Sementara Akram dan Bobi bertanding basket di lapangan, di kelas Rifka habis-habisan di-bully oleh Helly, Furi dan Tasya. Teman- teman sekelas yang lain hanya menyaksikan saja sambil tertawa. Rasanya mereka jug tidak begitu peduli.
"Tukang nyosor!"
"Cupu perek!"
"Dih, pelacur jalang!"
"Dasar jablay!"
"Nggak ada yang mau sama dia, sih, makanya nekat nyosor gitu. Hih lonte. Cuih!"
Air mata Rifka menetes perlahan melihat perlakuan mereka yang sangat membencinya, orang-orang di sana seperti tidak punya hati.
Memang, Akram-lah yang mencium bibir di tubuhnya sendiri, bukan Rifka. Tetapi tetap saja yang semua orang lihat mencium bibir Akram adalah Rifka. Makanya sekarang Rifka semakin di-bully parah. Apalagi semua orang tahu, dari dulu Helly sangat menyukai Akram, sudah sangat lama. Cewek itu tentu saja tidak mau terima! Bahkan dirinya saja tidak pernah mencium Akram. Mendapatkan cinta cowok sedingin es sulit sekali bagi Helly.
Rifka membenci Helly dan dua temannya, tetapi dia tidak bisa apa-apa. Ia hanya bisa menyalahkan Akram. Rifka merasa dipermalukan karena perbuatan Akram itu di hadapan teman sekelas. Ia tak pernah menyangka Akram berpikiran untuk berbuat setega itu ketika berada di tubuh Rifka.
Apakah Akram sama sekali tidak memikirkan dampaknya pada Rifka?
Setelah mengacak-acak rambut Rifka yang kebetulan hari itu tidak dikepang, Helly kemudian mengangkat dagu si cewek cupu.
"He cupu! Inget, ya, sekali lagi lo godain Akram, gue akan bully lo makin parah!" kata Helly mengancam. "Paham lo?"
Rifka tidak berani menatap mata Helly. Dia memejamkan mata sambil tubuhnya gemetar. Rifka ketakutan sekali. Tidak ada satu pun yang membelanya sekarang.
Rifka jadi kesal kepada Akram. Kalau Akram tidak melakukan itu, tidak mungkin Helly akan semarah ini kepadanya.
Mungkin sekarang ... Rifka sangat membenci Akram.
Karena perbuatan Akram di tubuhnya, Rifka yang tadinya tidak disukai semua orang, kini menjadi sangat tidak disukai oleh semua orang.
[.]
Sekeliling lapangan basket kini kian ramai oleh seluruh siswa dan siswi SMA Randurian. Mereka berdua memang jago bermain basket. Bahkan sebentar lagi, katanya sebentar lagi akan ada pemilihan ketua esktrakurikuler basket dan keduanya akan berniat mencalonkannya.
Dari awal pertandingan, skor yang dihasilkan Akram dan Bobi selalu saja kejar-kejaran. Itu membuat pertandingan tersebut menjadi seru sekali karena tidak ada yang bisa memprediksi siapa yang pasti menang nantinya. Bahkan sampai mendekati akhir pertandingan, skor mereka juga tetap imbang.
Kini, apabila salah satu dari mereka berdua berhasil memasukkan bola ke keranjang lawan, maka orang itulah yang nantinya akan menang. Ini adalah detik-detik penentuan.
"Gimana, Ram? Lo siap kalah kan? Lo gak sabar kan pacaran sama si cupu?" tanya Bobi sarkas sambil tangannya terus memantulkan bola, mencoba menggocek Akram.
Sedangkan Akram tampak berusaha untuk merebut bola itu dari Bobi.
"Gimana kalau ternyata gue yang menang?" tanya Akram. "Apa jaminannya bahwa lo nggak bakal dekatin Tasya lagi selama sebulan?"
"Simpel. Kalau lo lihat gue ngejar-ngejar Tasya lagi, hukuman gue untuk nggak deketin Tasya ditambah dua kali lipat jadi dua bulan," balas Bobi. "Lagian, gue nggak bakalan kalah dari lo, juga!" Cowok itu percaya diri sekali karena tubuhnya lebih besar dan tinggi dibandingkan tubuh Akram.
Akram hanya tersenyum sinis, seperti tidak begitu yakin Bobi akan menepati janjinya itu. Ia tahu sekali Bobi begitu mencintai Tasya. Akram tidak bisa membayangkan betapa sengsaranya Bobi ketika tidak bisa lagi menemui Tasya walaupun hanya untuk sementara.
"Asalkan kalau gue yang menang," lanjut Bobi. "Lo harus benar-benar jadi pacar si cupu. Ke mana selalu bareng, dan harus antar jemput dan pulang sekolah dia setiap hari. Gimana?"
"Oke," kata Akram karena dia yakin sekali bahwa dia tidak akan kalah.
Setelah itu, tidak lama Akram pun akhirnya berhasil merebut bola dari Bobi. Bobi lantas panik. Akram buru-buru membawa bola itu ke arah keranjang lawan, sebelum Bobi kembali menghalanginya lagi.
Ketika sudah hampir dekat, Akram tanpa ragu melempar bola menuju keranjang lawan. Semua orang melihat apa yang terjadi begitu bola itu Akram lempar.
Ya. Bola tersebut masuk dengan tepat sekali, tanpa mengenai besi keranjangnya. Benar-benar tembakan yang sempurna.
Akram menang.
Orang-orang yang menonton dan mendukung Akram, lantas bersorak senang.
Akram kemudian menoleh ke arah Bobi, ingin tahu bagaimana keadaan cowok tinggi besar itu begitu tahu dirinya kalah.
Saat ini Bobi terlihat kesal sekali. Cowok itu dengan kesal kemudian pergi dari lapangan tersebut. Amarah yang menggebu dan rasa malunya kelihatan sekali.
Akram tersenyum sinis. Ia hanya ingin tahu, apakah Bobi akan menepati janjinya saja untuk tidak mendekati Tasya selama sebulan?
Kalaupun ternyata Bobi gagal menjalankan janjinya, Akram pun tidak peduli.
Niat Akram mengajaknya duel hanya untuk membuat Bobi malu saja.[]
Udah 18 bagian, menurut kalian gimana cerita ini gais? Hehe...

KAMU SEDANG MEMBACA
AKRAM & RIFKA
Novela JuvenilAkram mau tidak mau harus terjebak ke tubuh cewek cupu indigo. Rifka malah kegirangan begitu tahu jiwanya masuk ke tubuh Akram, cowok tampan dan dingin yang selalu disegani oleh semua orang. Bagi Rifka, menjadi Akram adalah keberuntungan. Bagi Akram...