60 || Last Part

23K 1.1K 118
                                    

بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

ASSALAMU'ALAIKUM, SELAMAT DATANG DI ENDING AIS & SYI, SIAPIN TISU DULU!

Sebelumnya aku berterimakasih karena kalian udah setia ngikutin perjalanan kisah mereka sepanjang ini. Jujur, aku sendiri terharu sekali karena cerita ini adalah cerita pertama yang sukses aku tulis sampai tuntas setelah berbagai banyak cerita yang udah gagal.

Jangankan kalian, aku pasti akan sangat merindukan untuk menulis kisah mereka lagi, mengetik nama mereka lagi, tapi kasian juga Abyan yang udah lama ngejomblo.🤭

Pelan-pelan aja bacanya, nggak ada yang ngejar kok. 4000 kata lebih! Spesial jadi nggak usah spam Next atau lanjut lagi! Okeh.

 4000 kata lebih! Spesial jadi nggak usah spam Next atau lanjut lagi! Okeh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

RS. Citra Kasih.

Di luar ruangan persalinan semua anggota keluarga sedang menunggu sambilan berdo'a untuk kelancaran persalinan Arsyi. Ayah Malik terus menyemangati Papa Wildan untuk berusaha tenang. Papa Wildan sudah mengalami trauma yang cukup berat saat kepergian Mamanya Arsyi, jadi sudah tentu ia takut jika hal itu terulang kembali.

Abyan cuma berdiri menyandarkan punggungnya di dinding rumah sakit, pria tampan itu hanya bisa berdo'a untuk keselamatan Kakak ipar dan calon keponakannya.

Sementara Afra, sedari tadi gadis kecil berpipi gembul itu mondar mandir tak jelas, Abyan sendiri jadi pusing ngelihatnya. "Duduk aja Dek, nggak usah lebay!" racau Abyan.

"Abang ini gimana sih? Afra lagi deg-degan nih!"

Sementara di dalam sana, suasananya lebih menegangkan. Awalnya sempat terjadi kegaduhan karena Arsyi meminta untuk melakukan persalinan secara normal, sementara Aishan memintanya untuk melakukan Cesar, namun akhirnya Aishan mengalah. Dan saat ini Aishan dan Bundanya sedang menemani Arsyi yang sedang mempertaruhkan nyawanya untuk kelahiran seorang malaikat kecil yang sedang mereka nanti-nantikan.

"Kuat, Nak, kamu pasti bisa," cicit Bunda Ayra.

Arsyi terus mengejan sesuai instruksi dari Dokter. Rasa sakit yang sungguh luar biasa, Arsyi sempat mencakar leher Aishan untuk menyalurkan rasa sakit. Aishan cuma menerima saja, lagipula itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang istrinya rasakan sekarang.

"Ais, aku nggak bi-sa...." rintih Arsyi yang sudah melemah. Hampir dua jam Arsyi berjuang, tapi belum tanda-tanda sama sekali.

"Nggak, sayang, istri aku harus kuat, kamu harus bisa lahirin anak kita, sayang. Please aku mohon kamu harus kuat."racaunya.

Ais & Syi || SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang