32. Hantu Vivi

548 32 1
                                    

"Nasib kita sama kak" jawab Vivi menatap dalam Nara

"Benarkah?" tanya Nara tak yakin

"Ya, tapi sayangnya aku hanya tidak bisa bertahan seperti Kakak saat ini" ujar Vivi pelan

"Maksud mu apa? aku tidak paham" ucap Nara

"Kakak sengsara bukan? dulu aku juga seperti kakak, sama sama di siksa oleh keluarga ku sendiri asal kakak tau" jelas Vivi mengalihkan pandangan kedepan

"Bagaimana bisa?" bingung Nara penasaran

"Mereka lebih memilih anak angkat nya ketimbang aku yang notabe nya anak kandung" jawab Vivi

"Jadi memang betul nasib kita sama, maka dari itu aku mau menjadi teman mu" sambung Vivi menatap Nara

"Berarti kalo nasib kita tidak sama, kau tidak ingin berteman dengan ku begitu?" ucap Nara mengernyit heran

"Bisa dibilang begitu, aku kesini kan sudah jalannya" ujar Vivi memegang tangan dingin Nara karena angin malam

"Lebih baik kakak masuk, disini dingin nanti kakak sakit" nasehat Vivi kepada Nara

"Kenapa kau peduli kepadaku?" kaget Nara seakan belum ada yang pernah mempedulikannya sekalipun

"Hmm ini juga karena ibu Naya" gumam Vivi masih bisa didengar

"Kenapa dengan mama?" bingung Nara

"Ibu Naya menitipkan kakak ke aku supaya ada teman, maka dari itu aku mau menjadi teman kakak" ujar Vivi

"Ada hubungan apa kamu dengan mamaku?" tanya Nara

"Kami memang sudah dari dulu berteman, bahkan saat kau lahir di dunia, ibu naya memperkenalkan kakak kepada ku" jawab Vivi tersenyum tulus

"Ha! berarti mama juga bisa lihat hantu!?" kaget Nara seakan tak percaya

"Memang iya, kakak jadi keturunan kan bisa liat hantu" ucap Vivi

"Hmm pantas saja aku bisa melihatmu" jelas Nara menatap langit malam

"Kak masuk yok!" ajak Vivi takut Nara sakit nantinya

"Bisa nanti" sahut Nara menatap bintang langit

"Vi.. di langit itu banyak bintang bertebaran, apa salah satunya ada mama?" tanya Nara menunjuk langit

"Ibu Naya kan sudah ada di surga" jelas Vivi ikut menatap bintang

"Tapi bisa menjadi bintang?" tanya Nara

"Mungkin bisa saja" jawab Vivi

"Apakah bintang yang paling terang dan paling menonjol itu mama?" tunjuk Nara kesalah satu bintang yang paling terang

"Bisa jadi" ujar Vivi

"Apa kau sudah gila" ucap Bara mengagetkan Nara

"Aa-..! kaget gw!" ujar Nara hampir saja berteriak

"Lo ngapain disini!" kesal Nara menatap Nara tak suka

"Lo yang ngapain! kayak orang gila" ujar Bara menatap Nara dari atas hingga bawah

"Ngapain lo natap gw gitu! mau gw congkel mata lo!" bentak Nara

"Congkel aja kalo berani" ucap Bara remeh

"Dih emang lo siapa gw! sampe sampe gw nggak berani! pede bener lo" ujar Nara lalu menatap langit kembali

"Lo suka langit?" tanya Bara memulai topik

"Apa pun yang ada di angkasa sana gw suka" jawab Nara dengan binar binar kecil di matanya

"Alien?" ucap bara bertanya kembali

"Ya nggak gitu lah!" geram Nara

"Gw kira alien termasuk" senyum Bara

"Terserah!" ucap Nara jengah

"Lo tadi ngomong sama siapa?" tanya Bara heran

"Nggak gw nggak ngomong sama siapa siapa! gw emang udah gila sebener nya makanya gw ngomong sendiri" jelas Nara

"Ayo masuk" ajak Bara yang mulai kedinginan

"Masuk aja sendiri!" hawab Nara cepat

"Kenapa?" ucap Bara heran

"Ya gapapa aja, gw lebih suka angin malam ketimbang siang" jawab Nara menikmati udara sejuk dimalam hari

"Angin malam nggak baik untuk kesehatan" ujar bara mengingatkan

"Lah terus hubungan nya sama gw apa?, Mau mati sekalipun juga mereka nggak bakalan punya rasa kehilangan" sarkas Nara masih diam ditempat

"Lo kenapa ngomong gitu Nar?" bingung Bara melihat tingkah Nara yang unik

"Terserah gw lah! lagian waktu gw sekarat aja mereka nggak ada tuh niatan buat jengukin gw dirumah sakit!" kesal Nara mengingat ingat kejadian waktu itu

"Hmm yaudah kalo gitu gw masuk aja, gw kedinginan soalnya" jelas Bara lalu meninggalkan Nara seorang diri

"Yaudah sono pergi" usir Nara menatap Bara malas

"Disini minim cahaya hati hati kalo nanti ada hantu" ucap nya  mencoba menakut nakuti Nara

"Dih nggak usah lo ingetin! disini udah ada hantu cantik cilik juga" ucap Nara menatap Vivi yang hanya menyimak pembicaraan orang dewasa di sampingnya

"Hehe senangnya aku dipuji sama kakak" ujar Vivi mengembangkan senyum nya

"Heleh baru dipuji gitu aja dah baperan" ejek Nara menatap Vivi

"Yakan yang muji kakak cantik hihi" ujar Vivi tertawa kunti

"Udah nggak usah ketawa suara mu mirip mbak kunti" jelas Nara lalu tertawa bersama sama

Beberapa jam Nara dan Vivi bertukar cerita di rumah pohon saat ini. "Kak udah larut malam.. kakak nggak mau masuk?" tanya Vivi mulai mengantuk

"Nanti aja" ujar Nara tidak bosan menatap lama langit

"Kakak yok masuk aku dah ngantuk" ucap Vivi disusul uapan pertanda ngantuk mendatang

"Kamu hantu bisa ngantuk?" kaget Nara menatap intens Vivi

"Emm bisa kok, tapi khusus aku kalo yang lain aku nggak tau juga" ujar Vivi

"Hm kalo gitu kamu masuk aja dulu" ucap Nara mengusir halus

"Hm yaudah kalo gitu, kalo ada bahaya panggil aku, sebut namaku 3× nanti aku datang" ujar Vivi

"Wah emang iya bisa?" senang Nara jingkrak jingkrak

"Hmm coba aja dulu kalo apa apa kan aku langsung wluss sampe deh" jelas Vivi

"Kamu punya kekuatan?" heran nya menatap aneh

"Aku punya kekutan buat ngelawan penjahat tapi hanya sedikit karena aku belum les juga" ujar Vivi

Naraya [END] Terbit √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang