****
-Mix-
Ketukan pintu terdengar begitu keras, seakan tak memiliki jeda. Aku yang baru saja selesai mandi dan hendak membersihkan kamar, harus dipaksa menarik kakiku ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Jika itu nanoon, aku sudah siap memarahinya yang tidak kunjung pulang dan membuatku khawatir seperti ayam kehilangan anak – anaknya.
"cklek" –suara pintu kubuka, terlihat jelas raut wajah acak-acakan dari nanoo. Bukan hanya itu, tatapan kosong dan bibir berdarah serta pakaian yang berantakan membuyarkan keinginanku untuk memarahinya. Aku tidak tahu harus bagaimana, dengan tenang aku memegang tangannya dan menariknya masuk ke dalam. Aku mendudukannya di pinggir ranjang, dan sahabatku ini hanya diam.
"ada apa noon? Apa yang terjadi?" tanyaku halus, sembari mengoleskan obat di luka-lukanya,
"Kau mengkhianatiku!" katanya hampir tak bersuara, hanya bisikan yang terasa kencang menebasku
"apa maksudmu?"
"Kau tau semua yang dilakukan Ohm padaku selama ini, tapi kau menyembunyikan semuanya" lanjutnya dengan tatapan yang begitu menyakitkan,
"apa yang sudah dilakukan Ohm padamu? Apa semua luka ini karena dia?" tanyaku tetap menahan emosiku,
"Dia memperkosaku, dan itu bukan yang pertama, ya kan?" suaranya lambat laun semakin lemah dan seakan menghilang satu persatu, wajah pucatnya itu menatap sayu padaku yang terdiam dalam kecanggungan.
Saat ini, aku tahu benar bagaimana posisiku yang sama – sama susah. Aku tidak bisa memberitahukan semuanya secara gamblang padanya, karena ada keluarga yang harus kulindungi, ada nama baik kakak dan ayahku yang harus kujaga.
"Saat itu, aku tidak bisa mengatakan semuanya, karena dia mengancamku. Ancamannya bukan hanya akan menghancurkan hidupku, tapi semua keluargaku, aku tidak berdaya" jelasku pelan padanya,
Nanoon menggenggam tanganku dengan erat hingga gemetaran, aku dapat merasakan suara nafasnya yang beradu dengan berbagai tekanan yang didapatkannya.
"Hey, tenanglah, tenang.. "
Aku memeluknya yang mulai memukuli dirinya sendiri dan menangis, berteriak hingga akhirnya pingsan. Seorang Nanoon benar-benar dalam keterpurukannya, aku merasa bersalah, lebih dari apapun. Segera aku menidurkan nanoon di atas Kasur, dan membiarkannya istirahat. Aku mengganti bajunya dan mengelap tubuhnya yang berantakan.
***
Aku tahu Ohm pasti akan datang ke appartemen ini, jadi sebelum dia sampai, aku sudah menunggunya di depan sembari menyudut satu batang rokok yang kusimpan sejak berbulan-bulan lalu. Dan yah, benar saja. Si bajingan itu datang dengan suara nafasnya yang memburu itu, tanpa permisi dan seakan memiliki hak untuk memaksa masuk, ia mencoba melewatiku begitu saja. tentu aku tidak bisa membiarkannya, jadi kutarik lagi tubuh kekar lelaki sialan ini dan kuseret menjauh dari kamar.
"Kau Gila!!! Apa yang kau lakukan?!!" bentakku dengak keras, sembari menunjuk dengan sebatang rokok itu ke arah wajah kesal Ohm,
" Aku tidak punya waktu bertengkar denganmu disini"
"sialan kau, apa kau belum puas melecehkan nanoon, dan bersikap seperti pahlawan. Kau itu lebih iblis daripada kita" tegasku,
"Jaga mulutmu, kalau bukan karena aku, kau tidak akan bisa menikmati hidup sebagai melody"
"Hah, kuakui aku memang berterimakasih atas bantuanmu, tapi itu tidak menjamin kau bisa melukai nanoon sampai sehancur itu"
"Kau lupa, aku punya kartu As –mu.. sekali aku mengeluarkan semua bukti yang kupunya, bagaimana dengan karir kakak tersayangmu dan ayah luar biasamu itu,"
Aku terdiam, setiap kali ancaman itu keluar.
"Aku hanya membantu nanoon saat itu,"
"Tetap saja, kau yang menyembunyikan dan menutupi kejahatan nanoon"
Aku benar-benar ingin memukul mulut itu, bagaimana jika nanoon tahu, Dew dan semua orang yang berhubungan dengan Nanoon baik dimasa lalu dan masa sekarang, semua menghilang karena si brengsek ini.
"Berapa banyak lagi orang yang akan kau korbankan untuk obsesi gilamu itu"
"Tuhan sudah memberiku kesempatan dengan menjadikan seseorang yang kucintai menjadi perempuan, bukankah ini kesempatan yang bagus. Kalau dia tidak berulah, bukankah semua rencanaku akan mulus. Pastinya aku akan menghamilinya untuk mendapatkannya" ucapnya dengan penuh penekanan,
Aku memundurkan wajahku dengan tatapan muak pada lelaki ini, dia tidak pernah berubah. Obsesi gila yang dia lakukan pada nanoon, sudah menjalar semakin parah. Jika aku bukan sahabat dekat nanoon, mungkin sekarang aku juga sama seperti Dew atau Yovie. Mungkin aku sudah mati sejak lama ditangan lelaki ini.
****
"Anjing!!!" umpatku dengan emosi,
Aku mengusir Ohm sebelum ia berhasil membuka pintu kamar, tentunya, dengan dibantu security apartemen yang kebetulan lewat di depan unit. Aku dapat melihat wajah kesal memerah dan mengamuk sembari pergi dari hadapanku.
Tak berapa lama, earth datang dengan wajah kebingungan. Dia membawa makanan dan minuman, sembari menatapku yang memasang wajah sedih. Dengan cepat aku memeluk tubuh tegap lelaki itu, dan menangis di pelukannya. Earth kebingungan, aku bisa mendengar suara nafasnya yang lembut, membuatku lambat laun tenang. Aku dapat merasakan kepalaku dielus dengan lembut dan sesekali dikecup.
"Mau makan?" ajaknya,
"mau, lapar.. " rengekku dengan manja,
Ia menatap wajahku dengan dalam, lalu menciumku dengan lembut. Earth tidak menanyakan kenapa aku menangis, dan itu membuatku sedikit lega. Entah ketika dia menciumku, ia merasakan sisa aroma rokok di mulutku atau tidak. Namun tatapannya saat itu,seakan ia tahu, tapi tak ingin memaksaku untuk menceritakan semuanya.
****
-Nanoon-
Mataku terbuka, dan keheningan menyergapku tanpa permisi. Siapa aku sekarang? Nanoon? Jasmine? Siapa? Aku tersenyum dan mencoba tertawa, lalu berubah menjadi tangisan. Bayanganku tentang hidupku yang semakin kacau balau ini, membuatku semakin hancur. Di tengah isak tangisku, tiba-tiba lampu padam dan membuat seisi kamar gelap gulita.
"Ada apa ini?" tanyaku kebingungan
Situasi di dalam kamar semakin mencekam, saat tiba-tiba angina masuk entah dari mana, menerbangkan gorden dan menggoyangkan beberapa perabotan di dalam kamar. Tubuh Nanoon membeku sesaat karena ketakutan, dan tiba-tiba suara teriakan keluar dan menyerang telingaku dengan keras.
"KARMA!!" teriakan melengking itu seketika membuat tubuh nanoon kaget dan terjatuh dari Kasur. Suara nafas ketakutan bersambut denga tubuh yang masih lemah, membuat nanoon tak sanggup berdiri dari bawah Kasur, ia hanya dapat menutup matanya sembari meremas selimut di tangannya. Dia berdoa, membaca bacaan apapun yang ia ingat.
"Mix, tolong aku" tangis nanoon ketakutan dengan situasi yang tiba-tiba,
"KARMA..KARMA" teriakan melengking itu kembali lagi, seakan berputar di sekelilingku, dan itu benar-benar menyesakkanku pada ketakutan tanpa akhir.
****
NB :
maafkan karena dikit ya, author lagi sakit punggung jadi gak kuat ngetik lama
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC IN THE STORM (ohmnanon x earthmix )
FanfictionDua Playboy kelas berat tiba-tiba berubah menjadi perempuan karena sebuah kutukan? Nanon dan Mix, Dua mahasiswa yang terkenal tampan namun playboy mendapat karma dari dosa mereka karena menyakiti hati wanita. pertemuan mereka dengan sosok nenek mist...