بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
***
"Aku minta maaf, aku terlalu ceroboh, Aishan benar, aku terlalu percaya diri untuk melakukan segala hal, jangankan sifat aku, pemikiran aku juga belum dewasa. Aku benar-benar minta maaf, Qisti. Aku tidak bermaksud membuat kamu sedih dengan kehamilan aku, sekali lagi aku minta maaf, gara-gara aku, kamu dan Kak Haris harus kehilangan bayi kalian.""Syi, udah ya, kamu itu nggak salah kok, aku keguguran itu karena salahku sendiri. Kamu jangan menyalahkan diri kamu terus, semuanya udah berlalu, lagipula aku dan Mas Haris udah ngikhlasin anak kami. Dia akan menunggu kami di surga nanti."
Arsyi menatap Qisti dengan tatapan kosong, sesabar itukah mereka? Kalau saja dirinya yang berada di posisi Qisti, mungkin sampai saat ini, ia belum terima dengan kenyataan sepahit itu.
Namun ia bersyukur, saat kecelakaan itu kandungannya tidak kenapa-kenapa, sementara dirinya belum tahu bahwa dirinya waktu itu juga sedang hamil.
"Sekarang kita keluar yuk, semuanya pasti sedang menunggu kita."
"Hm," Arsyi langsung berdiri, sebelum itu ia juga memapah tubuh Qisti untuk berjalan keluar dari kamarnya.
"Kamu nggak usah bantu aku jalan kaya gini, Syi, aku udah sembuh kok. Yang harusnya dipapah itu kamu, 'kan kamu lagi hamil." ujar Qisti sambil berganti alih dengan memegang bahu Arsyi.
"Ya, tapi kan...."
"Udaaahh, ayo bumil!"
Sesampainya di ruang keluarga, semua pasang mata tertuju ke arah mereka, terutama Arsyi yang baru saja membawa berita bahagia dengan kehamilannya. Di sana sudah ada Papa Wildan, Ayah Malik, Bunda Ayra, Aishan, Abyan, dan Haris. Sementara Afra masih di sekolah, karena hari ini juga hari pengambilan raportnya di semester ganjil.
Arsyi tersenyum bahagia, keluarga mereka kian lengkap, dan sebentar lagi akan hadir malaikat kecil mereka yang sudah berusia 2 Minggu dalam rahimnya.
"Duduklah, Nak!" Arsyi memilih duduk di sebelah Ibu mertuanya, Bunda Ayra. Sementara Qisti duduk di samping Ayah Malik.
"Gimana keadaan kamu, Nak?" tanya Ayah Malik membuka percakapan.
"Alhamdulillah, sehat Ayah," jawab Arsyi, penuh kesopanan.
"Bunda bahagia sekali dengernya, sebentar lagi Bunda akan nimang cucu pertama dari kalian, kamu jaga kehamilan kamu baik-baik ya, Nak." peringat Bunda Ayra.
"Iya, Bunda, pasti."
"KALAU CALON BAPAK GIMANA? SEHAT?" lontar Qisti untuk Aishan yang sedang nyemil kuaci bersama Haris dan Abyan sambil nonton Tv di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ais & Syi || SEGERA TERBIT
RomantikPart masih lengkap + Segera terbit. 𝙷𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚙𝚊𝚑𝚊𝚖𝚊𝚗, 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑? ═══ ❀ ═══ "Apapun ceritanya, pokoknya kita harus cerai, titik!" "Heh! Lagian siapa juga yang mau sehidup...