20 || Kekecewaan Haris

18.5K 1K 20
                                    

بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Tapi...."

"Tapi apa, Dok?"

"Suami anda harus disuntik vitamin dulu, biar tenaganya tidak terlalu lemah."

Deg!

"Nggak nggak nggak, gue nggak mau!" ralat Aishan, ketakutan.

"Lho, elo kenapa? takut suntik?"

"Eng-gak, gu-gue--"

"Udah nggak papa! nggak sakit kok, kaya digigit semut doang. Udah, dokter suntik aja suami saya! 10 kali juga nggak papa, yang penting badannya nggak lemas lagi nanti."

Apa? 10 kali? Arsyi mau ngerjain suaminya apa gimana sih?

"Ng-nggak usah, Dokter! badan saya udah kuat kok, lihat nih!" cegah Aishan sambil beranjak turun dari brankar. Namun untuk berdiri saja Aishan nyaris tumbang, untung saja Arsyi langsung sigap menopang tubuhnya.

"Tuh 'kan! untuk berdiri aja lo nggak bisa. Udah mendingan sekarang lo duduk di sini! lagian Dokter udah nyiapin suntiknya buat lo."

Iya, memang Dokter itu sedang mempersiapkan suntikan untuknya, Aishan bisa melihat bagaimana senjata keramat itu menyedot obat yang akan disuntik ke dalam tubuhnya. Cukup menelan salivanya saja, benda itu benar-benar mengerikan, sangat mengerikan.

Setelah menyiapkan suntikannya, Dokter tersebut langsung mendekat ke arah Aishan. Melihat ujung jarum suntik itu saja sudah membuat bulu kuduknya merinding. Arsyi bisa merasakan segemetar apa tubuh Aishan sekarang. Nggak habis pikir sama suaminya, udah nggak bisa lihat darah, takut suntik lagi. Gimana sih?

"Tangannya jangan dikakuin gitu dong! nanti kalau suntiknya patah gimana?" celetuk Arsyi.

Hei ayolah! kenapa Arsyi mengatakan hal sejahat itu didepan Aishan?

"Lo bisa diem nggak hah?! lo nggak ngerti gimana rasanya jadi gue!" bentak Aishan sampai Dokter itupun ikutan terkejut.

"Oke oke, gue diem, hmm."

"Apa ... Saya boleh menyuntikkannya sekarang?" tanya Dokter itu kepada Aishan.

"Terserah!"

Entah itu persetujuan atau bukan, tugasnya sebagai Dokter tetap harus dilaksanakan. Senjata keramat itupun mulai bergerak mendekati lengan Aishan.

Ais & Syi || SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang