29. Indra ke-6

607 34 2
                                    

Drtt

Drttt

"Apa?" tanya Nara masih dalam perjalanan menuju kamarnya

"Lo dimana?" ucap Gellen

"Gw udah dirumah, kenapa?" ujar Nara menatap kesampingnya yang terdapat gadis kecil

"Gw kira lo hilang diculik grombolan orang hitam itu anjir!" kesal Gellen

"Ya enggak lah cok.. udah sekarang lo bisa nggak dateng ke rumah gw?" tanya Nara

"Hmm gw bawa Tesa nggak papa nih?" tanya Gellen karena sedang bersama Tesa

"Boleh si tapi nggak bisa lewat pintu utama, gimana dong?" bingung Nara yang sudah sampai dikamar

"Cepat masuk" ucap Nara kepada gadis kecil yang hanya memandangnya sedari tadi, lalu masuk mengikuti Nara

"Emm gw tanya Tesa dulu" ucap gellen lalu beralih kepada Tesa

"Tes mau ikut kerumah Ara nggak?" tanya Gellen menatap mohon tesa

"Boleh kok gw malah seneng diajak kek gini" jawab Tesa semangat

"Tapi kita harus manjat pagar buat kerumah Ara, Lo mau?" tanya Gellen tak yakin

"Aelah urusan manjat memanjat mah Tesa jagonya kali!" ujar Tesa berbinar dia memang suka aksi memanjat

"Beneran?" ucap Gellen memastikan

"Iya.. ayo cepetan!" ajak Tesa terburu buru

"Bentar dulu, kalo kita ke rumah Ara ada syaratnya" ujar Gellen menatap tesa semakin tak yakin

"Apa apa syaratnya apa cepetan!" geram Tesa

"Jangan buat keributan, keluar masuk harus pake manjat tembok, jangan teriak teriak, jangan keluar lewat pintu kamar, kalo mau keluar harus panjat panjat dulu, kalo mau makanan harus persen dulu tapi kita ambil juga harus lewat tembok dulu, babang kurir harus lewat tempat transaksi yaitu tembok lewat kita keluar masuk" jawab Gellen ngos-ngosan

"Anjay gw makin tertantang cuy!" girang Tesa kesenangan

"Beneran loo sanggup?" tanya Gellen

"Iya banget malah, cepetan ah!" tagas Tesa tak sabar

"Iya iya ayo naik motor gw" ucap Gellen menarik tangan Tesa untuk mengikutinya

"Weh llen emang kenapa si harus lewat tembok penghalang cinta?" teriak Tesa yang hampir terbawa angin karena Gellen membawa motor nya macam kilat

"Ara nggak mau kelurganya tau kalo dia punya teman!" jawab Gellen sama halnya dengan Tesa

"Lah kan seharusnya mereka seneng dong anak nya punya temen! Gimana sih?!" tanya kembali Tesa heran

"Dia itu kayak anak tiri Sa! Selalu mendapat kekerasan dari keluarganya entah dalam bentuk hal apa!" jelas Gellen

"Kasian si Ara!" ucap Tesa lalu mengeratkan pegangannya

"Pegangan yang erat" teriak Gellen lalu menambah kecepatan

Cittt

Beberapa menit mereka menaiki motor dan hasilnya Tesa yang tak memakai helm pun rambutnya sudah seperti singa "Lo kamu bawa motor pelan pelan dong!" kesal Tesa yang sambil mengaca di spion

"Biar cepat sampe" jawab Gellen lalu mulai memanjat tembok penghalang

Hap

"Weh nggak usah buru buru" ujar Tesa lalu mengambil ancang ancang untuk memanjat tembok tinggi didepannya

Naraya [END] Terbit √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang