bagian #32

1.5K 48 1
                                    

    
"Saya ingin bicara dengan bapak."ujar Aliya.

"Tentang?" Tanyanya dengan datar.aneh memang karena tidak biasanya Aliya berbicara seperti ini.

"Hal pribadi." Darrel mengerutkan keningnya semakin tidak mengerti.

"Apa bapak ingat dengan gadis SMA yang cupu itu?itu adalah saya pak.dan sejak itu dimana bapak beberapa kali menolong saya mulai saat itu juga Sa...saya menyukai bapak." Ujarnya pada akhirnya.

Darrel mengingat gadis itu.ia memang pernah menolong gadis cupu saat SMA dulu karena gadis itu selalu di tindas seenaknya.ia tidak menyangka jika gadis itu adalah karyawan barunya ini.

Ia memang tidak tau namanya karena ia menurutnya itu tidaklah penting.

"Lalu?"

"Sa..saya i..ingin menjadi istri kedua bapak." Ungkapnya seraya menunduk.

"Saya gak ada niat untuk poligami ataupun menceraikan istri saya." Jawaban Darrel sudah sangat jelas jika dirinya menolak Aliya.

"Tapi bukankah bapak menyukai saya,itu sebabnya bapak menolong saya saat itu." Ujarnya.karena ia tau Darrel bukan orang yang mudah perduli dengan orang orang sekitar.dan saat Darrel membantunya dulu bukankah karena lelaki itu mencintainya.

"Saya menolong hanya karena rasa kemanusiaan,gak lebih dari itu." Ujarnya menegaskan.

"Tapi pak,apa tidak ada kesempatan untuk saya jadi istri kedua bapak.selama ini saya sudah berusaha untuk menjadi perempuan idaman bapak." Ujarnya jujur.selama ini ia berusaha menjadi perempuan shalihah Karena ia tau laki laki paham agama seperti Darrel memiliki kriteria itu.

"Tidak ada.dan gak akan pernah ada"

_

____

    
       Kiara menghampiri suaminya yang sedang bersantai di teras depan rumah mereka.

Darrel yang menyadari keberadaan istrinya pun langsung menoleh kearah wanita hamil itu.

"Duduk sayang." Ujarnya karena melihat wanita itu hanya berdiri disana.

Kiara mengangguk dan ikut gabung duduk disana.sesekali ia melirik Darrel yang sedang membaca buku itu.

"Ayah."

"Hm."

"Aku mau nanya boleh?" Tanyanya dengan sedikit ragu dengan pertanyaannya nanti

"Apa."

"Kamu  beneran gada rasa sedikitpun sama Aliya?" Tadi siang ia tidak sengaja mendengar percakapan suaminya dengan pegawai baru itu.

"Gak."

"Tapi dia cantik dan punya hal yang gak aku punya.dia adalah wanita yang sebenarnya sudah masuk kedalam kriteria idaman kamu."

"Ra stop.gausah bahas itu terus." Ia tidak suka saat Kiara membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain karena baginya sesempurna apapun orang lain yang ia mau hanyalah Kiara bukan orang lain.

"Tapi kenyataannya emang dia itu lebih sempurna, harusnya kamu nikahnya sama dia bukan dengan wanita fakir ilmu kayak aku."

"Terus maunya gimana?"

"Ka..kamu nikah aja sama dia."

"Gak waras lo." Ujarnya dingin seraya pergi kedalam meninggalkan Kiara sendiri.

Kiara menatap punggung lelaki itu yang mulai menghilang dari penglihatannya.

       
        Sedari tadi Kiara terus saja melirik jam dinding yang ada di kamarnya.ini sudah menunjukkan pukul sembilan malam namun suaminya itu belum juga memasuki kamar.

Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan kearah ruang kerja suaminya karena terakhir ia melihatnya masih mengerjakan pekerjaannya.

Namun disana ia pun tidak menemukan lelaki itu.kemudian ia berjalan kearah kamar tamu lalu membukanya dan disana ia menemukan lelaki itu yang sedang duduk di pinggir kasur,lebih tepatnya di lantai Pinggir kasur.

"Kenapa gak tidur?" Tanyanya tanpa menoleh sedikitpun juga.

"Aku nungguin kamu,kamu_"

"Gausah perduliin gue, tidur aja sana." Ujarnya dengan tatapan kosong.

"Gak mau." Ujarnya seraya memeluk suaminya dari samping.

" Gue gak bisa bahagiain lo ya? lo benci sama gue karena gue galak?lo udah gak cinta lagi ya sama gue?" Pertanyaan itu akhirnya lolos terucap dari mulut seorang Darrel dengan nada rendahnya.

"Enggak,kamu selalu bahagiain aku,aku gak benci kamu apalagi berhenti mencintai kamu."

"Tapi kenapa lo malah nyuruh gue nikahin wanita lain? Lo tau gak,gue sakit hati saat lo bilang kayak gitu yang seolah olah lo nyuruh gue pergi Ra."

"Ayah maksud aku gak gitu,tapi aku cuma sadar diri aku ini siapa."

"Selalu itu alasan lo Ra.lo pikir dengan gue menikahi perempuan yang masuk dalam kriteria gue bisa menjamin kebahagiaan? enggak Ra.gue udah bilang berkali kali kalo gue udah gak peduliin soal itu lg karena sama lo aja gue udah bahagia." Padahal ia sering sekali berbicara jika ia tidak memikirkan hal itu lg tapi kenapa wanita itu tidak mau mengerti juga.

"Maaf." Sesalnya.ia merutuki permintaannya sore tadi yang sudah kelewatan, padahal sebenarnya ia sendiri tidak rela jika suaminya menikahi perempuan lain.

Darrel hanya diam saja karena ia sudah cukup kenyang untuk menerima permintaan maaf dari istrinya namun pada saat saat tertentu selalu diulangi lagi dan itu tentang hal yang sama.

"Maafin aku,aku janji gak akan kayak tadi lagi.aku gak akan terlalu insecure  lagi sama orang.aku sayang kamu aku gak mau kehilangan kamu,maaf udah bikin kamu sakit hati.maaf ayah,maafin aku" ujarnya dengan sungguh sungguh.

"Jangan nangis."

"Maafin aku dulu hiks.. "

"Iya,aku maafin. Tapi kalo ke ulang lagi,jangan salahkan aku kalo aku bener bener pergi dari hidup kamu."ujarnya yang sudah cukup lelah selalu berdebat dengan masalah yang sama.

Kiara memeluk suaminya itu dengan erat tanpa mengatakan apapun lagi.











See you next part

DARREl AlFATHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang