54 || Kabar Bahagia

16.5K 1.1K 341
                                    

بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

ABSEN DULU YOK!
KOMEN: HADIR!

ABSEN DULU YOK!KOMEN: HADIR!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Tangisan menyeruak menyelimuti kesedihan suami-istri yang baru saja kehilangan calon buah hati mereka. Tangis Qisti pecah saat mengetahui dirinya keguguran setelah mengalami kecelakaan yang baru saja menimpanya.

Sementara Haris, suaminya itu cuma bisa menenangkan dengan memeluk dan mengecup istrinya berkali-kali. Sejatinya dia juga merasakan hal yang sama, Haris juga ingin menangis seperti Qisti, tapi Haris tahu, untuk saat ini dia tidak boleh lemah, jika dia lemah, siapa yang akan menghibur istrinya.

Bunda Ayra tak henti-hentinya mengusap lembut kepala putri susunya itu, sebagai seorang wanita sekaligus seorang Ibu, Bunda Ayra pasti bisa merasakan sakit yang dirasakan Qisti saat ini.

"Bayi aku, Bund...."

"Kamu harus sabar ya, Nak. Ini cobaan dari Allah, mungkin Allah sayang sama anak kalian. Kalian tidak perlu sedih, suatu saat nanti, anak kalian akan menunggu kalian di pintu Surga, dia akan tersenyum dan menyambut kedatangan orang tuanya ke dalam Surga, percayalah, Nak!" tutur Bunda Ayra dengan penuh kehangatan.

"Qisti...."

"Dengerin kata Ayah, Nak! Jangan terlalu larut dalam kesedihan seperti ini. Kamu tahu Rasulullah 'kan? Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah kehilangan tiga putranya sekaligus, Rasulullah juga merasakan kesedihan seperti kalian, tapi Rasulullah berusaha tabah dan ikhlas menerima kenyataan tersebut, karena Rasulullah yakin, Allah memiliki maksud tertentu mengapa Ia harus mengambil kembali anak-anaknya. Setiap orang tua harus belajar dari kehidupan Rasul-Nya."

"Ibnu Hibban meriwayatkan dalam sebuah Hadits dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh anak yang meninggal dalam kandungan ibunya akan menarik ibunya dengan tali pusarnya ke surga, jika ia sabar.”

"Kamu harus sabar, Nak! Anak kalian akan menunggu kalian di Surga nanti, kamu harus ikhlas, ya!" bujuk Ayah Malik.

Mendengar nasihat dari Ayah Malik, sekarang Haris bisa sedikit tenang, iapun kembali menenangkan Qisti dan mengusap air mata istrinya perlahan. Qisti menatap sendu ke arah suaminya, dari sorot mata yang meneduhkan itu, Qisti bisa membaca bahwa saat ini Haris benar-benar terpukul. Qisti jadi merasa bersalah karena tidak bisa menjaga calon buah hati mereka dengan baik.

Ais & Syi || SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang