-Tragis-

361 34 4
                                    

Nanoon

Dugaanku benar, aku berada di ruangan bawah tanah dengan banyak lorong-lorong lembab dan berair. Aku berjalan mencari jalan keluar dengan memasuki satu lorong dengan lorong lainnya, namun tak ada satupun lorong yang mengarah keluar. Semua hanya lorong-lorong kosong dan beberapa diantaranya lorong yang buntu.

"Sial!! Kemana aku harus pergi.. " gerutuku,

Diantara banyaknya lorong itu, ada satu pintu aneh yang berada paling ujung. Rasa penasaranku membawaku mendekati pintu itu dan masuk dengan pelan. Aku mendorong pintu itu secara pelan, dan mencoba mengintip apa yang ada dibalik pintu itu. akhirnya pemandangan menyeramkan terpampang nyata di depanku. Aku menutup mulutku yang seakan ingin berteriak dengan kuatnya, mataku berair karena rasa takut dan shock yang datang, dan seluruh tubuhku gemetaran hebat.

Tubuh –tubuh bergantungan dengan darah yang menetes dengan derasnya, beberapa mayat lainnya terkapar di atas papan panjang dengan tubuh yang terkoyak-koyak. Mual, bau amis darah benar-benar menusuk hidungku. Tidak ada lagi aroma manis yang tercium, melainkan aroma amis darah yang menyengat. Tubuh – tubuh itu seakan tergantung seperti daging yang dijual di pasar. Bukan hanya itu, tulang belulang ditumpuk seakan itu barang tidak berguna. Kantong-kantong hitam besar juga berjejer bersender di dinding, curiga, aku mendekati kantong itu dan membuka kantong itu. bau busuk langsung menyergap hidungku, dan seketika membuatku mual.

"Apa-apaan ini, mayat," kataku bergetar,

Aku berjalan mundur pelan, bahkan menelan ludahpun aku berat. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, dan membuatku terperajat kaku. Dengan cepat seseorang itu memukul wajahku, dan membuatku tergeletak di lantai yang penuh darah busuk.

"Bagaimana kau bisa sampai disini? Siapa kau? " Tanya lelaki itu, ya, kepala desa.

"Kau, ada dibalik semua ini, kau benar-benar jahat" kataku panic,

"Siapa kau? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya," bentak kepala desa itu,

Aku diam sejenak, benar dia tidak mengenaliku sebagai nanoon, dia mengenalku sebagai jasmine. Aku berdiri dan mencoba lari dari sosok kepala desa yang sudah siap membawa palu besar. Dengan panic, aku berlari menghindari serangan – serangan dari kepala desa. Palu besar itu seakan mencoba menghancurkan tubuhku, namun aku berhasil menghindari serangan-serangan gilanya.

Sayangnya, pelarianku menghindari si kepala desa berakhir saat seorang penjaga datang dan memukulku dengan kayu sekali lagi, pukulan itu berhasil membuatku benar-benar terkapar tak berdaya.

**

Mix

Aku panic, malam semakin larut tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan nanoon. Apalagi ketika Ohm dan aku menemukan jejak darah di balai desa, dan barang-barang nanoon yang berantakan serta rusak. Aku terus mondar-mandir di depan teras rumah, bersama dengan Earth.

"Tenang Melody.. kamu harus tenang" kata Earth mencoba menenangkanku,

" bagaimana aku tidak panic, bisa saja ada sesuatu yang terjadi pada Nan...emm.. Jasmine"

Earth berdiri dari tempat duduknya, dan memeluk tubuhku yang gemetaran. Dia mengecup keningku, lalu mengelus lenganku dengan lembut.

"Tenanglah, jangan panic, pikirkan kondisimu juga" bisiknya pelan di telingaku, namun itu tidak cukup menghentikan air mataku yang jatuh bebas di pipiku.

Ohm dan Prof Mac bersama warga masih diluar mencari keberadaan Nanoon, sementara Earth menemaniku di rumah. Anehnya, tak berapa lama aku mendengar suara helicopter terbang mendekat.

"Helicopter? Earth, kenapa ada helicopter" tanyaku lugu pada Earth, yang memasang wajah kaget. Ia dengan cepat menutup kedua telingaku, dan menggiringku masuk ke dalam rumah. Dengan cepat ia menutup pintu rumah, lalu menguncinya. Tentu saja, itu membuatku heran, kenapa earth sampai melakukan hal sejauh itu.

MAGIC IN THE STORM (ohmnanon x earthmix )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang