- Pengagum rahasia -

565 67 2
                                    

Ohm menyetir mobilnya dengan pelan, sangat berbeda jika aku yang menyetir mobil. Sesekali Ohm terlihat mencuri pandang padaku, seakan ingin menatapku lebih lama, namu harus fokus menyetir. Aku mengambil kuncir rambut di dalam tasku, dan menguncir rambutku yang panjang ini. Beberapa kali aku mendapati Ohm yang melirik kearahku, dan tersenyum sendiri.

"Kau kenapa? Tidak pernah melihat seseorang mengucir rambut?" tanyaku judes,

" Jika rambutmu seperti itu, kau jadi terlihat lebih manis" godanya,

" kau lupa, aku nanoon, teman sekamarmu.. jangan menggodaku seperti itu, "

" ah, entahlah.. mau nanoon atau Jasmine, bagiku kau tetaplah kau.. " katanya dengan tawa kecil,

Aku cemberut mendengar godaan Ohm. Di satu sisi, seharusnya itu menggelikan bagiku, tapi yang muncul dalam perasaanku malah perasaan malu yang meluap-luap. Aku hanya terdiam dan melemparkan pandanganku ke luar jendela, melihat pemandangan jalanan kota yang penuh dengan kendaraan.

" Kau marah?" tanyanya dengan suara lembut,

Tangannya mengelus rambutku dengan lemah lembut, bermain-main dengan poniku, lalu mencubit pipiku. Aku membeku sejenak, apakah Ohm mulai lupa siapa aku?

Dari kejauhan, gedung – gedung fakultas di kampus kami sudah mulai terlihat. Ohm semakin mempercepat laju mobilnya, agar tidak terkena macet di depan kawasan kampus. Tak berapa lama, kami memasuki kawasan kampus kami yang sangat luas dan asri. Ohm menghentikan mobilnya tepat di depan gedung fakultasku, dan dengan cepat turun untuk membukakan pintuku. Aku sama sekali tidak mengerti dengan perlakuan aneh Ohm, bukan berarti dia tidak pernah melakukannya, yah.. dia pernah memperlakukanku seperti ini tapi itu sudah sangat lama.

"Ini bukan hari ulang tahunku, kenapa kau melayaniku dengan special?"

Ohm hanya tersenyum melihat tubuhku turun dari mobilnya. Aku memasang wajah kebingungan, namun tetap memperlakukan Ohm seperti biasanya. Apakah ada roh jahat yang mengikutinya dari kuil kuil kemarin?

" apa ada roh yang mengikutimu? Apa..jangan-jangan kau sakit? Kau masih ingat siapa aku kan?" tanyaku beruntun penuh kekhawatiran,

" Tidak, aku baik-baik saja." jawabnya sembari tertawa, aku menatapnya dengan kesal.

Dia memegang kedua tanganku, dan menatapku dalam. Lalu, dengan cepat sebuah kecupan mendarat di keningku tanpa memberiku aba-aba. Aku bahkan belum siap untuk menerima ini, tapi Ohm sejak dulu selalu selangkah lebih cepat dariku.

"Kau ingat, ini bukan pertama kali aku menciummu, dulu... " kata-katanya terhenti, dan bersambut dengan dengan senyuman penuh arti

"katakana, dulu kapan? Dimana?"

Aku benar-benar tidak ingat kapan dia menciumku, apa saat aku masih menjadi nanoon? Ada apa dengan Ohm pagi ini?

Tanpa kusadari, seseorang berlari dengan cepat kea rah kami berdua. Lelaki yang kemarin menolong Mix, Earth. Dengan nafas memburu, dia berdiri di hadapanku dan Ohm, seakan ia bahkan tak sanggup untuk berdiri.

" kenapa kau berlari?" tanyaku heran dengannya,

"bagaimana kondisi Melody? Apakah dia sudah membaik, "

" aku tidak tahu," kataku cuek,

Ohm hanya melihatku dengan tatapan bingung, dan menjawab singkat kepada Earth.

" tadi pagi, aku masih melihatnya tertidur, sepertinya dia masih belum pulih benar,"

" kenapa kau memberi tahunya," bentakku pada Ohm,

" Kenapa? Dia hanya ingin tahu kondisi Melody, dia tidak mengajaknya bertarung atau bertengkar" jawab ohm ringan, sembari mengelus pundak kecilku.

" Ada siapa di apartement kalian? Apakah dia sendirian?"

" dia bersama Phi Yok, "ujar Ohm lagi, sambil mendorongku menjauh dari Earth.

Aku memilih pergi meninggalkan mereka berdua, aku bisa membayangkan betapa mengamuknya mix jika tahu kalau aku membiarkan Earth tahu kondisinya. Aku juga yakin bahwa Ohm pasti memberi tahu keberadaan mix sekarang, sekedar untuk meredakan kekhawatiran Earth. Ahhh... entahlah, bisa-bisanya kemarin kami bertemu dengan Earth.

Sepanjang jalan menuju kelas, aku dirundung kekhawatiran pada kondisi Mix. Aku mulai berfikir tentang bagaimana kondisiku nanti, jika agenda bulanan itu datang padaku. Di tengah kesibukanku mengkhawatirkan banyak hal, seseorang menghentikan langkah kakiku. Seorang lelaki dengan tubuh tegapnya, datang dan mengulurkan tangannya ke hadapanku.

" Hai, aku Yovie, kau Jasmine kan? Salam kenal, " sapanya dengan senyuman yang begitu manis,

" yah aku jasmine, salah kenal juga.. maaf aku harus segera ke kelas"

" bukannya, kelas kalian masih dimulai setengah jam lagi.." kilahnya

"Ada yang harus kukerjakan, jadi aku harus ke kelas " ucapku beralasan,

Hei kau tidak tahu, aku belum menegerjakan tugas, jadi akum au mencontek.

"Apa kau mau mencontek tugasku?" tawarnya padaku,

"bukannya kau bukan teman sekelasku, "

" setiap tahun dosen itu selalu memberikan tugas yang sama, aku akan membantumu.. bagaimana? " ajaknya lagi,

" Kau dari jurusan yang sama?"

Dia menganggukkan kepalanya, dan menyeretku mengikutinya masuk ke dalam kelas. semua mata memperhatikan langkah kaki kami berdua. Kuakui, lelaki ini memang tampan, meskipun tidak setampan aku.

"Dimana tempat dudukmu?" tanyanya padaku, lalu aku menunjukan tempat dimana aku akan duduk.

Kenapa dia begitu agresif padaku, sungguh sangat membingungkan. Aku dapat merasakan hawa-hawa buruk tertuju padaku ketika orang ini duduk bersamaku. Aku mengambil buku tugasku, dan membuka lembaran yang harusnya aku kerjakan. Dia merangkul pundakku dengan dekat, semakin dekat kea rah wajahku. Seketika aku merasa tidak nyaman dengan perlakuannya yang mendadak dan menggelikan ini. Bahkan aku yang seorang pemain sekalipun, pantang untuk bertindak segila ini untuk mendekati perempuan incaranku.

"Wah, beruntung sekali mahasiswa baru ini, dia bisa begitu dekat dengan pangeran akuntansi.." sindir seseorang dari belakang punggungku,

" Jangan dengarkan mereka, tetaplah fokus mengerjakan tugasmu... " pintanya dengan suara lembut,

"aku sama sekali tidak faham,"

" taka pa, kau bisa menyalin kerjaanku, sekalian kujelaskan padamu.. " katanya lagi, lalu membuka tasnya dan mengambil buku tugasnya.

Aku bermain dengan bibirku karena merasa gelisah, selentingan suara di sekitarku mengatakan aka nada kuis hari ini. Aku sama sekali tidak siap, dan orang gila disampingku hanya menatapku cemas. Ia meletakkan jaru telunjuknya di bibirku, agar aku berhenti menggigiti bibirku.

"nanti luka loh.." katanya sambil mengusap bibirku, seketika seluruh buluk kudukku merinding.

Baru saja aku mengangkat penaku untuk menyalin jawaban dari Yovie, tiba-tiba saja Ohm datang mendekat kearahku dengan wajah kesal dan marah yang ia tahan. Dia mengernyitkan dahinya, dan membuat kedua alisnya hampir bersentuhan.tangannya dengan cepat menepis tangan Yovie yang sedari tadi merangkul pundakku. Dia merebut buku dan tasku, dan menyeretku paksa dari tempat dudukku. Dia sama sekali tidak berbicara satu katapun, dan itu berhasil membuatku semakin bingung dengannya hari ini. Kami berjalan keluar dari kelas, sedangkan Yovie hanya memandangiku pergi dengan tatapan kesal.

Setelah berjalan menjauh dari kelas, ia berhenti di depan taman tengah di fakultasku. Ia menatapku dengan lekat, dan memegang pundakku dengan erat. Dia menangis, tanpa memberi penjelasan padaku, dia hanya menangis di depanku. Sekarang jelas bagiku, bagaimana perasaanmu padaku selama ini Ohm. Sayangnya sulit bagiku untuk menerima perasaan itu. 

MAGIC IN THE STORM (ohmnanon x earthmix )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang