-Season II : Move (3)-

209 17 0
                                    

***

Nanoon

**

Sore menjelang, sebuah mobil telah terparkir di depan tempatku bekerja. Aku bahkan tak perlu bertanya, siapa yang ada di dalamnya. Aku mencoba menyiapkan hatiku, untuk bertemu kembali dengan Ohm. Tidak mudah, karena amarahku belum sirna seutuhnya.

"Jasmine, ayo masuk"ajak ibu Ohm padaku, aku masih berdiri di samping mobil itu, dengan kepala yang dipenuhi dengan berbagai pemikiran

Pada akhirnya, aku hanya menarik nafas panjang dan melangkah masuk ke dalam mobil itu. apapun yang nanti kulihat,atau kudengar, aku tidak boleh luluh.

Sepanjang perjalanan, ibu Ohm selalu mencoba merayuku kembali. Ia seakan memberi restu penuhnya padaku, namun aku hanya diam tanpa memberi respon berarti. Aku tidak butuh tanggung jawab dari seseorang yang sudah membohongiku selama bertahun-tahun. Tapi, di sisi lain hatiku, aku merasakan rasa kosong ketika aku jauh dari Ohm. Tidak bisa kupungkiri, selama hidup sebagai nanoon dan Jasmine, Ohm selalu ada untukku. Bagaimana ini?

***

Sesampainya di rumah Ohm, tempat dimana beberapa waktu lalu aku datangi bersamanya. Bangunan itu, masih terasa begitu megah bagiku. Wanita itu berjalan di depanku, memanduku menemui putra semata wayangnya. Ia berhenti di depan sebuah pintu besar yang terlihat begitu mewah. Beberapa kali dia mengetuk pintu itu, namun tak ada suara yang keluar dari dalam. Dengan tergesa-gesa, wanita itu mengambil kunci cadangan dan membuka pintu itu. raut wajah khawatir terpancar, raut seorang ibu yang begitu mengkhawatirkan putranya.

Tak lama setelah ia masuk, terdengar suara tangis wanita dan teriakan dari balik pintu itu. jelas itu membuatku khawatir dan bergegas masuk ke dalam ruangan luas itu. dengan kedua mataku, aku melihat Ohm yang terus membenturkan kepalanya ke dinding hingga berdarah. Aku berlari mendekatinya dan menghentikan kegilaannya. Merinding, aku melihat pandangan kosong yang begitu mengerikan dari mata Ohm. Darah yang bercucuran di keningnya, seakan tak terasa sakit bagi ohm. Aku menamparnya dengan keras, untuk menyadarkan kebodohannya. Ia menoleh ke arahku sekali lagi, dan sekejab bisa kulihat kehidupan yang mulai kembali hidup di matanya.

"Kau benar-benar gila, apa yang kau lakukan? Kau mau mati hah?" bentakku keras,

"apa bedanya, aku sekarang seperti sudah mati.. bahkan aku bisa melihat bayanganmu begitu nyata di depanku" racaunya,

"aku ini nyata, berhentilah, aku mohon.. " pintaku dengan tangis yang seketika meledak begitu saja,

"Nanoon.. " gumamnya pelan,

"iya ini, aku.. "bisikku dengan mengusap wajahnya yang penuh dengan darah

Beberapa menit kemudian, seorang dokter sudah datang dengan beberapa perawat. Mereka segera membius ohm yang hanya membeku di depanku dengan wajah sekaku patung itu. tangannya terus menggenggam tanganku, bahkan ketika semua luka –luka nya diobati. Ia tertidur, tapi aku bisa melihat sesekali air matanya masih menetes seakan ia begitu tersiksa. Sesaat, aku mempertanyakan semuanya, bukankah disini aku korbannya?

***

Pada akhirnya aku hanya membiarkan ohm beristirahat, sementara aku menemaninya di sampingnya. Aku merebahkan tubuhku di sampingnya, dengan tetap menggenggam tangannya. Sementara ibu Ohm meninggalkan kami berdua. Aku tahu, betapa bingungnya ia sekarang.

Tak berapa lama, seorang gadis muda masuk ke dalam kamar Ohm sembari membawa makanan untukku. Dia adalah adik satu-satunya ohm, Licht. Wajah putihnya serta keimutannya mengingatkanku pada tokoh kartun yang sering menemaniku semasa kecil. Dia seperti seekor kelinci yang imut.

"Kakak, ibu menyuruhku membawa makanan. Ayo makan bersama kak" ajaknya sembari menaruh satu nampan penuh makanan di meja, yang ada di ruangan itu.

Aku melepas genggaman tangan ohm dan berjalan menuju gadis imut itu. sementara ia sudah duduk dengan tenangnya, bersama dengan beberapa makanan yang sudah tertata rapi di atas meja.

"Kakak itu, pacarnya kak Ohm?" tanyanya polos,

"tidak, aku hanya temannya"

"tapi, kakak adalah orang special bagi kak Ohm" ujarnya lagi,

Setelah mengatakan kata-kata itu, ia terlihat sedih, seperti ada sesuatu yang ia pendam tentang kakaknya itu.

"Apa kau tidak suka Ohm?" tanyaku secara frontal,

Mata gadis itu tak bisa lagi mengelak, yah, ia membenci kakaknya.

"Sejak kecil, kakak sudah berbeda dari kami semua. Dia kejam, dingin dan seorang manipulator. Tapi dia selalu menjadi kebanggaan orang tua kami, karena dia pintar, bisa segalanya dan seorang anak laki-laki, penerus keluarga" terangnya,

Ternyata keluarga Ohm adalah keluarga yang mengagungkan seorang lelaki.

"kakak, jangan menikah dengannya. Biarkan dia mati " pintanya yang sontak membuatku kaget,

"mati?"

"dia sudah membuat banyak kejahatan, aku sudah tak tahan lagi" ujarnya dengan mata yang mulai berlinang air mata,

"Apa saja yang sudah dilakukan ohm, sampai kau berdoa agar dia mati saja"

"Dia sudah membuat aku dan kakak-kakak perempuanku kehilangan banyak hal, bahkan aku kehilangan hidupku" ucapnya dengan gemetar,

"Sudahlah kak, pokoknya, jangan pernah masuk dalam hidupnya Ohm. Biarkan saja dia tersiksa seperti ini" ujarnya dengan tegas,

Kemudian dia membawa makanan miliknya keluar dari kamar, meninggalkanku sendirian di meja itu. aku berfikir dengan keras, seberapa buruk Ohm, hingga saudaranya sendiri membencinya. Baru beberapa waktu lalu, aku seakan melihatnya berbicara akrab dengan kakak perempuannya, apa itu hanya sandiwara semata. Apakah selama ini Ohm selalu melakukan segala cara untuk mendapatkan semua keinginannya, dan hal itu dibantu oleh kedua orang tuanya? Apakah itu juga termasuk untuk membantuku?

***

Mumpung di dalam kamar Ohm, aku mulai mencari-cari berkas atau dokumen yang berhubungan dengan insiden yang terjadi dengan Yovie, dew dan book. Aku membuka computer, mengobrak-abrik laci, dan lemari di dalam kamar itu. namun yang kudapati hanya kertas-kertas kosong. Dimana dia menyembunyikan semuanya?

Di sela-sela pencarianku, aku malah menemukan beberapa foto dan data-data dengan nama Jasmine dan melody. Itu adalah nama yang kupakai. Jelas itu membingungkanku, bagaimana ada berkas – berkas itu. aku membukanya, dan menemukan sebuah fakta yang mencengangkan.

"Jasmine dan melody, adalah nama dua perempuan yang... ku..bunuh" kataku dengan tangan gemetaran,

Apa ini? kedua nama itu.. aku pembunuhnya,

***  

*maafkan author yang akhirnya molor update, huhuhuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*maafkan author yang akhirnya molor update, huhuhuu... karena  kesibukan tugas dan kelas yang berjibun*

 karena  kesibukan tugas dan kelas yang berjibun*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MAGIC IN THE STORM (ohmnanon x earthmix )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang