35 || Dia Sudah Pergi

19.4K 1.1K 195
                                    

بِسْـــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Suasana pemakaman kini mulai sepi, namun Arsyi masih setia menangis di pusara yang masih basah itu. Sejak acara pemakaman tadi, Arsyi masih belum bisa menghentikan tangisnya, semua kejadian tadi malam jelas masih terekam di memorinya.

Apalagi saat melihat jasad itu di turunkan dalam liang lahat, rasanya belum percaya bahwa dia benar-benar sudah pergi.

Di sana Arsyi tidak sendiri, ada Qisti yang masih betah menemaninya, dan ada juga dua laki-laki yang tidak lain adalah sahabat suaminya sendiri, Genta dan Nando.

"Arsyi...." tegur Qisti yang tiba-tiba menepuk bahunya.

"Dia pergi gara-gara aku, Qisti...." sesal Arsyi terisak.

"Udah, kamu jangan salahin diri kamu sendiri! ini udah takdir, setiap yang hidup pasti akan mati--"

"Tapi dia meninggal gara-gara aku, Qisti. Harusnya aku yang mati, bukan dia...." sarkas Arsyi.

"Tidak, kamu jangan seperti ini, Arsyi. Aishan pasti...." Qisti menggantung ucapannya, entah kenapa sangat sulit untuk melanjutkannya, tapi ketika melihat kembali nama yang tertera di batu nisan itu, rasanya ini semua bagaikan mimpi.

Arsyi juga tidak tahu bagaimana lagi mengungkapkan perasaannya sekarang, hancur? Pasti. Namun dibalik tangis dan hancurnya perasaannya sekarang, ada rasa penyesalan yang  begitu mendalam.

Iya, Arsyi sangat menyesal karena tidak sempat mengucapkan kata 'Terima kasih' sebelum dia pergi, andai saja Allah bisa memberinya kesempatan setidaknya 5 detik saja agar kata 'Terima kasih' itu bisa terucap sebelum mata nya tertutup untuk selama-lamanya.

Arsyi menyentuh kembali nisan di hadapannya, dikecupnya sesaat, lalu Arsyi mulai membuka mulut untuk mengucapkan sesuatu.

"Terima kasih...." lirihnya, penuh kesadaran.

"Terima kasih karena kamu udah nolongin aku, aku nggak tau gimana lagi cara ngungkapinnya, tapi aku benar-benar berterima kasih sama kamu. Aku janji...."

"Aku akan penuhi semua keinginan kamu, Inn Syaa Allah, aku akan jadi orang yang baik. Dan...."

"Aku juga akan berusaha jadi istri yang baik untuk Aishan."

"Aku akan selalu do'ain kamu, sekali lagi terima kasih, semoga kamu bahagia di sana ya, Listia Anastasia." ucap Arsyi kembali mengecup nisan itu.

Nisan yang bertuliskan nama orang yang telah menolongnya, orang yang rela mengorbankan nyawanya untuk sepasang suami-istri, Aishan dan Arsyi.

Ais & Syi || SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang