08 || Konsekuensi

16.7K 952 6
                                    


بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Besok kita akan ke pesantren kakek kamu, sekalian mondokin kamu di sana."

"HAH?!"

"Nggak nggak nggak, Ayah lagi becanda 'kan? Aishan ... mau di masukin ke pesantren? yang bener aja, Yah. Cowok kayak Aishan mana bisa beradaptasi di tempat kaya gitu, apalagi itu pesantren kakek, yang ada Aishan malah malu-maluin Kakek di sana. Kakek pasti--"

"Sebenarnya ini perintah kakek kamu."

Aishan tercengang. "Ap-apa?"

"Kakek sudah lama menyuruh Ayah untuk mengirim kamu ke sana, tapi Ayah ingin melakukan itu disaat waktu yang tepat. Tapi karena ulah kamu yang begitu fatal seperti tadi malam, Terpaksa Ayah harus memenuhi keinginan kakek kamu besok."

Tidak, Aishan tidak terima kalau dirinya dijebloskan ke pesantren, bisa-bisa Varrel menertawakannya, lalu bagaimana dengan statusnya sebagai anak motor? tidak cocok sama sekali kalau berandalan sepertinya beralih menjadi Kang santri.

Lalu, Listia bagaimana? Apa Listia akan memutuskan hubungan dengannya? Setelah itu balikan lagi sama Varrel, Oh tidak tidak, semua itu tidak boleh terjadi.

"Tapi Yah, Aishan benar-benar belum siap--"

"Siap atau tidak, Ayah tidak peduli, ini adalah konsekuensi dari semua perbuatan kamu, lagipula selain memperdalam ilmu agama, kamu juga bisa belajar mandiri di sana."

"Mandiri? tapi Aishan 'kan udah mandiri--"

"Cukup! sekarang kamu ke kamar! Siapin semua barang-barang kamu! besok pagi kita akan berangkat." titah Ayah Malik dengan gampangnya pergi meninggalkan Aishan dalam kekacauan.

Ayah Malik tetaplah Ayah Malik, yang sekali membuat keputusan tidak akan pernah mengubahnya lagi.

"Aaarrgghh ... Sial!! apes banget sih nasib gue!"

***

"Abang, kali ini kamu harus dengerin titah Ayah kamu ya!" bujuk Bunda Ayra.

"Bunda kok malah ikutan ngerayu Aishan sih? harusnya 'kan bunda bujuk Ayah dong, biar nggak jadi buang Aishan ke pesantren."

Jika dalam keadaan kacau seperti ini, Aishan lebih memilih bermanja dengan Bundanya, tapi sekarang Bundanya malah ketularan virus ayahnya juga.

"Aishan ... kamu itu cucu pertama kakek sekaligus cucu kesayangannya. Kakek ingin sekali kalau kamu terus ada di dekatnya, makanya kakek suruh kami buat anterin kamu ke sana."

Ais & Syi || SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang