bagian #34

1.5K 49 0
                                    

  budayakan vote setelah membaca ya man teman semuanya, hargailah Author nya yang sudah jungkir balik memikirkan alur ceritanya.

______________________________________

     "Kamu ngapain?" Tanya kiara saat suaminya yang baru selesai mengancingkan kemejanya itu langsung berjongkok di depan istrinya yang sedang duduk diatas ranjang itu.

Lelaki itu memberikan dasinya itu yang langsung saja di terima oleh Kiara.

" Sini duduk aja,biar aku yang berdiri." Ujarnya yang merasa tidak enak saat suaminya itu berjongkok seperti ini.

"Kamu kan gak boleh banyak berdiri,jadi gapapa biar aku aja yang jongkok." Balasnya. Ia mana tega membiarkan istrinya yang sedang hamil besar itu berdiri sedangkan dirinya duduk.

"Tapi aku gak enak."

"Gapapa sayang." Balasnya dengan senyum tipisnya itu.Kiara menghela nafasnya lalu segera memasangkan dasinya itu.

"Ganteng banget si ayahnya bayi." Pujinya saat selesai memasangkan dasi itu dengan sempurna.

Darrel hanya tersenyum tipis saja untuk menanggapinya.

"Sayang." Darrel memanggil namun tangannya setia mengelus perut buncit istrinya itu.

"Iya."

"Maaf  ya."

"Maaf buat apa?" Tanyanya heran, karena seingatnya lelaki itu tidak melakukan kesalahan apapun.

"Karena harus ngandung dede bayi,pasti berat ya." Ujarnya yang terus mengelus perut istrinya itu.

Semakin perutnya membesar semua semakin terasa,mulai dari yang mudah lelah dan tidur dengan posisi yang kurang mengenakan.namun terlepas dari itu Kiara senang karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang bunda.

"Gak perlu minta maaf,aku gapapa ko, walaupun berat tapi aku bersyukur karena disini ada bayi kita.seberat apapun keadaannya selama sama kamu insyaallah aku kuat." Ujarnya dengan senyum indahnya itu.

Kiara senang bisa mendapatkan lelaki seperti Darrel.ya walaupun terkesan galak dan cuek namun lelaki itu begitu perduli pada keluarga kecilnya ini.banyak hal yang sudah di korbankan nya hanya untuk memenuhi kebahagiaan serta keselamatan istri juga anaknya.

Selama menikah mau sepenting apapun pekerjaannya Darrel tetap menomor satukan keluarga kecilnya ini, apalagi semenjak Kiara hamil bahkan lelaki itu rela menolak kerjasama yang mengharuskannya pergi ke luar kota karena tidak ingin meninggalkan istrinya sendiri.

ya walaupun sebenarnya bisa saja ia meminta mertua menemani istrinya dirumah saat dirinya pergi.namun ia tidak melakukannya karena menurutnya jika ia masih bisa kenapa harus merepotkan mertuanya.

"Nanti aku pulang pas jam makan siang,jadi kamu gak perlu repot-repot nganterin makanan buat aku." Beritahunya.

"Eum,mau di masakin apa?"tanyanya seraya merapikan rambut suaminya itu yang masih berantakan.

"Apa aja yang gak ngebuat kamu kecapean." Balasnya.sebenernya ia sudah melarang istrinya itu untuk tidak melakukan apapun namun istrinya itu masih saja bersikeras untuk melakukan kewajibannya.

Pada akhirnya Darrel mengizinkannya dengan syarat jagan memaksakan jika sudah lelah atau setidaknya hanya melakukan hal yang sekiranya ringan saja.

"Siap ayahnya bayi."

Darrel tersenyum lalu berdiri membawa jas serta tas kerjanya agar jika sudah sarapan nanti ia bisa langsung berangkat bekerja.

"Makannya berdua ya sayang." Ujarnya yang langsung diangguki oleh Kiara.akhir akhir ini Darrel memang selalu ingin makan sepiring berdua dengan istrinya karena katanya setelah punya anak nanti belum tentu bisa sesering sekarang.

        Selesai sarapan Darrel langsung berpamitan untuk pergi bekerja.seperti biasanya Kiara selalu mengantar suaminya kedepan rumah.

" jangan nyusahin bunda ya bayi,kalo mau ngereog nanti aja kalo ayahnya Sudah pulang."ujarnya membuat Kiara yang mendengarnya tertawa.

"Ayah pamit dulu oke, assalamualaikum."ujarnya yang langsung mencium perut buncit  istrinya itu.

"Aku pergi dulu, apapun yang terjadi dan kapanpun itu kabarin aku ya." Kiara mengangguk sebagai jawabannya.

Kiara mencium punggung tangan suaminya itu.  "Hati hati ayah." Ujarnya.

Darrel mengangguk lalu mencium kening istrinya itu. "Assalamualaikum.

"Wa'alaikumsalam."

"Dadah ayahnya bayi."ujarnya seraya melambaikan tangannya.

Di saat yang sama handphonenya berbunyi dan disana tertera nama mama Gia.langsung saja ia mengangkat telponnya

"Assalamualaikum,ma."

"........."

"Aku dirumah ko,mama kesini aja." Ujarnya.

".........."

"Iya ma,hati hati.waalaikumsalam." ujarnya yang langsung menaruh handphonenya setelah sambungan telepon itu terputus.

Kiara masuk ke dalam rumahnya, karena akan lebih baik jika ia menunggu mamanya di dalam rumah.

      Selang beberapa menit Giana akhirnya sampai dirumah menantu serta anaknya itu.

Kiara menyambut kedatangan mamanya dengan hangat dan langsung mencium punggung tangan mamanya itu.

"Ini bawa apa ma?" Tanyanya karena mamanya itu membawa sesuatu.

" Katanya kamu lagi pengen cake buatan mama,jadi ya mama bawain spesial buat bumil satu ini." Ujarnya.

"Pasti ayahnya si bayi ya yang bilang ke mama." ujarnya karena yang mengetahuinya hanya Darrel.ia memang ingin sekali memakan buatan mamanya itu namun ia takut merepotkan.

"Ya harusnya kamu bilang aja sayang,mama seneng tau." Ujarnya.kemarin menantu itu mengatakannya tapi tidak memaksa juga.

"Makasih ma."

"Sama sama."

"Oh iya,mama mau minum apa?" Tanyanya menawarkan.

"Gak usahlah,sini duduk aja." Ujarnya.jika hanya soal minum ia masih bisa mengambil nanti.

"Kamu udah tau jenis Kelamin anak kalian?" Tanyanya.

"Enggak ma, soalnya kita udah sepakat buat gak tau dulu,biar suprise buat kita dan semuanya juga." Jawabnya.

"Eum gapapa, bagus juga si kayak gitu.dulu juga mana pengen kayak gitu tapi papa tuh yang gak sabaran pengen tau duluan." Kekehnya.

"Namanya juga papa,rasa penasarannya itu gede banget." Kekehnya.

"Iya tuh.tapi apapun jenis kelaminnya,mau cowok atau cewek yang penting itu kalian berdua selamat dan sehat."

"Iya ma,aminn."

































DARREl AlFATHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang