-Season II : Move (2) -

182 14 2
                                    

***

Mix

***

Pada akhirnya, kepercayaanku yang mati-matian menyalahkan diriku sendiri. aku yang percaya bahwa Earth bukan lelaki yang sama seperti mix, dia berbeda denganku, ternyata sama saja. aku menyalahkan diriku atas berubahnya earth, tapi ternyata sejak awal memang seperti itulah dia. Earth menjadikan Mix hanya sebagai tamengnya. Mungkin aku memang alasan awalnya, tapi bukankah pada akhirnya ia tetap sama saja. aku terus berfikir keras, sembari memandang segelas air hangat di tanganku. Apa aku hanya lelah?

Nanoon keluar dari kamar mandi, segera bersiap untuk berangkat kerja. Ia memakai jaket jeans kebesaran kesayangannya, itu adalah jaket lamanya. aku memandangnya dengan tatapan lembut, lalu berjalan membenarkan pakaiannya yang berantakan.

"kamu sudah harus berangkat?" tanyaku,

"iya, sebentar lagi toko harus buka. Aku harus siap-siap" jawabnya tergesa-gesa.

"aku juga ada shift tambahan hari ini, jadi aku akan berangkat siang."

"Hei kau yakin mau mengambil shift tambahan? Wajahmu pucat, " ucap nanoon khawatir

"tenang, aku baik-baik saja"

Nanoon menghela nafas, lalu memelukku dengan erat. Dia segera berpamitan dan mengambil tasnya, lalu segera beranjak untuk keluar. Namun ketika ia membuka pintu, ia malah dikejutkan oleh sosok ibu-ibu yang sudah bersiap mengetuk pintu itu. nanoon terkejut, begitupun aku yang melihat kejadian itu. siapa wanita itu?

"anda.. kenapa anda kesini? Bagaimana anda bisa menemukan tempat ini?" tanyan nanoon seperti terheran-heran,

"bisa kita berbicara sebentar.. " jawab lembut wanita itu,

Nanoon tidak banyak menjawab, dia hanya mengangguk lalu segera keluar bersama dengan wanita itu. aku tidak mengenal siapa wanita itu, tapi sungguh, dia adalah wanita yang sangat cantik.

***

Nanoon

***

Aku berjalan pelan di samping tubuh ramping wanita itu. yah, dia adalah ibunya Ohm. Entah bagaimana ia menemukan tempat tinggalku, tapi aku tidak terlalu heran dengan itu, hanya saja kenapa sampai datang kemari. Kami berdiri di lorong tepat di depan appartemen, dengan memasang wajah sedih, wanita itu menggenggam tanganku.

"jasmine, saya mohon maafkan putraku.. dia memang salah, saya tidak akan membelanya, dia memperkosamu dan memukulimu, itu hal yang buruk sangat buruk, tapi tolong maafkan dia.. " pintanya dengan air mata yang mulai jatuh di pipi mulusnya,

"Saya tidak bisa.. ini terlalu menyakitkan" jawabku singkat, dengan menahan rasa marahku,

"Ohm, sejak dia tahu kau pindah dan tidak bisa menemukanmu, dia terus mengurung dirinya dikamar, menyakiti dirinya sendiri dan mencoba untuk bunuh diri berkali-kali. dia menganggap hidupnya sudah tidak berguna. Kami bahkan menemukannya berkali-kali mencoba mengiris pergelangan tangannya. Jasmine, sebagai seorang ibu, ini pertama kalinya aku melihat putraku seperti ini. aku tidak bisa.. aku tidak bisa kehilangannya " pintanya sembari memohon dengan menundukkan wajahnya, aku tidak tega.

Aku memandang wajah sedih yang begitu mendalam pada wanita itu, terakhir ketika kami bertemu, yang kuingat adalah sosok wanita karir yang murah senyum dan penuh kebaikan. Namun kini, aku melihat sosok ibu yang tulus meminta pengampunan bagi anaknya, agar anaknya tidak mati sia-sia dalam penyesalan. Aku menyadari, cinta yang dimiliki Ohm padaku bukanlah cinta yang murni, tapi obsesinya untuk memilikiku.

"akan kuberikan apapun, apapun yang kau mau. Aku tahu kau sedang butuh uang untuk bertahan hidup, aku bisa menjamin kehidupanmu. Tolong, bantu Ohm keluar dari jurang penderitaan itu... "

MAGIC IN THE STORM (ohmnanon x earthmix )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang