47 || Dipisahkan

18K 1.2K 359
                                    

بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Menikah itu bukan sebuah permainan
Karena rahasia tidak selamanya menjadi rahasia.
—Ais & Syi—

Follow akun Zil
Gerrysalutt_

Follow akun Zil Gerrysalutt_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"P-pah ... A-Arsyi bisa jelasin--"

"JELASIN APA?!!"

Deg!

Aishan dan Arsyi jelas dibuat terpatung hebat ketika mendengar bentakan keras dengan nada getir dari mulut Papa Wildan. Bulir bening mengalir di sudut mata Arsyi, tatapannya berubah kosong. Nada sekasar itu? Tidak, dari kecil sampai sekarang, Arsyi belum pernah mendengar Papanya menjatuhkan suara sekeras itu, apalagi terhadapnya, belum pernah sama sekali.

Dimana sosok Papa Wildan yang selalu bersikap lembut terhadapnya? Tapi Arsyi sadar diri, ini adalah salahnya, ia sudah menyembunyikan rahasia sebesar itu dari Papanya.

Lantas Aishan, pria itu cuma menelan ludahnya sendiri, bibirnya bergetar seakan kaku untuk mengangkat bicara. Tatapannya menoleh ke arah Arsyi yang sudah gemetar ketakutan melihat wajah Papanya yang menyiratkan amarah yang begitu besar.

Aishan ingin menjelaskan, tapi rasanya itu tidak mungkin karena semuanya sudah terlambat.

"Kenapa? Hah?! Kenapa kalian cuma diam...?

"JAWAB!!" bentak Papa Wildan sembari melempar kasar surat itu ke arah mereka.

Kali ini Arsyi benar-benar menangis, takut, ia sangat takut melihat wajah Papanya yang sekejam itu. Aishan jadi tidak tega melihatnya.

"Jadi kalian ingin bercerai? Kenapa? Apa yang masih kurang dalam pernikahan kalian? Sampai kalian sepakat untuk membuat surat perceraian seperti itu?"

"Dan kamu Aishan!" Papa Wildan menatap tajam menantunya sambil menaikkan telunjuk ke arahnya. Aishan membungkam mulutnya, memang yang seharusnya disalahkan adalah dirinya, bukan Arsyi. "Dimana janji kamu? Hah? Dimana janji kamu yang katanya kamu mau menjaga putri saya? Katanya kamu mau membahagiakan putri saya, katanya kamu mau menjadi imam yang baik untuk putri saya, sekarang dimana janji itu?!" tekan Papa Wildan penuh emosi.

"DIMANA?!"

Plakk!

Arsyi tersentak hebat saat Papanya sukses melampiaskan emosinya ke pipi Aishan. "PAPA! APA YANG PAPA LAKUKAN?!"

Ais & Syi || SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang