"Astaga.." ujar Nara sambil mengerjelapkan matanya cepat dan mengucek nya
"Sejak kapan ada lemari kek gini?, perasaan lemari gw ga kayak gini dulu" ucap Nara mendekati lemari yang panjang, besar dan tinggi
"Ini lemari gede nya ga ngotak cuy, bisa muat 10 orang kalo masuk dalem nya nih" ujar nara yang sudah berdiri di depan lemari itu
Nara kemudian membuka pintu lemari itu pelan "Baju apaan nih kok kayak saringan kopi!?" ucap Nara lalu membuang baju saringan itu sembarangan, dan melanjutkan membuka pintu pintu yang lainnya
"Gila.. beneran nih punya cicak? baju apa namanya.. ah iya ling ling Lingerie bukan sih!" ujar nara sambil mengeluarkan 10 lebih baju saringan itu
"Tuh cicak ngapain si beli baju kek gini? ga guna banget" lanjut Nara
"Parah.. kayak orang mau jualan sih ini.. perhiasan sebanyak ini buat apaan? Tuh bocah gw liat liat ga pernah pake kek ginian tadi"
"Weh gila! Dress nya diatas paha cuy ngeri, dah kaya jalang dia nya" gumam Nara ngawur
"Wait wait, apa jangan jangan emang bener lagi, wah parah si.. tua bangka kalau pilih anak yang bener dong, pilih kok yang udah nggak di segel wkwk"
Ceklek
Nara yang mendengar pintu di buka pun ngalihkan pandaganya eh taunya para manusia laknat berkunjung ke kamarnya.
"Kamu ngapain dek?" tanya Reno heran
"Mata lo buta! Nih lagi Buangin baju sampah" jawab Nara kesal
"Naraya! Jaga ucapan mu" ujar Geo memperingati
"Oh maaf kan saya ayahanda" ucap Nara membungkukan badanya seperti seorang prajurit kepada rajanya
"I-itu kenapa ada baju kayak gitu di kamar kakak?" tanya cicak gugup
"Eh cicak! Ini tuh baju punya lo!" jawab Nara ngegas
"Naraya! Rendah kan suaramu!" ucap Devano menatap tajam berharap Nara takut padanya
"Maaf kakanda" ucap Nara seperti tadi dengan gerakannya
"Lo kenapa sih!" ujar Riko emosi melihat tingkah laku Nara
"Pake nanya!" sarkasnya kesal pada Riko
"K-kak itu baju baju nya.." ucap cicak kembali karena di kacangi
"Ini baju lo!" gemas Nara ingin melemparkan semua baju pada wajah Cia yang membuatnya merasa kesal sendiri
"Kenapa banyak baju seperti ini di kamar mu Nara!" ucap Geo penuh penekanan
"Palingan disana sering ngejalang, upss" ujar Riko mengompori
"Apa benar Nara!" tanya Devano mengeraskan rahang nya
Nara yang merasa tersudutkan pun hanya mengangkat ke dua bahunya, Geo yang merasa tak puas dengan respon anak nya pun kesal.
Plakk
"What the-" kaget Nara tertahan
"Sejak kapan papa mengajari kamu untuk berbuat yang tidak tidak ha?! Apa uang yang papa kasih untuk mu kurang hingga kau menjual dirimu!?" ucap geo menggebu nggebu
"What! Dan sejak kapan anda mengajari saya tuan?!!" jawab Naraya penuh penekanan dan datar
Mereka yang menyadari perubahan Nara pun dibuat merinding, Geo terdiam di tempat tak bisa menjawab pertanyaan balik anak nya.
"Kenapa diam tuan? Coba di ingat ingat dulu, dimana momen anda pernah mengajari saya tentang berperilaku atau apapun itu"
"Ada tidak nya itu?" tanya Nara menatap remeh kepada geo yang telah beraninya menampar pipi cubby miliknya
Mereka bungkam dan tak bisa apa apa "Tapi kita tidak pernah mengajari mu seperti itu Nara!" ujar Riko terus memprovokasi
"Apakah aku peduli?" ucap nya bodo amat yang penting hidup pikir Nara
"Kamar ini di tiduri siapa sebelum nya wahai Abang tercinta hmm?" tanya Nara ingin mendengar jawaban dari sang abang
"Ciara" jawab Dev menanggapi
"Nah itu tau.. bahkan lihat itu" ucap Nara lalu menunjuk koper nya
"Koper yang kubawa saja belum ku buka bukan, bahkan belum aku sentuh haha" ujar nara membuat mereka mengalihkan pandangan nya
Mereka pun mencerna ucapan Naraya yang benar adanya, lain di sisi seorang perempuan sedang was was dan khawatir misinya gagal karena Naraya yang pintar mengembalikan keadaan.
"Wah lihat ini.. bukan kah ini hadiah kalian untuk cicak saat dia ultah?, Masih disini.. bahkan semuanya masih berada disini" tunjuk Nara kepada barang barang yang masih tersusun rapi di lemari
Mereka bimbang mau antara percaya atau tidak kepada Nara, sedangkan yang di sangkutkan sudah meneteskan air mata babinya sambil memelas untuk percaya padanya.
"Naraya sudah jangan di bahas kembali, kasihan Cia udah nangis sesenggukan" ujar Dev lalu membawa mereka semua keluar kamar
"Lah emang gw peduli.. mau nangis darah sekalipun ya bodo amat dek dek" lalu memungut semua saringan itu lalu dibuang nya di belakang rumah dan dibakar deh..
"Ha! Api api tolong..!" teriak Nara sambil mengelilingi tong bakaran tersebut
"Eh Sally kau ni kenape?" lanjut Nara sambil menirukan opah nya upin ipin si kembar botak tak tumbuh tumbuh
"Dah lah" ucap Nara lalu berlari menuju ruang tengah
Bruk
"Aduh.. bokong gw" ringis Nara memegang pantat mulusnya dengan tengkurap
"Ah! ga estetik banget cuy jatuh nya" Nara berdiri lalu melihat ke bawah
"Siapa yang makan pisang sih!?, kulit nya merata rata" gumam Nara lalu pergi ke ruang tamu
"Woy para monyet!" kaget Nara kepada mereka
"Tai tai tai" latah Bisma teman dari Reno dan Riko
"Ngapain si lo dateng dateng ngagetin!" ucap Riko kesal
"Seharus nya gw yang tanya! Ngapain pada buang kulit pisang sembarang ha!" sentak Nara dengan nada tinggi
"Bukan kami" jawab Reno malas debat
"Terus siapa? Buyut kau!" ucap Nara lebih tinggi
"Turunin nada kamu" perintah Reno yang sudah berdiri dari duduknya
"Kalo gw nggak mau kenapa?"
"Kunci kamar 3 hari" jawab Reno tajam
"Lo pikir gw takut! Mau dikunciin 5 tahun juga gw betah!, Jangan lupa kalo kalian pernah ngunciin gw di negri orang selama 10th bang" ucap Nara lantang dan menunjuk dada Reno kasar
"Lo kan yang makan pisang" tunjuk Nara kepada Putra
"Iya kenapa!" jawab Putra menantang
Duh
"Bogem keadilan pantat gw" ucap Nara lalu pergi dari sana meninggalkan putra yang sedang kesakitan
"Sakit rahang gw.." ujar Putra memegangi rahang nya
"Masa iya sakit, perasaan tu bocah pelan deh mukulnya" sahut Bara bingung
"Iya pelan tapi pake tenaga dalam cuk! nih kayak nya sampe biru gini" ujar Putra menunjukan bekas tonjokan Nara
"Hmm kasian" ucap Reno menyahuti
"Ndah lah tuh obatin sendiri" sambung Riko meletakan kotak P3K
🐌🐌🐌
"Baru aja masuk udah kena apes!!"
"Hmm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Naraya [END] Terbit √
Teen FictionSeorang gadis yang di asing kan selama 10th di negara orang tanpa keluarga nya, ia dihukum atas kesalahan yang tidak pernah ia perbuat sendiri. Ia menemukan keluarga dan membuatnya menjadi seseorang yang kuat, tekat nya membalas dendam sudah ada sej...