4. Keputusan

1K 46 10
                                    

"Ish..! maksud papa gimana sih tadi kan udah izin keluar, tapi kok pulang pulang dimarahin! Kan pulang nya nggak telat batas waktu yang dikasi papa" gerutu Nara yang sampai di kamarnya lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang.


"Saga juga kenapa tadi diam aja sih ga belain aku! Katanya gapapa ada aku kok malah pura pura ga liat waktu aku dimarahi dan dipojokan sama mereka!" ujar Nara yang terus mendumel hingga ia terlelap dengan posisi tengkurap

🐌🐌🐌

Pagi pun tiba, matahari memancarkan cahayanya yang silau, Nara yang terganggu dengan pancaran sinar itu pun terbangun dengan suasana hati yang tak enak.

"Apa sih perasaan baru tidur deh udah pagi aja!" ujar Nara dengan nada tak santai

Tok

Tok

Tok...

"Apa lagi ini sih..." ucap Nara yang ingin membuka pintu kamar

Saat Nara membuka pintu, ia dibuat bingung, untuk apa Reno menghampirinya di kamar.

"Dipanggil papa, suruh ngumpul di meja makan" ucap Reno datar

"Sekarang?" tanya Nara dengan wajah bantal nya

"Secepatnya" jawab Reno lalu pergi meninggalkan Nara begitu saja

Nara yang melihat Reno turun pun bingung langsung kesana atau nanti.

"Mandi dulu aja deh, lengket soalnya" ujar Nara pergi menuju kamar mandi

Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Nara pun bergegas turun ruang makan di lantai satu.

Nara bisa melihat mereka yang sedang berkumpul tapi hanya ada keheningan.

"Pa.." ucap Nara yang mengalihkan perhatian mereka terhadap Nara

"Duduk" ucap Geo datar

Nara yang mendengar ucapan geo pun menuruti saja, lalu Nara memilih duduk disamping abangnya Riko.

Beberapa menit pun berlalu hanya menyertai keheningan tanpa suara sedikitpun.

"Saya mengumpulkan kalian karena ingin memberitahu bahwa Nara akan saya pindahkan ke Australia selama 10th disana" ucap Geo memecahkan keheningan

"Apa! papa kenapa berkata seperti itu?! Nara nggak ada niatan pergi ke sana" ucap Nara kaget apa yang geo katakan

"Papa yang memutuskan" ujar Geo dengan wajah datar

"Atas dasar apa papa mengirim Nara kesana?" tanya Reno yang penasaran lalu di angguki semua orang termasuk Nara

"Ini hukuman untuk adik mu atas kematian mama mu yang telah ia bunuh" jawab geo tambah datar

"Tapi bukan aku pelakunya pah.. kenapa papa begitu yakin jika aku yang melakukan semua itu?" tanya Nara lemah dengan suara getir menahan tangis

"Karena saya melihat waktu itu tangan kamu memegang pisau yang masih tertancap di perut istri saya" ujar Geo dengan nada rendah

"Tapi Nara hanya ingin melepaskan pisau itu dari mama pa" elak Nara dengan parau

"Apa kau tidak lelah terus memberikan cerita palsu terus menerus?" tanya Geo tersenyum remeh

"Tapi memang itu kenyataanya pah hiks..." jawab Nara dengan tangis yang tak kunjung berhenti

"Sudahi lah tangisan mu itu, kemasi barang barang mu, karena besok kau sudah harus berangkat ke bandara pagi pagi" ucap Geo lalu berdiri meninggalkan meja makan tersebut dengan orang orang yang masih terdiam mematung

"Secepat itukah aku harus pergi?" ucap Nara sambil senyum getir dengan tatapan kecewa kepada Geo dan abang abang yang tak bisa membujuk nya

"Lebih cepat lebih baik" jawab Geo sebelum menghilang dari pandangan Nara

Nara yang melihat papa nya masuk keruang kerja pun menghampiri abang abang nya yang hanya diam tak berkutik.

"Bang.. tolongin Nara bang, hiks.. Nara nggak mau pergi dari sini bang" ujar nya memohon kepada Devano yang yak memberi respon apa apa

Nara beralih menghampiri Reno dan Riko yang duduk bersebelahan.

"Abang nggak pengen bujuk papa biar dia nggak melanjutkan rencananya? hiks hiks.." ujar Nara sesenggukan dengan nafas tak teratur

"Saga.. kam-" belum sempat Nara melanjutkan perkataanya susah di potong dengan ucapan Saga

"Mending kamu kemasi barang barang mu Nara" ucap nyadengan wajah datar

Deg

Apakah Nara tak salah dengar apa yang Saga ucapkan, pergi menyuruh mengemasi barang barangnya, bagaimana bisa Nara mengemasi barangnya di rumah nya sendiri.

"Kamu dukung papa Saga?" tanya Nara dengan pandangan tak percaya

"Ya, karena itu memang seharusnya kau dapatkan" jawab Saga datar


Bagaikan disambar petir di pagi hari, Nara dikejutkan oleh Saga yang tiba tiba percaya dengan ucapan Geo barusan.

"K-kamu percaya kepada papa S-saga?" tanya Nara yang tak bisa mencerna apa yang sedang terjadi saat ini

"Kupikir memang begitu dari awal" ujar Saga santai

"T-tapi kenapa kemarin kamu bilang percaya kepada ku.." ucap Nara menatap nanar Saga

"Itu sebelum keraguanku masuk di otak ku Nara, sekarang pergilah, kemasi barang mu itu"

Haha, Nara sudah tak punya orang yang percaya padanya, ia pun tersenyum menyedihkan.

Bagaimana hidupnya di kemudian hari jika Nara saja tak punya keluarganya saat ini.

Nara pun berjalan gontai dan lemah menuju kamarnya untuk mengemasi barang barangnya sekarang juga, karena besok ia akan meninggalkan negara tercintanya dan tanah kelahirannya selama 10th lamanya.

"Semua orang tak bisa dipercaya" gumam Nara yang telah sampai didepan pintu kamarnya

Nara masuk lalu memandang kamarnya dengan tatapan sendu, ia harus meninggalkan kamar pemberian almarhumah mamanya sampai hukuman dari papanya selesai.

Nara pun berjalan menuju lemari bajunya dan memasukan nya kedalam koper dan barang barang lainya.

"Akan ku bawa poto kenangan satu satunya keluarga ini" ucap Nara sambil memandang poto keluarga yang terlihat harmonis dan menyenangkan saat mamanya masih hidup

"Kenapa seolah-olah tuhan tidak adil padaku.." ujar nya lelah dengan semua ini, ia ingin membuktikan bahwa memang bener jika ia tak bersalah, tapi ia hanya tak punya bukti

"Mari kita nikmati hidup yang penuh rintangan ini. besok kau sudah tak tinggal disini lagi Nara" ujar nya bermonolog

Siang berganti malam, sang empu masih enak enakan tidur nyenyak tak terganggu.

Naraya [END] Terbit √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang