Pulang sekolah itu, Akram berniat akan pergi ke rumah Rifka untuk membesuk. Dia benar-benar tidak tenang bila belum meminta maaf pada cewek cupu itu. Sebagai cowok sejati, Akram ingin bertanggung jawab atas perlakuannya dulu ketika berada di dalam tubuh Rifka.
Sebelum itu, Akram bertanya kepada Arfian.
"Ar, lo udah tahu belum, hadiah apa yang sebaiknya dikasih ke cewek?"
Sekarang Akram akan membesuk Rifka tetapi ia bingung akan membawa apa saja ke sana selain buah-buahan. Sebagai sebuah bentuk permintaan maaf karena ulahnya waktu itu.
"Gue juga belum tahu, Ram," balas Arfian "Gue juga belum ngasih apa-apa ke Furi. Bingung mau ngasih apa, cokelat, kue, atau bunga."
Akram menghela napas sesaat.
"Emang siapa cewek yang lo mau kasih hadiah?" tanya Arfian tersenyum jahil.
"Mau ngasih ke adik gue," kata Akram berbohong. Padahal baru bulan kemarin Sephia ulang tahun.
Arfian mengangguk-angguk. "Tapi kata temen organisasi gue, kalau mau ngasih hadiah, mending ngasih yang dibutuhin sama adik lo aja. "Tapi gue belum tahu dan siap Furi butuhnya apa," kata Arfian bercerita.
Dari kemarin, dia ingin menembak Furi, tapi dia belum tahu caranya yang tepat dan barang yang Furi mau dan butuhkan. Dia juga belum siap dan masih butuh waktu untuk menyatakan cintanya kepada Furi.
"Oke, makasih Ar," ucap Akram.
Arfian kemudian pamit pergi. Sepertinya, ia ada kumpulan organisasi. Cowok itu memang super sibuk.
Akram kemudian berpikir. Apa yang saat ini dibutuhkan oleh Rifka?
Akram lalu melihat teman sekelasnya yang memakai kacamata lewat. Ia ingat kacamata Rifka retak sedikit. pasti Rifka kesusahan melihat menggunakan kacamata yang retak itu.
Akram pun segera pergi ke toko kacamata dan buah-buahan di dekat sekolah sebelum menuju ke rumah Rifka. Ia akan membelikan Rifka kacamata. Semoga dengan begitu, Akram akan tenang dan rasa bersalahnya kepada Rifka akan menghilang.
[.]
Saat ini Akram sudah berada di depan rumah Rifka. Di tangannya ia menjinjing plastik yang isinya buah-buahan dan kacamata yang baru saja dibelinya.
Namun, sudah hampir sepuluh menit dirinya hanya mondar-mandir saja di sana. Dia bimbang dan bingung, belum pernah Akram mengunjungi rumah cewek. Apalagi hanya sendirian.
Cowok itu memutuskan untuk akan pulang saja, sebelum dari belakangnya ada sebuah suara mengejutkannya.
"Kak, lagi ngapain di sini? Mau minta sumbangan?" tanya Coki yang memakai peci, baru selesai mengaji. Botaknya jadi tidak kelihatan.
"Eh, enggak, Cok!" balas Akram agak kaget atas kehadiran Coki. Bocah itu sudah seperti hantu bonyok yang selalu muncul tiba-tiba.
Coki mengerutkan dahi bingung. "Lo kok tahu nama gue, Kak?" tanyanya. Makin lama, ia melebarkan matanya. "Jangan-jangan ... lo culik, ya? Lo mau culik gue? Tolong! Tolong! Ada pencul-bpz!"
Akram panik. Ia segera menutup mulut Coki dengan tangannya. "Berisik!" kata Akram. "Gue temen sekolah kakak lo!"
Akram melepaskan tangannya dari mulut Coki setelah bocah bogel itu diam.
"Oh ... temennya Mbak Rifka," kata Coki membulatkan mulutnya. "Kok aneh, ya, gue kira Mbak gue gak punya temen. Sekarang udah dua orang aja temennya yang datang ke rumah. Abang-abang ganteng, lagi." Padahal dia sendiri sangat tahu kakaknya itu bodoh dan cupu. Dia bahkan meragukan kakaknya sendiri. Bagaimana bisa kakaknya itu memiliki teman?
"Lo mau ngejenguk Mbak gue, Kak? Gak bisa deh kayaknya Kak, dia masih sakit."
"Kalau dia udah sembuh, gue gak bakal jenguk!" tegas Akram.
"Bener juga," balas Coki. "Ya udah, sebentar ya, Kak!"
Coki kemudian membuka pintu rumah sambil berteriak ke dalamnya. "Mbak! Ada tamu lo tuh! Mau jenguk katanya!" panggilnya keras.
"Siapa?" sahut Rifka dari dalam kamar. Rifka yang baru bangun tidur lantas bingung. Memangnya siapa yang mau membesuknya? Dia saja tidak punya teman atau pun saudara lain.
"Katanya temen sekolah lo."
"Temen?" gumam Rifka. Bahkan untuk menanyakan teman yang mana? pun ia bingung karena dia kan, tidak memiliki teman satu pun.
Atau mungkin, yang dimaksud oleh Coki itu adalah Arfian? pikir Rifka. Karena Arfian adalah satu-satunya teman sekolah yang Coki tahu pernah ke rumahnya.
Rifka yang mengira itu adalah Arfian langsung bersemangat bangkit dan keluar. Tetapi, begitu tahu yang datang adalah Akram, semangatnya seketika menghilang. Berubah menjadi rasa kesal.
"A-akram? Lo ... mau apa ke sini? Belum puas lo lihat gue ... menderita?" tanya Rifka sambil menunduk. Dia tidak suka Akram ada di sana. Rifka masih marah, bahkan untuk menatap cowok itu saja ia sangat segan.
"Gue ke sini mau minta maaf," balas Akram.
Rifka hanya diam saja. Rasanya sulit sekali memaafkan tingkah Akram kemarin. Dia tidak bisa memaafkan Akram semudah itu.
Akram lalu menyodorkan plastik yang di dalamnya berisi buah-buahan dan kacamata. "Buat lo. Sebagai bentuk permintaan maaf gue," katanya.
Tetapi, tak Rifka terima. "Gak perlu," katanya datar. "Gue mau sekarang lo pergi. Gue ... Gak mau ketemu lo lagi."
Ekspresi Rifka saat ini terlihat sedih dan marah. Ia tidak bisa menerima pemberian itu. Artinya, Rifka belum bisa memaafkan perlakuan Akram tempo hari.
"Tolong, Ram ... pergi ...." Air mata menetes di pipi Rifka ketika mengingat kejadian yang Akram lakukan di dalam tubuhnya di hadapan orang-orang sekelas. Kejadian yang membuat Helly makin benci padanya sehingga Helly melakukan perundungan kepada Rifka semakin parah.
Melihat kakaknya menangis, Coki lantas tidak mau berdiam diri saja. Ia rasa, Akram adalah salah satu teman sekolah kakaknya yang selalu menyakiti Rifka. Bocah itu lalu menyuruh Akram pergi dengan bilang, "Maaf, Kak. Sekarang Mbak gue masih sakit. Lo pergi aja, ya. Gue enggak mau Mbak gue tambah sakit."
Coki pasti berpikir bahwa Akram lah penyebab kakaknya itu ingin bunuh diri kemarin. Apa pun alasannya, jika kakaknya tidak suka Akram ada di sana, Coki juga ikut-ikutan tidak suka.
Akram pun keluar dari rumah itu. Lalu Coki menutup pintunya.
"Dia siapa sih, Kak? Dia orang yang sering bully lo?" tanya Coki kepada Rifka.
Rifka tidak menjawab, ia hanya berjalan untuk kembali masuk ke kamar. Rifka benci sekali kepada Akram. Perlakuan Akram membuat Helly makin marah padanya. Membuat semua orang makin tidak menyukainya. Rifka masih trauma, tingkah Akram waktu itu benar-benar keterlaluan!
Sedangkan di luar, Akram menyimpan bingkisan itu di bangku teras rumah Rifka.
Jika Rifka tidak memaafkannya, itu masalah Rifka. Yang terpenting, Akram sudah meminta maaf langsung kepada Rifka. Dengan memberikan bingkisan itu yang walaupun tidak diterima baik oleh si cewek cupu, setidaknya hati Akram merasa lebih baik dan tidak terlalu merasa bersalah lagi seperti sebelumnya.
Dia lalu berbalik untuk pergi dari tempat itu.[]
![](https://img.wattpad.com/cover/348012017-288-k125245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AKRAM & RIFKA
Fiksi RemajaAkram mau tidak mau harus terjebak ke tubuh cewek cupu indigo. Rifka malah kegirangan begitu tahu jiwanya masuk ke tubuh Akram, cowok tampan dan dingin yang selalu disegani oleh semua orang. Bagi Rifka, menjadi Akram adalah keberuntungan. Bagi Akram...