia lihat sebagai cewek cupu itu meledeknya karena tidak berhasil mengantarkan Tasya pulang.

Akram berusaha melawan. Tetapi karena ia kini berada di dalam tubuh lemah Rifka, ia tidak memiliki tenaga banyak untuk melepaskan tangan Bobi. Apalagi Bobi memiliki tubuh yang besar dan cowok itu mencengkeram Akram kuat sekali.

Akram sangat kesulitan untuk melepaskan tangan Bobi di kerahnya, padahal dirinya berusaha sekali.

Helly tak mau tinggal diam saja. Ia meraih botol minum di sebuah meja. Helly kemudian membuka botol minum itu yang masih ada setengah air lagi di dalamnya.

Setelah itu, Helly mengguyurkannya tepat di atas kepala Akram. Akram Mejadi basah kuyup sekarang.

"Berhenti!!" bentak Rifka dari jauh. Ia kasihan melihat Akram di tubuhnya harus merasakan perundungan itu. Ia tidak tega Akram menjadi di-bully. Rifka merasakan sakit hati juga melihat tubuhnya diperlakukan seperti itu.

"Kenapa lo Ram? Lo mau ngebela cewek cupu ini? Lo suka sama dia?" tanya Bobi dengan nada meledek.

Selagi Bobi berbicara kepada Rifka, Akram berupaya mengambil kesempatan. Ia lantas memukul perut Bobi dengan lututnya sangat keras, membuat cengkeraman di kerahnya mengendur dan akhirnya cengkeraman itu terlepas.

Bobi memegang perutnya, ia mengaduh kesakitan.

Akram lalu menghampiri Rifka dan seketika itu juga, ia meraih kepalanya hingga bibirnya bertemu dengan bibir tubuhnya sendiri. Tidak sampai sedetik, Akram lalu menjauh.

Tentu saja semua orang yang menyaksikan kejadian itu amat terkejut. Mereka melihat cewek cupu di kelas tiba-tiba dengan sengaja mencium cowok paling dingin.

Sedangkan Akram dan Rifka kini terdiam selama beberapa saat.

Mereka akhirnya menyadari sesuatu begitu tahu sudut pandang penglihatannya berbeda dengan sebelumnya.

Ya. Berhasil. Akram dan Rifka kembali ke tubuh aslinya masing-masing.

Ternyata, benar yang diduga Akram waktu pagi di samping sekolah. Bahwa tidak perlu menunggu untuk membantu hantu bonyok itu untuk bisa kembali ke tubuh aslinya. Tetapi hanya dengan menyatukan bibir saja.

Bobi lantas tertawa puas. "Anjir! Mampus lo Ram dicium sama cewek cupu!" ledeknya.

"Bacot!" kata Akram. Cowok itu kemudian mencengkeram kerah Bobi, membalas perlakuan Bobi sebelumnya. Dengan berada di tubuh yang asli, Akram bisa dengan leluasa melawan Bobi.

Bobi masih terkekeh yang makin lama dirinya menjadi tersenyum sinis. "Lo ngajak berantem?" tantangnya.

"Gue bukan anak kecil," kata Akram. "Basket, by one."

Akram lalu melepaskan cengkeramannya. Ia berjalan pergi dari tempat itu, ke luar kelas menuju lapangan. Dari belakang, Bobi membuntuti.

Mumpung masih jam istirahat, Akram dan Bobi akan bertanding basket. Satu lawan satu.

Kini, Akram dan Bobi sudah berada di tengah lapangan basket. Sontak, semua orang di sekolah menyaksikan Akram dan Bobi bertanding satu lawan satu.

"Kalau gue menang, apa imbalannya?" tanya Bobi sebelum mereka mulai tanding.

"Terserah," balas Akram. "Tapi kalau lo kalah, lo harus jauhin Tasya."

"Lo suka juga sama Tasya?"

Akram menggeleng sedikit. "Gue cuma nggak suka lo ke kelas gue terus cuma buat ketemu Tasya," katanya. "Tiap lihat muka lo, gue mau muntah!"

"Oke," kata Bobi sepakat. "Berapa lama?"

"Sebulan?" kata Akram setelah berpikir sebentar. Akram lalu tampak terkekeh kecil. "Kenapa? Lo udah ngerasa bakalan kalah?"

Bobi tersenyum sinis. "Lihat aja nanti siapa yang menang," katanya. "Asal kalau lo yang kalah, lo harus tembak si cewek cupu di depan banyak orang. Lo harus jadi pacar dia. Selama sebulan."[]









Jangan lupa vote, komentar dan follow akun ini, ya, Gais... Terima kasih...

AKRAM & RIFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang