bagian #23

1.8K 51 0
                                    

Happy reading

__________________




     "Kenapa?" tanyanya pada istrinya yang sedari tadi memeluknya.

"Jangan kerja ya hari ini." ujarnya.gak tau kenapa ia tidak ingin ditinggal oleh suaminya.

"Mana bisa gitu." tanyanya lembut dengan membiarkan wanita itu memeluknya.

"Di bisain aja, Pokoknya kamu gak boleh pergi karena aku gak ngizinin."keukeuhnya.

"Ra jangan gini lah aku banyak kerjaan,gak bisa asal libur aja."balasnya dengan lembut berusaha untuk tidak terbawa emosi.

"Sekali aja ya ayah, jangan pergi.jangan pikirin kerjaan terus sekali kali pikirin aku juga." balasnya seraya menampilkan wajahnya yang memelasnya.

Darrel menghela nafasnya lalu mengambil ponselnya untuk mengabari sekretarisnya jika ia tidak akan datang ke kantor untuk hari ini.

Setelahnya ia melepaskan dasinya yang tadinya sudah terpasang rapi itu.Kiara yang melihat itu tersenyum bahagia karena artinya lelaki itu tidak akan pergi ke kantor.

"Ih makin sayang ayah." ujarnya seraya mencium pipi suaminya sekilas.

"Lepas dulu." ujarnya namun bumil satu itu enggan melepaskannya.

"Sayang lepas dulu,aku mau ganti baju." ujarnya namun wanita itu tetap menggelengkan kepalanya sebagai jawaban jika dia tidak mau melepaskannya.

"Bentar aja lepas dulu ntar boleh peluk lagi." bujuknya karena ia tidak nyaman jika harus memakai kemeja seperti ini jika dirumah.

"Janji?" tanyanya yang langsung saja diangguki oleh Darrel.wanita itu tersenyum lalu melepaskan pelukannya membiarkan Darrel berganti baju dulu.

Dan benar saja selesai lelaki itu berganti pakaian Kiara langsung memeluk kembali lelaki itu dengan senyumnya yang menggembang.

Darrel hanya bisa menghela nafasnya.sesekali ia mengelus puncak kepala istrinya itu dengan lembut.semenjak hamil istrinya itu memang semakin manja dari biasanya.

"Apa?" tanyanya karena wanita itu terus saja menatap penuh arti.

"Aku tiba tiba ke pengen rujak deh,beliin ya." ujarnya seraya menaik turunkan alisnya.

"Ini masih pagi bunda,gak baik ah." ujarnya.apa apaan jam segini minta makan rujak.

Kiara melepaskan pelukannya lalu berjalan mundur sedikit demi sedikit agar agak jauh dari suaminya berada sekarang.

"Ka...kamu jahat hiks... Padahal aku ngidam tau hiks... Ini juga kemauannya anak kamu hiks...." tangisnya pecah saat suaminya tak mau mengabulkan permintaannya.

"Gausah nangis bisa gak." ujarnya.

"Ya kamunya jahat hiks.. ka_"

"Iya aku beliin,udah ya gausah nangis." bujuknya.

Mendengar itu membuat kiara tersenyum dan menghapus air matanya yang sudah jatuh banyak itu.

"Aku ikut." ujarnya saat lelaki itu hendak pergi dengan kunci mobilnya.Darrel menggangguk saja daripada istrinya itu menangis lagi.

Setelah berputar putar akhirnya penjual rujak itu dapat ditemukan juga.keduanya turun dan langsung menghampiri si penjual itu.

"Mau ya mang satu,cabenya satu aja." ujarnya.ia memang membolehkan wanita itu memakan rujak tapi bukan berarti harus pedes banget mengingat lambung istrinya itu mudah sakit jika terlalu banyak pedas, ditambah lagi dengan kondisinya yang sedang hamil seperti sekarang ini.

"Ko satu si ayah cabenya,dua dong." protesnya yang tidak terima itu.

"Satu atau enggak sama sekali." finalnya.

Kiara mendengus kesal karena suaminya itu selalu saja melarangnya memakan pedas walaupun hanya sekali, padahal ia kan juga pengen ngerasain yang pedes banget itu.

"Eum itu mau bikin buat saya ya mang?" tanyanya memastikan karena takutnya  itu untuk orang lain.

"Iya neng,kenapa?" tanyanya balik.

"Kalo boleh Biar suami Saya aja yang bikin ya mang." pintanya.membuat Darrel yang sedang bermain ponsel itu menatap istrinya.

"Ayah buatin buat aku ya."ujarnya pada suaminya itu.

"Yang bener aja Ra."ujarnya.seumur umur dirinya belum pernah buat yang ke gituan dan sekarang malah disuruh buat segala.ngadi ngadi emang bumil satu ini

"Ish aku ngidam tau,nggak tau kenapa pengen liat kamu yang buatnya.mau ya?"tanyanya dengan ekspresi penuh harap.

Darrel menghela nafasnya lalu berjalan kearah penjual itu dan mulai mengambil alih untuk membuat rujak itu membuat kiara tersenyum senang.

"Ini gak papa mas?"tanya si penjualnya yang merasa tidak enak karena membuat pembelinya sendiri harus membuat rujaknya sendiri.

"Gapapa mang, daripada istri saya nangis disini ntar berabe."ujarnya.ia tidak ingin kiara menangis ditempat umum dan membuat semua orang terganggu dengan suara tangisannya itu,cukup dirinya saja yang harus mendengarkan tangisan Kiaras yang membuat kepalanya pusing,jangan sampai orang lain juga merasakan hal yang sama hanya karena keinginan bumil satu itu tak dituruti.

Darrel akan menuruti apapun yang diinginkan Kiara jika itu masih dibatas wajar namun jika permintaan sudah kelewat batas ia tidak akan menurutinya walaupun wanita itu menangis sekalipun.

  Selesai membuatnya Darrel langsung memberikannya pada Kiara yang sedang duduk itu.

"Wih makasih ayah." ujarnya dengan senang.

"Kalo gak enak gausah dimakan ya,ganti lagi aja." peringatnya.kiara mengangguk sebagai balasannya.

Ia langsung saja memakannya dengan lahap, ternyata suami galaknya itu jago juga membuat rujak seperti ini.

"Ayah mau cobain gak,enak tau." tanyanya seraya memberi tau jika rujaknya itu sangat enak beda dengan yang lain.

Darrel menggelengkan kepalanya, biar saja Kiara menghabiskannya seorang diri.

"Ayah kenapa gak jualan rujak aja,enak lho padahal.ternyata suami aku punya bakat juga bikin rujak seenak ini."ujarnya.

"Jual kamu aja boleh gak?"tanya Darrel membuat wanita itu menghentikan aktivitasnya.

"Ish kamu mah,aku serius tau."gerutunya.

Darrel memilih diam tanpa mau memperpanjangnya dengan terus menanggapi istrinya itu.



DARREl AlFATHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang