"Cepat jelasin! Gimana kronologi lo pas baru sadar kalau lo udah mati!"
Akram langsung menanyakan dengan to the point, tidak mau berbasa-basi. Lama-lama kekesalannya pada hantu itu semakin besar. Akram ingin cepat-cepat membereskan ini semua, kalau bisa saat itu juga agar dirinya segera kembali ke tubuhnya.
Hantu itu tertawa keras. "Sabar anak muda! Mengapa kau begitu bersemangat sekali?" katanya setelah tawanya mereda dengan nada yang menyebalkan.
"Cepat jelasin! Sebenernya lo mau apa?! Ha?! Bukannya lo mau segera bebas dari alam lo ini?" kata Akram semakin keras. Amarahnya menggebu-gebu. Dia tidak tahan, hantu itu memang begitu menyebalkan.
"Baiklah, jika itu maumu," kata hantu itu. "Padahal saya mau bersenang-senang dulu denganmu." Hantu itu kemudian bercerita.
Awalnya, hantu berkepala bonyok itu terbangun di dekat sebuah pohon besar. Pohon itu berada di dekat pangkalan ojek, di pinggir jalan. Waktu itu si hantu tidak menyadari bahwa dirinya sudah mati. Dia pun tak ingat apa-apa.
Si hantu penasaran mengapa tiba-tiba dirinya berada di sana. Ia menanyakan kepada para tukang ojek yang sedang mangkal tidak jauh dari tempat itu.
Namun, begitu hantu itu bertanya, tukang ojek-tukang ojek itu tidak menjawab. Mereka seperti tidak mendengar, bahkan tidak tahu si hantu sedang menyapanya. Ia juga bisa ditembus oleh orang-orang yang lewat dari depannya, dirinya merasa tak ada yang bisa melihatnya. Dari situlah, hantu itu menyimpulkan bahwa dirinya telah mati.
"Sampai akhirnya, saya bertemu gadis cupu yang bisa melihat dan berbicara dengan saya sekarang," kata hantu itu mengakhiri ceritanya.
"Apa lo tahu jasad lo ada di mana?" tanya Akram. Dengan mengetahui di mana jasadnya, bisa dengan mudah Akram mengungkap mengapa si hantu itu bisa mati.
"Tidak," balas hantu itu. "Saya tidak menemukan jasad saya. Saya tidak tahu jasad saya ada di mana. Mungkin karena itu juga saya masih tertahan di sini."
"Terus kenapa lo---" perkataan Akram terpotong.
"Maaf, saya tidak bisa berlama-lama bertemu dengan manusia yang masih hidup. Saya pergi dulu." Perlahan-lahan, hantu tersebut memudar.
"Tunggu!" pinta Akram.
Tetapi, tetap saja, hantu itu menghilang lagi. Padahal Akram ingin cepat-cepat keluar dari tubuh Rifka dan tidak ingin lagi berhadapan dengan hantu dan cewek cupu itu.
Ia berdecak kesal.
"Sial!" umpatnya. Kalau hantu itu seperti itu terus, akan sangat lama untuk Akram bisa kembali ke tubuh asalnya.
Akram juga tiba-tiba menjadi ragu bisa mengungkap penyebab si hantu bonyok mati, bila hantunya sendiri seperti tidak ingin buru-buru dibantu mencari penyelesaiannya. Hantu itu seperti sengaja untuk mempermainkannya.
"H-hantu itu udah pergi lagi, ya?" tanya Rifka yang sedari tadi bersembunyi di belakang Akram.
"Sebenernya lo ketemu hantu itu pertama kali kapan dan di mana sih?!" tanya Akram masih kesal.
Rifka tampak mengingat-ingat.
"Kayaknya ... seminggu lalu. Di jalan. Waktu gue baru mau berangkat sekolah," kata Rifka, agak lupa, karena hantu yang dilihatnya bukan si hantu berkepala bonyok saja. Ada juga yang kepalanya sobek, belah, sampai buntung.
Akram mengerutkan kening. Hantu itu bilang, dia pertama kali sadar berada di dekat pangkalan tukang ojek. Tetapi pertama kali muncul menampakkan diri ke Rifka mengapa jauh sekali tempatnya dari pangkalan ojek?
"Mungkin ada cara lain selain harus bantu hantu bonyok itu," kata Rifka. "Emang waktu kita tukeran tubuh, lo lagi ngapain sih Ram? Waktu itu gue beneran nggak sadar, sumpah. Terakhir inget waktu lo dorong gue aja."
Akram teringat sesuatu. Ia melebarkan matanya.
"Cium."
Ya. Pertama kali dirinya tahu bertukar tubuh dengan Rifka ketika Rifka kesurupan, lalu bibirnya bersentuhan dengan bibir cewek cupu itu. Akram kaget, makanya ia langsung mendorong tubuh Rifka, tetapi malah dirinya yang terdorong. Ya, mungkin karena itu jiwanya bertransmigrasi.
"Maksud lo?" tanya Rifka, ia seperti salah mendengar bahwa Akram berkata, cium.
Akram menjelaskan, "Waktu itu lo kesurupan, terus lo cium gue. Tiba-tiba udah tukeran tubuh," singkatnya.
Rifka lantas diam membisu. Rada kaget ia baru tahu bahwa dirinya bertukar tubuh dengan Akram karena ciuman.
"Se-serius ... kita transmigrasi jiwa karena ciuman?" Rifka masih belum bisa percaya.
"Dicium, bukan ciuman," kata Akram menegaskan. "Lo yang cium gue. Gue nggak."
Akram dan Rifka lalu saling diam. Suasana menjadi canggung.
"Kenapa lo lihatin gue kayak gitu? Jangan harap gue bakal mau dicium sama lo lagi, ya!" kata Akram, semakin tidak suka dengan suasana yang sekarang. Ia menjadi kesal juga karena melihat tubuh aslinya berekspresi bodoh seperti itu.
Lagipula, jika dengan dicium Rifka adalah cara lain yang lebih instan untuk bisa mengembalikan tubuhnya, Akram tidak mau melakukan hal tersebut. Tidak sudi dirinya dicium atau bahkan mencium si gadis cupu itu.
Akram juga tidak begitu yakin bahwa dengan dicium Rifka, tubuhnya akan kembali seperti sedia kala. Lagipula juga, kan yang membuat jiwa mereka bertransmigrasi adalah si hantu bonyok.
Bagaimana kalau nanti ketika ia dicium Rifka lagi (yang sepertinya tidak akan pernah terjadi), ternyata masih tidak ada perubahan?
Akram kemudian membuka ponselnya, melihat sekarang sudah jam berapa. Ia pun segera pergi menuju sekolah karena sebentar lagi, gerbang akan ditutup.
Rifka mengikuti dari belakang.
Pulangnanti, Akram akan menemui para tukang ojek itu lagi untuk mencari tahu soal sihantu bonyok, siapa tahu si tukang ojek gendut dan cungkring yang menyebalkanbisa membantunya. Walaupun Akram masih sebal kepada mereka berdua karenakemarin dirinya diperlakukan seperti tidak dianggap ada.[]

KAMU SEDANG MEMBACA
AKRAM & RIFKA
Roman pour AdolescentsAkram mau tidak mau harus terjebak ke tubuh cewek cupu indigo. Rifka malah kegirangan begitu tahu jiwanya masuk ke tubuh Akram, cowok tampan dan dingin yang selalu disegani oleh semua orang. Bagi Rifka, menjadi Akram adalah keberuntungan. Bagi Akram...