بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
***
Sekarang Arsyi sedang berada di ruang tamu rumahnya sendiri ditemani oleh dua sahabat yang ia kenal di pesantren dulu, Intan dan Fiya. Untuk pertama kalinya Intan dan Fiya bersilaturahmi ke rumahnya, meskipun suasana hatinya saat ini tidak tenang, namun Arsyi harus berusaha tegar dan memuliakan kedatangan sahabatnya.
Papa Wildan dan yang lainnya sudah pamit pulang, namun sampai saat ini Aishan belum juga pulang, entah dimana dia sekarang, apa dia masih marah? pikirnya.
"Syi...." tegur Intan, mulai membuka topik. "Kami minta maaf karena udah datang di waktu yang nggak tepat."
"Iya, kami benar-benar nggak tau kalau saat ini kamu sedang berduka cita." sambung Fiya.
"Lho, kok kalian ngomong gitu sih? Malahan aku seneng lho kalian datang sini, soalnya ... aku memang lagi butuh temen." ungkap Arsyi.
"Kami juga kaget kalau ternyata, Alya itu...." Fiya menggantung ucapannya.
Arsyi menundukkan wajahnya saat Fiya menyebut nama wanita itu kembali. Ada rasa takut saat mengingatnya, namun ada juga rasa benci dan dendam yang mendadak berkelana di pikirannya.
"Jangankan kalian, aku sendiri juga kaget kalau ternyata Alya ... dia anak dari seorang Mafia, dia juga seorang pembunuh...."
"Selama ini dia neror aku, dia pernah kirim seseorang buat bunuh aku, tapi untung saja Aishan berhasil nyelamatin aku, Alya juga pernah neror aku melalui pesan yang berisi ancaman buat aku, aku pikir yang ngelakuin itu semua adalah Listia, pacarnya Aishan, dan kalian tau? waktu itu ... a-aku benar-benar yakin kalau Listia yang udah ngelakuin hal itu, bahkan sampai aku diculik pun, aku masih yakin kalau itu Listia, tapi ternyata...."
"D-dia ... dia yang udah...." Ucapan Arsyi menggantung seakan suaranya tertahan di kerongkongan.
Tampak pelupuk matanya kembali basah, tangannya juga bergetar saat mengingat kejadian itu. Intan dan Fiya spontan mendekat untuk menenangkan sahabatnya yang sudah menangis terisak.
Arsyi mendusel-dusel wajahnya dalam dekapan Intan, Fiya juga berupaya menenangkan dengan mengusap-usap punggungnya. Mungkin Arsyi trauma saat mengingat peristiwa itu, dia pasti juga merasa bersalah kepada seseorang yang sudah disangkanya buruk, namun ternyata orang itulah yang menjadi malaikat pelindungnya.
"Sekarang Aishan juga marah sama aku, dia membenci aku, gara-gara aku dia kehilangan Listia...."
"Sssttt ... Arsyi, anti jangan salahin diri anti sendiri, anti juga jangan nangis lagi, jangan bikin Almarhumah nggak tenang di sana!" bujuk Intan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ais & Syi || SEGERA TERBIT
RomancePart masih lengkap + Segera terbit. 𝙷𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚙𝚊𝚑𝚊𝚖𝚊𝚗, 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑? ═══ ❀ ═══ "Apapun ceritanya, pokoknya kita harus cerai, titik!" "Heh! Lagian siapa juga yang mau sehidup...