Esoknya, sebelum bel masuk kelas berbunyi, Akram berdiri bersandar di ambang pintu kelas. Dari tadi dirinya mondar-mandir tidak tenang, seperti ada sesuatu yang sedang ditunggunya.
Akram tidak tahu. Tetapi, dia mencari Rifka. Dia hanya ingin lihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Rifka baik-baik saja sekarang. Aneh memang, Akram juga tidak mengerti mengapa dirinya bisa begitu. Sedari kemarin, ia selalu memikirkan Rifka. Dia baru sadar tingkahnya kemarin lusa saat berada di dalam tubuh cewek cupu itu sangatlah jahat. Mungkin itu yang membuat semua orang menjadi makin membenci Rifka. Sampai cewek cupu itu sakit.
Akram merasa bersalah. Harusnya ketika itu dia tidak mencium Rifka pada saat banyak orang!
Ia rasa, hari ini Rifka tidak masuk sekolah. Akram kemudian pergi ke toilet, mumpung masih ada waktu lima menit sebelum bel masuk kelas berbunyi.
Di koridor depan kelas sebelah, Akram berpapasan dengan Bobi dan Tasya. Mereka sedang duduk berdua di bangku teras. Akram tersenyum sinis. Benar saja dugaannya, pasti Bobi tidak tahan apabila tidak menemui Tasya. Padahal ini baru dua hari, bagaimana kalau sebulan sesuai perjanjian?
"Dua bulan," kata Akram sambil melewati mereka menuju arah toilet. Sesuai janjinya kemarin, jika Akram melihat Bobi dan Tasya berduaan, berarti hukuman Bobi untuk tidak bertemu Tasya ditambah dua kali lipat. Yang tadinya sebulan, menjadi dua bulan.
Bobi lalu tampak berdiri dan menghalangi jalan Akram.
"He! Asal lo tahu, bukan gue yang sengaja deketin Tasya! Tapi Tasya sendiri yang nyamperin gue ke sini," jelas Bobi. Tidak terima Akram salah paham kepadanya. "Perjanjiannya kan gue yang nggak boleh deketin Tasya. Kalau Tasya-nya yang mau deketin gue, ya gue nggak ngelanggar, lah," tambahnya menyimpulkan.
Tasya menampakkan raut wajah kebingungan. "Perjanjian apa?" tanyanya tak mengerti apa yang diucapkan Bobi itu.
Akram menoleh kepada Tasya. "Bobi harus jauhin lo," jelasnya. "Kemarin gue sama Bobi duel basket, terus dia janji kalau kalah, dia gak boleh deket-deket sama lo. Dia yang kalah, jadi dia gak boleh deket-deket lo."
Tasya menggeleng. "Gak!" tegasnya. "Gue nggak bisa jauh-jauh sama Bobi, karena mulai sekarang ... Bobi pacar gue!"
Akram sedikit kaget. Bukannya dari dulu Tasya seperti anti bila didekati oleh Bobi? Kenapa sekarang tiba-tiba Tasya yang malah bilang sendiri bahwa dirinya adalah pacar Bobi?
"Dan lo, Akram, tolong jauhin gue! Karena gue udah jadi pacarnya Bobi! Jangan ganggu gue lagi!" tegas Tasya menambahkan.
Sebenarnya Akram tidak peduli akan hal itu. Lagipula dia tidak pernah mendekati Tasya, waktu itu kan niatnya cuma ingin agar Helly cemburu saja dan menjauhinya.
Akram hanya kesal saja. Bukan karena Tasya kini sudah menjadi pacar Bobi, tetapi karena melihat Bobi tampak senang karena perkataan Tasya sebelumnya. Akram tidak suka melihat teman dekatnya dulu yang sekarang menjadi musuh, terlihat bahagia.
"Akram!" panggil seseorang dari belakangnya.
Mereka bertiga menoleh dan mendapati Helly yang berjalan mendekat.
Mengetahui Helly akan menghampiri, Tasya meraih tangan Bobi. Supaya Helly melihat bahwa dirinya dan Bobi sudah dekat. Sedangkan Bobi masih bingung, senang, dan apalah itu namanya. Dia tidak percaya akhirnya dengan sendirinya Tasya mendekati. Bahkan Tasya bilang bahwa sekarang mereka sudah pacaran! Sekarang dia tidak perlu susah-susah lagi mengejar Tasya jika Tasya sendiri yang mendekatinya.
"Hai, Hell! Gue sama Bobi udah pacaran sekarang," kata Tasya memberi tahu. "Ya kan, Bob?"
"Iya, dong!" kata Bobi dengan lantang.
"Sekarang lo udah maafin gue kan, Hell?" tanya Tasya. Akan tetapi, tak Helly hiraukan.
Helly lalu menoleh lagi ke arah Akram dan memegang lengan cowok itu. Akram tampak menghindari untuk disentuh. Dia benar-benar benci dengan Helly.
"Ram ... Gue dari tadi nyari lo ke mana-mana. Lo ternyata ada di sini," kata Helly.
Akram tidak menjawab. Dia tetap dengan diam dinginnya.
Helly kemudian menyodorkan kotak bekal. "Gue bawain lo nasi goreng lagi, Ram."
Akram melihat kotak bekal itu sebelum akhirnya menerimanya. Tetali, setelah itu Akram malah menyodorkan kotak bekal tersebut kepada Tasya.
"Buat lo aja, Tas," kata Akram.
Tasya melihat kotak bekal itu. Ia memang lapar sebenarnya, belum sempat sarapan. Namun dirinya tak enak hati kepada Helly. Kalau Tasya menerima itu pasti Helly akan tambah marah padanya. Makanya ia menolak dengan bilang, "Gak, gue udah kenyang."
"Sini buat gue aja!" kata Bobi. Kebetulan dia juga belum sarapan.
Akram lantas menyerahkan nasi goreng itu ke arah Bobi. "Nih, dari pacar Lo yang sesungguhnya," katanya.
Lalu Akram berbalik pergi menuju toilet. Bobi tidak peduli dengan kata-kata Akram barusan, lagipula sekarang dia sudah resmi menjadi pacar Tasya, cewek itu sendiri yang bilang. Yang penting sekarang, dia mendapatkan bekal makanan gratis untuk sarapan!
"Apaan sih!" Helly merebut kembali nasi goreng itu dari tangan Bobi dengan sebal. Ia tidak sudi nasi goreng yang dibuatnya khusus untuk Akram malah dimakan oleh Bobi.
Helly kesal dan bete Akram mengacuhkannya begitu.
Tetap saja, walaupun Tasya sudah dengan Bobi, Helly masih sulit untuk mendapatkan hati cowo sedingin es itu. Akram sungguh sulit untuk digapai.[]
Bayarnya pakai vote dan komentar ya, hehe.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKRAM & RIFKA
Fiksi RemajaAkram mau tidak mau harus terjebak ke tubuh cewek cupu indigo. Rifka malah kegirangan begitu tahu jiwanya masuk ke tubuh Akram, cowok tampan dan dingin yang selalu disegani oleh semua orang. Bagi Rifka, menjadi Akram adalah keberuntungan. Bagi Akram...