bagian #17

2K 55 1
                                    


H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

     

       Kiara sejak tadi tidak fokus melakukan apapun karena pikiran terus saja mengingat kejadian kemarin dimana para orang membicarakannya karena belum hamil juga sampai detik ini.mereka memang tidak mengatakannya langsung padanya namun ia bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

Kemarin saat ia membuang sampai ke luar ia tidak sengaja mendengar ibu ibu yang sedang menggosipkannya.

"Astaghfirullah."

"Ngelamunin apasi,sampai kaget gitu?"tanyanya.padahal ia hanya menyentuh pundaknya saja namun ia tidak menyangka jika wanita itu akan sekaget itu.

"Enggak ngelamunin apa apa,cuma kaget aja."balasnya yang dibarengi dengan senyumannya.

Darrel hanya mengangguk pura pura percaya saja,ia tahu jika istrinya itu berbohong namun ia juga tidak mau memaksa wanita itu untuk cerita.

"Darrel."

"Hm."

"Ara boleh tanya sesuatu?"tanyanya.awalnya Darrel menatapnya heran namun pada akhirnya lelaki menangguk sebagai jawabannya.

"Jika selamanya Ara gak bisa memberikan keturunan buat kamu apa kamu akan ninggalin Ara?"tanyanya dengan serius.diluar sana banyak sekali laki laki yang meninggalkan istrinya hanya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan.

Darrel terdiam,jadi sejak tadi wanita itu melamun karena masalah ini.

"Gue gak akan ninggalin lo apapun keadaanya."

"tapi Ara tau kalo Arrel pengen banget punya anak, sedangkan Ara sampai sekarang belum bisa memberikan itu padahal kita udah nikah tiga tahun." Ujarnya.

"Kalo Arrel mau nikah lagi gapapa ko,Ara bisa mundur,asal itu bisa membuat Arrel bahagia."lanjutnya.

"Gue gak munafik,gue akui gue emang ingin punya anak tapi bukan berarti gue bakal nikah lagi.ada ataupun enggak adanya anak diantara kita sekalipun gue gak masalah."ujarnya.ia menikahi bukan karena semata mata ingin mendapatkan anak  tapi karena ia memang butuh teman hidup baik didunia apapun diakhirat nanti.

"Tapi Ara ngerasa gagal hiks... Maafin Ara hiks..."Kiara nangis sesenggukan didalam pelukan suaminya itu.

"Lo enggak gagal, walaupun sering membantah tapi lo tetep jadi istri terbaik buat gue."balasnya menenangkan.

"Tapi hiks.. kata orang orang hiks.. Ara gak becus jadi istri hiks.... Mereka selalu bicarain hiks.. soal aku yang gak bisa ngasih anak."adunya.

"Gausah perduliin apa kata orang."

"Pengennya gitu tapi gak bisa hiks.."tangisnya semakin pecah begitu saja.sedangkan Darrel hanya bisa menghela nafasnya,mengelus punggung istrinya agar sedikit lebih tenang dan mendengarkan gerutuan wanita itu tanpa protes.

Setelah merasa tenang wanita itu melepaskan pelukannya dan menatap suaminya itu seraya mengalungkan tangannya dileher lelaki itu.

"Ara gak mau kehilangan Arrel,Ara harap Arrel gakan berubah pikiran karena Ara gak siap dipoligami."ujarnya dengan mata yang masih berkaca kaca.

Darrel menghapus air mata istrinya tanpa mengatakan apapun.

"Arrel ih jawab jangan diem aja."kesalnya karena lelaki itu hanya diam.

"Iya."

"Iya apa?"

"Gak bakal nikah lagi,gak bakal ninggalin istri gue yang manja dan cengeng ini."ujarnya seraya menarik pelan pipi istrinya itu.

"Ko ditarik si,sakit tau.aturan mah di Cium."protesnya.

"Dih banyak mau."cibirnya.

Wanita itu mendengus sebal selalu saja begitu,disaat ia mau lelaki itu selalu saja menolak sedangkan ia sedang tidak ingin tanpa diminta pun lelaki itu melakukannya.

"Arrel ngantuk,pen tidur."rengeknya.

"Yaudah tidur gih."

"Gendong."rengeknya seraya mengeratkan tangannya dileher sang
Suami.

Darrel menghela nafasnya dan dengan gampangnya ia mengangkat istrinya itu lalu berjalan menuju kamar mereka.biasanya Kiara tidak tidur siang namun mungkin karena efek menangis membuatnya jadi mengantuk.

Sesampainya dikamar ia membaringkan tubuh istrinya itu lalu menyelimutnya setengah badan.saat ia hendak bangun kiara menahan tangan.

"Jangan pergi,temenin aku."pintanya. "Sayang,temenin please."lanjutnya karena Darrel hanya diam saja.

Tanpa berkata apapun lelaki itu ikut membaringkan tubuhnya,masuk kedalam selimut,namun dalam waktu yang bersamaan handphone Darrel terus saja berdering membuatnya kembali duduk dan mengangkat telponnya.

"Assalamualaikum,ada apa yah?"tanyanya setelah mengangkat telponnya.

"........"

"Jangan sekarang ya,nanti Darrel telpon lagi."balasnya.

"........"

"Ara lagi manja banget yah,rewel gak mau ditinggal Darrel."ujarnya dengan santainya.

"......."

"Hm, wa'alaikumsalam."ujarnya setelah mematikan sambungan teleponnya.lalu ia menaruh handphone nya di nakas sebelah ranjang.

"Itu ayah?"tanyanya memastikan.Darrel menganggukan sebagai jawabannya karena barusan memang ayahnya yang menelpon.

"Ih kenapa bilang Ara manja,kan jadi malu."protesnya.

"Ck.. sejak kapan lo punya malu, biasanya aja malu maluin."cibirnya.

"Ar_."

"Lo ngomong terus,gak jadi gue temenin ya."ancamnya membuat wanita itu menciut seketika.sedangkan Darrel hanya tersenyum tipis nyaris tak terlihat melihat diamnya Kiara setelah mendengar ancamnya.

Lelaki itu kembali berbaring dan membiarkan wanita itu memeluknya.

OoO

    "Bunda mau nginep?"tanya Ara dengan antusiasnya.Rita menganggukan kepalanya sebagai jawabannya.

Malam ini Kedua orang tua Darrel memang berniat menginap sebelum pergi ke luar negeri besok hingga seminggu kedepan.selain ada kerjaan keduanya juga sekalian berkunjung kerumah kerabat dari keluarga ayahnya Darrel yang kebetulan tinggal disana.

Jadi intinya sebelum susah ketemu jadi Rita ingin menghabiskan waktu bersama menantunya dulu.

"Darrel."

"Hm."

"Nanti malem bunda pengen tidur sama Ara boleh?"tanyanya.

"Lah,terus Darrel?"tanyanya seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Ya kamu sama Ayah,sekali sekali Rel Bunda juga pengen tidur sama menantu bunda ini."ujarnya seraya memeluk kiara dari samping.

"Udahlah Rel,sekali doang gapapa."sahut sang Ayah.

Darrel menghela nafasnya lalu mengangguk sebagai jawabannya walaupun sebenarnya ia tidak rela karena sudah terbiasa tidur dengan istrinya itu.




















Next gak nih?

DARREl AlFATHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang