33 || Pencarian Arsyi

17.2K 1K 79
                                    

بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


"Gue udah nggak kuat lagi, Syi."

Tangan Arsyi tergerak menggapai jemari suaminya, jiwanya seakan hancur melihat darah bercucuran di perut Aishan.

"Ais...."

"Kenapa kamu nolongin aku...?" tangis Arsyi.

"Gue suami lo, emang salah kalau seorang suami menolong istrinya? Akhh...."

Luka tembakan di perutnya semakin menjadi, Aishan menggenggam erat tangan istrinya guna menyalurkan rasa sakit, Arsyi juga tidak tau harus berbuat apa, melihat suaminya yang sudah bersimbah darah, malah semakin membuatnya menangis terisak.

"Aishan kamu harus kuat, kamu harus bertahan, kita ke rumah sakit sekarang ya?"

"Gue nggak suka rumah sakit, Syi. Gue takut disuntik."

"Kamu jangan ngeyel, Ais. Apa kamu mau ninggalin aku...?"

Dengan sedikit tenaga yang tersisa, perlahan Aishan menggerakkan tangannya untuk mengusap air mata Arsyi. "Jangan nangis, Syi! Istri gue nggak cantik kalau nangis."

Akkhh....

"Ais!"

"S-sa-kit, Syi!" ringis Aishan sembari memegang luka tembakan di perutnya.

"Kita ke rumah sakit sekarang ya,"

"G-gue udah nggak kuat, Syi. Gue mau pergi...."

"Kamu mau kemana? Kamu mau ninggalin aku sendirian? Iya? Aku udah cukup menderita dengan kehilangan Mama, Ais, dan aku nggak mau kehilangan kamu juga hiks."

"Syi...."

"Kamu jahat, Ais, ini nggak adil...."

"Arsyi dengerin gue dulu--"

"Harusnya aku yang pergi,"

"Sayang...."

Arsyi terpaku sejenak, hatinya begitu sejuk saat Aishan pertama kali memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.

"Lo nggak usah merasa sendirian, Syi. Biarpun gue pergi nanti, suami lo ini tetap ada di hati lo."

"Boleh gue katakan sesuatu, Syi?"

Aishan meringis kembali saat rasa sakit di perutnya semakin menjulang, sepertinya racun di peluru itu sudah menyebar luas dalam tubuhnya. Tapi Aishan berusaha bertahan demi mengeluarkan satu kalimat yang harus Arsyi dengar sebelum dirinya pergi.

Ais & Syi || SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang