51 || Kelebihan Surah As-Sajdah

20.2K 1.2K 458
                                    

بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

ABSEN DULU YOK!
YANG MASIH NUNGGUIN CERITA INI
KOMEN : HADIR!

ABSEN DULU YOK!YANG MASIH NUNGGUIN CERITA INIKOMEN : HADIR!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Sayang...."

"Udah jam 3 pagi, bangun! Kita mandi setelah itu kita Shalat tahajjud."

Mata itupun terbuka perlahan menampilkan lensa coklatnya yang begitu indah dan menarik. Setelah seluruh nyawanya terkumpul, gadis itu menatap sayu ke wajah suaminya yang sedari tadi tersenyum ke arahnya.

"Ayo, kamu duduk dulu." Aishan memapah istrinya untuk duduk dulu supaya tidak terlalu pusing. Mereka baru saja melakukan pertempuran hebat beberapa jam lalu, jadi sudah pastinya waktu tidur Arsyi sangat sedikit. Aishan membangunkannya di jam 3 pagi, bukannya tidak terbiasa, tapi waktu istirahatnya belum cukup karena seingatnya ia tidur 2 jam yang lalu.

"Aku masih ngantuk ... tidur lagi ya...." keluh Arsyi sambil mengucek-ngucek matanya dan menguap untuk kesekian kalinya.

"Nggak boleh, sayang. Kita harus mandi, atau kamu mau, para Malaikat melaknat kita sampai subuh?" ancam Aishan.

"Tapi ini 'kan masih pagi banget, badan aku juga masih sakit gara-gara kamu."

"Jangan banyak ngoceh, sini!" Dengan kasarnya, Aishan menarik istrinya untuk turun dari ranjang.

Arsyi meringis kesakitan, bukan di tangannya, tapi ada anggota tubuhnya yang begitu menyakitkan di bawah sana. Kenapa suaminya jadi nggak peka gini sih?

"Hiiihhh, sakiittt ... pelan-pelan dong nariknya, aku nggak bisa gerak nih! punyaku sakit banget...." omel Arsyi.

Seketika pria itu terkekeh, lupa kalau ternyata istrinya baru saja diunboxing, pantesan aja dia merengek seperti itu. "Ya udah, sini biar aku gendong."

"Nah, gitu dong, napa nggak dari tadi coba." Aishan langsung membopong tubuh istrinya yang masih terbalut dengan selimut. Arsyi mengalungkan tangannya di leher Aishan, sejujurnya ia malu. Ya, namanya aja baru pertama kali, jadi wajar saja Arsyi masih malu-malu ketika Aishan baru saja mengambil haknya beberapa jam yang lalu, apalagi ditubuhnya tidak ada apa-apa kecuali selimut.

"Pipi kamu kenapa merah, hm?"

"A-aku malu." cicit Arsyi.

Ais & Syi || SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang